Kapitalis dan krisis Ekonomi Global.

Jumat, 09 Mei 20140 komentar

Bestprofit Futures - Kapitalis dan krisis Ekonomi Global.


  1. Globalisasi dan Ekonomi Dunia
Perubahan dari hari kehari semakin cepat, dan bahkan makin cepat. Dengan adanya perubahan yang makin cepat tersebut, dunia makin terbuka dan kian datar (the world becomes flatter). Semakin terbuka dan datarnya bumi ini, menyebabkan antara satu Negara dengan Negara lain seperti tidak ada jarak dan batas lagi. Mobilasi barang, jasa (trade), faktor produksi dan bahkan budaya antara satu negara dengan negara lain semakin intens, gejala inilah yang dikenal dengan globalisasi. Secara harfiah, globalisasi dapat diartikan “the increase of trade (and changes of culture ?) around the world, especially by large companies producing,  trading goods  in many different countries”.

Dengan adanya globalisasi dan makin datarnya bumi ini, membuat jarak dan waktu tidak berpengaruh banyak dalam aktivitas manusia, baik itu menyangkut aktivitas ekonomi maupun aktivitas lainnya. Arus barang dan jasa serta faktor-faktor produksi berlangsung semakin intensif dan cepat, tak penah berhenti. Dengan adanya globalisasi, dunia praktis menjadi pasar dan komunitas yang terintegrasi, sehingga di muka bumi ini ada kecenderungan hanya ada satu pasar yaitu pasar dunia (world market), baik untuk barang-barang perdagangan (tradeables goods) maupun jasa (services). Implikasi dari adanya globalisasi dan semakin datar-nya bumi ini diantaranya  adalah semakin tajamnya kompetisi. Kompetisi dalam dunia bisnis bergeser dari antar perusahaan menjadi antar negara yang menyangkut public sector, taxation, and quality of bureaucracy.

Globalisasi merupakan isu yang dikembangkan Amerika Serikat yang dimulai dengan pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti North Amerika Free Trade Area (NAFTA), Asia Pasific Economy Cooperation (APEC)Asean Free Trade Area (AFTA) dan lain-lain. Pasar bebas (free market) merupakan salah satu kebijakan Amerika Serikat yang dipaksakan kepada negara-negara lain dimuka bumi ini, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Dengan adanya pasar bebas, ekonomi satu negara tidak lagi bersifat tidak terpengaruh oleh ekonomi negara lain. Akibatnya ekonomi suatu negara terutama negara berkembang sangat tergantung pada ekonomi negara lain terutama pada ekonomi negara-negara kuat seperti Amerika Serikat. Sekarang timbul pertanyaan apakah dengan adanya globalisasi, ekonomi dunia akan semakin baik atau sebaliknya.

Globalisasi ekonomi yang dicanangkan oleh Amerika Serikat ke penjuru dunia, menurut Joseph E. Stigliz (2006) menjadi lokomotif awal mula petaka kehancuran ekonomi dunia pada dekade 90-an. Kehancuran ekonomi dunia pada awal dekade 90-an tersebut ditandai dengan euforia kemunculan ekonomi baru (new economy) di Amerika Serikat dengan lonjakan produktivitas yang tinggi. Perusahaan-perusahaan dot-com di ASmerevolusi cara masyarakat Amerika Serikat dalam berbisnis. Bahkan kemunculan ekonomi baru ini disejajarkan dengan revolusi industri dua abad yang lalu yang telah merubah atau mentransformasi perekonomian dari sektor primer ke sektor industri. Tapi kenyataannya, fenomena ekonomi baru tersebut justru disusul dengan kemerosotan (bust) pada akhir dekade 1990-an.
Menurut Stigliz, kelemahan globalisasi pada era tahun 1990-an tersebut terletak dari sifat Amerika Serikat yang hipokrit. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat mendesak negara-negara lain untuk membuka pasar mereka selebar-lebar-nya untuk produk-produk yang menjadi keunggulan mereka, tetapi justru mereka memberikan proteksi sektor-sektor yang menjadi keunggulan negara-negara lain terutama negara berkembang seperti sektor maritim, sektor konstruksi dan sektor pertanian. Ketidakadilan, ketidakjujuran dan imperialisme ekonomi dari globalisasi ekonomi tersebut menyebabkan globalisasi ekonomi tersebut disebut-sebut sebagai neo-liberalisme.
  1. Kegagalan Globalisasi, Kegagalan Kapitalisme
Keserakahan merupakan ciri utama dari kapitalisme dan globalisasi (neo-liberalisme). Menurut Joseph E. Stiglitz, krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia, dan negara ASEAN lainnya merupakan akibat dari gelembung ekonomi (bubble economic) karena pengaruh globalisasi pada awal tahun 90-an. Kenyataan menunjukkan bahwa, dengan globalisasi ekonomi, dunia ini tidak menjadi lebih makmur, apa lagi adil. Hal ini terjadi semata-mata karena kapitalisme menjelma menjadi neo-liberalisme. Agenda globalisasi tetap bergerak pada formula, pelanggengan dominasi politik dan ekonomi oleh AS dan Inggris. Ia merupakan imperilisme model baru yang mentereng dan mewah (Max Regus. MI, 22 Okt 2008 ) dengan mesin yang disebut corporatocracy yaitu korporasi, bank dan pemerintah secara bersama-sama menggunakan kekuatan finansial dan politik menuju kekuasaan global (John Perkins. 2005).

Hal tersebut menandakan imperlisme tidak pernah berakhir. Globalisasi dan energinya pada mekanisme pasar yang gagal menggeliat bersama dalam faham  neo-liberalisme yang telah terbentuk sejak awal tahun 1990-an. Implikasi dari globalisasi yang mengarah pada pelanggengan dominasi politik dan ekonomi pada satu kekuatan mengakibatkan lembaga-lembaga keuangan internasional menjadi rujukan utama bagaimana negara-negara Dunia Ketiga harus menjalankan politik pembangunan mereka.

Globalisasi ekonomi dan kapitalisme menciptakan ekonomi gelembung (bubble economic) yang mudah pecah dan jika pecah berakibat pada hacurnya ekonomi banyak negara termasuk Amerika Serikat yang merupakan negara pertama yang menggunakan kapitalis sebagai suatu sistem ekonomi, dan juga ekonomi negara-negara kecil dan negara-negara berkembang.

Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan bahwa krisis ekonomi global yang terjadi saat ini merupakan akibat dari kegagalan yang komprehensip dari kapitalisme. Menurut Kevin Rudd, ketamakan dan ketakutan merupakan dua hal yang memicu keruntuhan sektor keuangan di AS dan selanjutnya menjalar keseluruh dunia (Media Indonesia 16 Okt 2008 Hal. 20). Amerika sebagai negara super power (politik dan Ekonomi) yang mencetuskan globalisasi dengan konsep kapitalis yang menjelma menjadi neo-liberalisme melalui mesin corporatocracy tersebut telah terbukti lebih banyak mengsengsara-kan masyarakat dunia dibandingkan dengan mensejahterakannya.

Krisis keuangan di Amerika yang dipicu oleh kredit macet yang dibiayai oleh perusahaan Fannie Mae dan Freddie Mac di bidang properti (subprime mortgage) selaanjutnya menyebabkan rontoknya bursa efek di seluruh dunia. Krisis keuangan tersebut dipicu oleh macetnya kredit perumahan di AS. Macetnya kredit tersebut disebabkan karena tingginya bunga yang harus mereka bayar yaitu dari 1% menjadi 5,25%. Krisis ekonomi bukan hanya kali ini saja terjadi. Krisis ekonomi yang besar pernah terjadi pada tahun 1929 yang dikenal dengan Great Depression, kemudian diikuti krisis-krisis lain pada tahun 80-an, tahun 90-an dan sekarang tahun 2008. Dari fakta tersebut terlihat bahwa krisis tersebut merupakan kejadian yang akan selalu terjadi secara siklis, dan ada kecenderungan siklus tersebut makin pendek waktunya.

Selain tingginya suku bunga, maka spekulasi dan tingkat keuntungan yang berlebihan yang diambil oleh perusahaan-perusahaan properti di Amerika Serikat menambah semakin besarnya kredit macet yang terjadi. Karena adanya spekulasi yang tinggi menyebabkan munculnya ekonomi biaya tinggi (hight cost economy). Harga minyak yang mencapai 140 dollar AS per barelnya bukan karena adanya peningkatan pada permintaan atau turunnya penawaran tetapi disebabkan karena spekulasi. Tingginya harga minyak  tersebut merupakan bukti bahwa spekulasi mempunyai peran yang besar dalam krisis ekonomi yang terjadi selama ini.

Dalam sistem ekonomi kapitalis, aktivitas ekonominya didasarkan pada mekanisme pasar. Penyerahan aktivitas ekonomi mengikuti mekanisme pasar sudah merupakan konsep yang benar. Namun demikian dalam prakteknya, mekanisme pasar yang terjadi bukan dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran tetapi lebih banyak disebabkan karena adanya estimasi yang berlebihan (spekulasi) dalam memperoleh keuntungan, kerakusan/ketamakan pelaku ekonomi terutama para kapitalis. Kerakusan, ketakutan merupakan akibat yang ditimbulkan dari sistem kapitalis. Hal ini tercermin dari prinsip dasar dan filosofi dari sistem ekonomi kapitalis tersebut yaitu filosofis individualistis. Filosofi individualistis mendorong orang dan bahkan negara untuk mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang atau negara lain.

Kelemahan lain dari kapitalis dan globalisasi ini yaitu menjadikan uang sebagai  komoditi dan alat spekulasi dalam perekonomian. Karena uang sebagai komoditi maka, nilai uang tidak lagi sesuai dengan nilai riilnya. Selain itu uang mempunyai fungsi sebagai alat produksi (uang dapat menghasilkan uang) melalui bunga yang dilakukan oleh bank. Bank merupakan mesin utama dalam sistim ekonomi kapitalis (Dwi Condro Triono. 2008).  Mesin kedua dari sistim ekonomi kapitalis adalah pasar modal yang natabene lebih bersifat spekulatif, dan nilai saham lebih banyak ditentukan oleh opini pemilik modal. Pasar bursa selama ini tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap sektor riil, bahkan cenderung bersifat semu sehingga pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pasar bursa menjadikan pertumbuhan ekonomi seperti balon (bubble economic) yang setiap saat mudah pecah/kempes.

Bukti-bukti di atas seperti macetnya kredit subprime mortagage, tingginya suku bunga, adanya spekulasi yang tinggi dan pasar bursa yang bersifat seperti gelembung memperkuat bukti kegagalan kapitalisme dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negara. Karena itu, kapitalis bukanlah suatu sistem ekonomi yang segala-galanya. Kapitalis lebih cenderung menimbulkan perbedaan yang makin besar antara yang kaya dengan yang miskin serta melanggengkan kemiskinan.
  1. Solusi Mengatasi Krisis Ekonomi Global.
Dari fakta- fakta yang telah diungkapkan di atas, maka globalisasi ekonomi dan kapitalisme ternyata tidak mampu mensejahterakan masyarakat dunia. Kelemahan kapitalis merupakan kelemahan globalisasi, dan kegagalan globalisasi membuktikan kegagalan kapitalis. Kegagalan kepitalis ini tercermin dari terjadinya krisis keuangan global saat ini. Krisi keuangan global ini disebabkan, antara lain:
  1. Adanya kredit macet karena ketidak layakan penerima suprime mortgage dan tingginya suku bunga yang ditetapkan.
  2. Adanya spekulasi yang tinggi yang memperparah krisis ekonomi.
  3. Pasar bursa tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan sektor riil, karena bursa yang dipasarkan lebih banyak merupakan turunannya (derevatif) dan tidak dapat dikontrol serta lebih bersifat spekulatif seperti judi.
  4. Uang dijadikan komoditi sehingga nilai uang tidak pernah stabil sehingga berdampak pada ekonomi yang tidak stabil pula.
Karena itu, untuk mengatasi agar ekonomi dapat berkembang dan mengalami pertumbuhan yang stabil, maka penyebab kegagalan kapitalis di atas harus dieliminir. Untuk mengeliminir dan bahkan meniadakan penyebab dari kegagalan kapitalis tersebut, maka solusi yang dapat dijadikan obat bagi krisis ekonomi yang bersifat siklis tersebut, adalah :
  1. Menggunakan sistim perbankan yang mengharamkan bunga (menggunakan sistim perbankan syariah).
  2. Mengurangi transaksi ekonomi yang bersifat spekulatif seperti secondary market, meniadakan penjualan produk turunan (derevatif product) dari pasar bursa seperti perdagangan Indeks dll.
  3. Menjadikan uang hanya sebagai alat tukar dan pengukur nilai, serta kembali menggunakan uang yang dijamin oleh mas dan membuat uang mas seperti dinar dan dirham, selain itu tidak menjadikan uang sebagai komoditi.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PT BESTPROFIT FUTURES PONTIANAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger