Risk Management & Money Management
Risk management alias manajemen resiko.
Resiko merupakan bagian yang tak perpisahkan dari setiap bisnis. Tidak
ada bisnis yang bebas dari resiko. Ingatlah hal ini.
Apa resiko yang harus dihadapi setiap
bentuk bisnis? Rugi. Demikian juga dengan trading. Bahkan tingkat
resikonya sangat tinggi. Namun tingkat resiko yang tinggi itulah yang
juga menjadikan trading sebagai bisnis yang menawarkan peluang
keuntungan yang tidak kalah tinggi. Dengan demikian, pengetahuan
mengenai manajemen resiko dan manajemen modal yang baik mutlak
diperlukan.
Manajemen resiko adalah mengenai
meminimalkan resiko dengan tujuan memaksimalkan peluang keuntungan.
Dengan menerapkan manajemen resiko yang baik, Anda akan memiliki kontrol
penuh atas uang Anda. Dibantu dengan manajemen modal yang baik,
manajemen resiko akan membantu Anda untuk “menjinakkan” pasar yang liar.
Trading itu ibarat permainan catur. Anda
tidak bisa memprediksi seratus persen akurat langkah apa yang akan
diambil oleh lawan Anda. Begitu juga dengan trading. Anda tidak akan
bisa mengetahui dengan pasti ke mana harga akan bergerak bahkan dalam
satu jam ke depan. Salah satu penyebab kegagalan para trader pemula
adalah ketidaktahuan mengenai dasar manajemen resiko yang baik.
Dalam chapter ini, Anda akan mempelajari mengenai manajemen resiko juga manajemen modal sebagai salah satu pilar dari 3M (Mind, Method, Money).
Risk Management Tools
Ada tiga metode risk management tools, yaitu: cut loss, switching, dan averaging.
- Cut Loss
Teknik ini dilakukan dengan cara menutup
transaksi yang merugi sesegera mungkin dengan tujuan untuk menghindari
resiko kerugian yang lebih besar.
Berikut ilustrasinya:
- Switching
Teknik dilakukan dengan cara menutup
posisi yang rugi dan segera mengambil posisi baru yang searah dengan
pergerakan harga selanjutnya. Idenya adalah untuk me-recovery kerugian
yang diakibatkan oleh posisi transaksi sebelumnya. Teknik ini lebih
efektif apabila dilakukan ketika terjadi perubahan arah harga yang cepat
dan drastis.
Berikut ilustrasinya:
Lakukanlah teknik ini bila Anda sudah
benar-benar yakin bahwa pasar akan bergerak cukup kencang, sebab dengan
melakukan teknik ini berarti Anda membuka satu posisi baru lagi yang
tentu dibayangi resiko kerugian jika ternyata pasar berbalik arah lagi.
Kematangan analisis dan tingkat kesiapan mental turut mempengaruhi
kesuksesan teknik ini.
- Averaging
Averaging (atau disebut juga sebagai
‘cost-averaging’) merupakan teknik manajemen resiko yang cukup ekstrim
karena pada dasarnya teknik ini mencoba untuk “melawan” pasar. Ide
dasarnya adalah pasar tidak mungkin bergerak ke satu arah saja untuk
selamanya.
Berikut ilustrasinya:
Ingat: teknik ini sangat beresiko. Teknik ini sangat tidak dianjurkan bagi para trader yang memiliki dana minim.
Pengembangan Strategi Averaging
Setidaknya ada tiga teknik yang dikembangkan dari strategi averaging, yaitu pyramiding, martingale dan anti-martingale.
- Pyramiding
Pyramiding merupakan kebalikan dari
cost-averaging. Jika pada cost averaging satu posisi terbuka ditambahkan
setiap kali mengalami kerugian, maka dalam pyramiding posisi terbuka
tersebut justru ditambahkan setiap kali mendapatkan keuntungan.
Berikut ilustrasinya:
Teknik ini akan efektif jka digunakan
pada saat pasar berada dalam keadaan trending. Teknik ini tidak akan
efektif bila Anda gunakan jika pasar berada dalam keadaan sideways.
- Martingale
Jika tadi Anda sudah mempelajari teknik
averaging yang merupakan teknik yang ekstrim, maka teknik martingale ini
merupakan teknik yang lebih ekstrim lagi. Dengan teknik ini, Anda bukan
saja akan menambah posisi baru setiap mengalami kerugian namun juga melipatgandakan jumlah transaksinya.
Berikut ilustrasinya:
Berbeda dengan teknik pyramiding, teknik
ini justru lebih efektif jika digunakan pada saat pasar dalam keadaan
cenderung sideways.
- Anti-martingale
Teknik ini mirip dengan teknik
pyramiding, hanya saja jumlah transaksinya dilipatgandakan setiap
penambahan keuntungan. Teknik ini juga akan lebih efektif jika digunakan
pada saat pasar dalam keadaan trending.
Berikut ilustrasinya:
Money Management
Money management
ini sebenarnya merupakan bagian dari trading plan. Mengingat tingginya
resiko yang akan Anda hadapi di pasar, maka Anda harus memiliki strategi
pengelolaan dana yang tepat.
“OK. Saya paham bahwa manajemen modal itu penting. Lalu bagaimana semestinya saya mengelola modal saya?”
Apakah pertanyaan itu yang sekarang ada di benak Anda?
Sebenarnya ada banyak cara mengelola
uang Anda, namun kuncinya tetaplah pembatasan resiko. Berikut ini adalah
salah satu metode manajemen modal yang bisa Anda terapkan.
Anggaplah Anda memiliki dana sebesar
$10,000 di akun Anda. Lalu Anda tetapkan resiko maksimal untuk setiap
transaksi, katakanlah 5% per trade. Ini artinya adalah kerugian maksimal
yang mungkin akan Anda derita setiap transaksi adalah sebesar 5% x
$10,000 = $500. Jadi, resiko untuk setiap transaksi yang Anda lakukan
tidak boleh lebih dari $500.
Seandainya transaksi pertama Anda
mengalami kerugian, maka dana Anda masih tersisa sebesar $9,500. Nah,
jika Anda ingin melakukan transaksi lagi dengan pembatasan resiko 5% per
trade, maka resiko maksimum untuk transaksi selanjutnya adalah sebesar
5% x $9,500 = $475. Demikian seterusnya: pembatasan resiko sebesar 5%
itu berdasarkan modal terakhir yang dimiliki.
Selain itu, ada baiknya Anda juga
membatasi resiko maksimum dari modal Anda. Misalnya dengan dana $10,000
itu tadi Anda membatasi resiko sebesar 50%, maka sebaiknya Anda berhenti
trading atau melakukan evaluasi jika Anda mengalami kerugian hingga
$5,000.
Model manajemen modal yang dijelaskan di atas bisa kita sederhanakan dengan menggunakan tabel sebagai berikut.
Modal Awal | : | $10,000 |
Resiko Maksimum dari Modal Awal | : | $5,000 (50% dari modal awal) |
Resiko per trade | : | 5% |
Misalkan transaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
Trade
|
Loss (USD)
|
Balance (USD)
|
1
|
500.00
|
9500.00
|
2
|
475.00
|
9025.00
|
3
|
451.25
|
8573.75
|
4
|
428.69
|
8145.06
|
5
|
407.25
|
7737.81
|
6
|
386.89
|
7350.92
|
7
|
367.55
|
6983.37
|
8
|
349.17
|
6634.20
|
9
|
331.71
|
6302.49
|
10
|
315.12
|
5987.37
|
11
|
299.37
|
5688.00
|
Total |
4312.00
|
(Loss) |
Berdasarkan manajemen modal di atas,
Anda memiliki peluang untuk melakukan 11 kali transaksi sebelum mencapai
resiko 50% dengan asumsi bahwa ke-11 transaksi tersebut loss semua.
Masing-masing kerugian sebesar 5% dari Balance terakhir.
Risk-to-reward ratio
Setelah menetapkan pembatasan resiko,
barulah kemudian tatapkan target profit Anda. Jika Anda menetapkan
batasan resiko sebesar 5% seperti contoh di atas, maka sebaiknya target profit tidak lebih kecil daripada alokasi resikonya. Misalnya,
jika resiko per transaksi Anda adalah sebesar 5%, maka Anda bisa
menargetkan profit sekitar 6% atau 10% misalnya. Boleh saja jika Anda
hanya menargetkan profit sebesar 5%, namun yang perlu Anda ingat adalah
jangan sampai resiko menjadi lebih besar daripada peluang. Dengan kata
lain, tidaklah bijaksana jika Anda menargetkan keuntungan hanya 4%
sementara resiko Anda sebesar 5%.
Perbandingan antara resiko dengan
potensi keuntungan ini biasa disebut dengan istilah “risk-to-reward
ratio”. Misalnya, jika resiko transaksi Anda 5% namun target keuntungan
Anda adalah 10%, maka “risk-to-reward ratio” Anda adalah 1:2.
Win-loss ratio
Sebagaimana yang telah Anda ketahui,
tidak mungkin ada analisis yang selalu tepat. Ada saat-saat ketika
prediksi Anda meleset. Pada keadaan seperti itu, sangat mungkin Anda
akan mengalami kerugian.
Mari kita refresh lagi ingatan kita
mengenai sistem trading. Sistem trading yang Anda gunakan haruslah
sistem trading yang sudah Anda pelajari dan kuasai. Lebih penting lagi,
sistem trading yang Anda gunakan haruslah sistem trading yang sudah
terbukti profitable, dengan kata lain sistem bahwa tersebut memiliki
akurasi yang cukup baik.
Apa artinya “akurasi yang cukup baik”?
Dengan istilah yang sederhana, tingkat akurasi suatu sistem trading bisa diukur melalui “win-loss ratio”.
Apa itu “win-loss ratio”?
“Win-loss ratio” adalah perbandingan
antara transaksi profit dibandingkan dengan transaksi yang merugi.
Sebagai contoh: sistem trading Anda menghasilkan lima kali profit dan
lima kali loss dalam 10 kali transaksi berturut-turut. Ini artinya bahwa
sistem trading yang Anda miliki memiliki win-loss ratio 1:1.
Tentu saja win-loss ratio 2:1 lebih baik
daripada1:1, namun perlu disadari bahwa akurasi bukanlah segalanya
dalam trading. Dengan bantuan money management dan risk-to-reward ratio
yang baik, win-loss ratio 1:1 pun masih bisa menghasilkan akumulasi
profit.
Bagaimana bisa?
Mari kita lihat skenario yang disajikan tabel berikut ini:
Modal Awal | : | $10,000 |
Resiko Maksimum dari Modal Awal | : | $5,000 (50% dari modal awal) |
Resiko per trade | : | 5% |
Target profit per trade | : | 6% |
Trade
|
P/L (USD)
|
Balance (USD)
|
|
1
|
-500.00
|
9500.00
|
|
2
|
-475.00
|
9025.00
|
|
3
|
541.50
|
9566.50
|
|
4
|
573.99
|
10140.49
|
|
5
|
-507.02
|
9633.47
|
|
6
|
578.01
|
10211.47
|
|
7
|
-510.57
|
9700.90
|
|
8
|
-485.04
|
9215.85
|
|
9
|
552.95
|
9768.81
|
|
10
|
480.00
|
10248.81
|
|
Total |
248.81
|
(Profit) |
Sebagai catatan, resiko per trade
sebesar 5% tersebut di atas adalah angka maksimum. Bisa saja nantinya
transaksi yang Anda lakukan hanya mengalokasikan resiko sebesar 4%atau
lebih kecil lagi, tergantung pada situasi pasar atau kekuatan sinyal
yang muncul dari sistem trading Anda.
Nah, pertanyaannya sekarang mungkin adalah: berapa lot per trade?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Anda harus kembali lagi ke money management yang telah ditetapkan sebelumnya.
Misalnya Anda memiliki modal sebesar $10,000 dengan pembatasan resiko per transaksi adalah 5% ($500).
Lalu sistem trading Anda menunjukkan
sinyal buy atau sell, dengan batasan stop loss berdasarkan analisis
teknikal (support/resistance) sejauh 50 pips dari level entry Anda.
Dengan asumsi bahwa 1 pip adalah setara dengan $1 (mini account),
artinya stop loss sebesar 50 pips tersebut senilai dengan $50.
Padahal, resiko per transaksi yang sudah
Anda tetapkan adalah sebesar $500 (5% dari $10,000). Dengan demikian,
Anda bisa melakukan transaksi sebanyak 10 lot mini account
(perhitungannya: $500 dibagi $50).
Contoh lain: batasan stop loss
berdasarkan support/resistance adalah sejauh 100 pips dari level entry
Anda. Artinya resiko yang dihadapi adalah sebesar $100 (asumsi 1 pip =
$1).
Padahal, resiko per transaksi sudah
ditetapkan sebesar $500 (5% dari 10,000). Berdasarkan situasi tersebut,
berapa lot yang boleh Anda pergunakan untuk transaksi?
Benar. Anda hanya boleh melakukan
transaksi sebesar 5 (lima) lot saja. Perhitungannya adalah: $500 (resiko
per transaksi) dibagi $100 (stop loss).
Posting Komentar