Bestprofit (25/01) - Pengamat Politik dari Universitas Andalas, Sumbar, Syaiful Wahab mengatakan jika alasan pemilu serentak ini adalah untuk efisiensi, ternyata juga tidak karena biaya yang dikeluarkan cukup fantastis atau mencapai Rp24,8 triliun lebih.
"Biaya pemilu sebesar Rp24,8 triliun itu, justru tidak banyak selisihnya dengan Pemilu 2014," kata Syaiful, Kamis (24/1/2019).
Ia mengatakan itu terkait suksesi Pemilu 17 April 2019 yang menjadi pemilu bersejarah karena untuk pertama kalinya memilih Presiden/Wapres, DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten dan Kota. Jumlah pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) KPU tercatat 185.732.093 (92.802.671 laki-laki dan 92.929.422 perempuan), tersebar di 805.075 TPS.
BACA JUGA :
- Bestprofit - Laporan Laba 'Berotot', Dow 'Bandel' dari Keterpurukan Emiten Energi Wall Street | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Investasi Bitcoin Membawa Milenial Ini Jadi Miliarder | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - UIN Gugat Senator DPD Gara-gara Medsos | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Toyota Supra 2020 buatan pertama terjual Rp29,8 miliar | PT Best Profit Futures Pontianak
Menurut dia, selain Pemilu 2019 memenuhi kriteria "gila" karena biayanya terbesar sekitar Rp24,8 triliun, Pemilu Serentak membuat Pemilu Legislatif menjadi kurang menarik jika dibandingkan dengan Pilpres.
"Akhirnya apa yang terjadi, publik atau pemilih menjadi tidak kritis dan selektif untuk memilih siapa caleg yang berkualitas atau tidak, karena pusat perhatian lebih tertuju pada calon presiden," katanya.
Dapatkan informasi terbaru di PT Bestprofit Futures
sumber : Investing
Posting Komentar