Bestprofit (31/12) - Anggota Komisi VII DPR, Ahmad M Ali, mempertanyakan tentang adanya renegosiasi kembali saham PT Vale Indonesia untuk ditawarkan kepada pemerintah.
Ahmad Ali, menyebutkan amandemen Kontrak Karya juga menyebutkan berkaca dari proses divestasi saham PT Freeport Indonesia, PT Vale Indonesia tambang nikel asal Brasil tersebut sudah waktunya dikuasai mayoritas oleh Indonesia.
Ia menjelaskan kondisi saat ini pembayaran royalti dinaikkan dari 0,9 persen menjadi 2 persen, dan menjadi 3 persen jika harga nikel menyentuh 21.000 dolar AS per ton. Klausul ini menurutnya dinilai kurang tepat.
- Bestprofit - Harga Emas Bergerak Lebih Tinggi, Rally Ekuitas Melemah | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Rebound, IHSG Dibuka Menguat 0,75% | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Nilai Kontrak Baru WSBP Capai Rp6,51 Triliun | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Bedak Bayinya Diduga Tercemar Asbes, Johnson & Johnson Justru Lakukan Buyback Saham $5 Miliar | PT Best Profit Futures Pontianak
"Bahkan pada saat booming komoditas di mana harga komoditas mineral mencapai titik tertingginya pada 2011, harga nikel dunia tak menyentuh level 21.000 dolar AS. Angka ini terlalu tinggi dan tak mengacu pada konteks faktual harga komoditas nikel sepanjang sepuluh tahun terakhir, yang ditandai oleh berakhirnya era booming komoditas," katanya.
Selain itu Vale hingga kini tak kunjung menawarkan saham 20 persen kepada pihak Indonesia, realisasi pembangunan smelter di Bahodopi dan Pomalaa juga tersendat.
Memasuki akhir tahun, PT Vale memproduksi nikel sebanyak 18.193 metrik ton pada periode triwulan ketiga tahun 2018, di mana hal tersebut berada di bawah target.
Sementara itu, Senior Manager Communication PT Vale Indonesia Suparam Bayu Aji ketika dihubungi menyebutkan akan mempelajari lenih lanjut untuk dapat memberikan komentar resmi menanggapi lanjutan pembangunan smelter serta informasi pemberitaan terkait divestasi.
sumber : investing
Posting Komentar