Bestprofit Futures - Kapitalis dan krisis Ekonomi Global.
-
Globalisasi dan Ekonomi Dunia
Perubahan dari hari kehari semakin
cepat, dan bahkan makin cepat. Dengan adanya perubahan yang makin cepat
tersebut, dunia makin terbuka dan kian datar (the world becomes flatter). Semakin
terbuka dan datarnya bumi ini, menyebabkan antara satu Negara dengan
Negara lain seperti tidak ada jarak dan batas lagi. Mobilasi barang,
jasa (trade), faktor produksi dan bahkan budaya antara satu negara dengan negara lain semakin intens, gejala inilah yang dikenal dengan globalisasi. Secara harfiah, globalisasi dapat diartikan “the
increase of trade (and changes of culture ?) around the world,
especially by large companies producing, trading goods in many
different countries”.
Dengan adanya globalisasi
dan makin datarnya bumi ini, membuat jarak dan waktu tidak berpengaruh
banyak dalam aktivitas manusia, baik itu menyangkut aktivitas ekonomi
maupun aktivitas lainnya. Arus barang dan jasa serta faktor-faktor
produksi berlangsung semakin intensif dan cepat, tak penah berhenti.
Dengan adanya globalisasi, dunia praktis menjadi pasar dan komunitas
yang terintegrasi, sehingga di muka bumi ini ada kecenderungan hanya ada
satu pasar yaitu pasar dunia (world market), baik untuk barang-barang perdagangan (tradeables goods) maupun jasa (services). Implikasi
dari adanya globalisasi dan semakin datar-nya bumi ini diantaranya
adalah semakin tajamnya kompetisi. Kompetisi dalam dunia bisnis
bergeser dari antar perusahaan menjadi antar negara yang menyangkut public sector, taxation, and quality of bureaucracy.
Globalisasi merupakan isu yang dikembangkan Amerika Serikat yang dimulai dengan pembentukan kawasan perdagangan bebas seperti North Amerika Free Trade Area (NAFTA), Asia Pasific Economy Cooperation (APEC), Asean Free Trade Area (AFTA) dan lain-lain. Pasar bebas (free market)
merupakan salah satu kebijakan Amerika Serikat yang dipaksakan kepada
negara-negara lain dimuka bumi ini, terutama untuk negara-negara yang
sedang berkembang. Dengan adanya pasar bebas, ekonomi satu negara tidak
lagi bersifat tidak terpengaruh oleh ekonomi negara lain. Akibatnya
ekonomi suatu negara terutama negara berkembang sangat tergantung pada
ekonomi negara lain terutama pada ekonomi negara-negara kuat seperti
Amerika Serikat. Sekarang timbul pertanyaan apakah dengan adanya
globalisasi, ekonomi dunia akan semakin baik atau sebaliknya.
Globalisasi ekonomi yang dicanangkan
oleh Amerika Serikat ke penjuru dunia, menurut Joseph E. Stigliz (2006)
menjadi lokomotif awal mula petaka kehancuran ekonomi dunia pada dekade
90-an. Kehancuran ekonomi dunia pada awal dekade 90-an tersebut ditandai
dengan euforia kemunculan ekonomi baru (new economy) di Amerika Serikat dengan lonjakan produktivitas yang tinggi. Perusahaan-perusahaan dot-com di
ASmerevolusi cara masyarakat Amerika Serikat dalam berbisnis. Bahkan
kemunculan ekonomi baru ini disejajarkan dengan revolusi industri dua
abad yang lalu yang telah merubah atau mentransformasi perekonomian dari
sektor primer ke sektor industri. Tapi kenyataannya, fenomena ekonomi
baru tersebut justru disusul dengan kemerosotan (bust) pada akhir dekade 1990-an.
Menurut Stigliz, kelemahan globalisasi
pada era tahun 1990-an tersebut terletak dari sifat Amerika Serikat yang
hipokrit. Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat mendesak negara-negara
lain untuk membuka pasar mereka selebar-lebar-nya untuk produk-produk
yang menjadi keunggulan mereka, tetapi justru mereka memberikan proteksi
sektor-sektor yang menjadi keunggulan negara-negara lain terutama
negara berkembang seperti sektor maritim, sektor konstruksi dan sektor
pertanian. Ketidakadilan, ketidakjujuran dan imperialisme ekonomi dari globalisasi ekonomi tersebut menyebabkan globalisasi ekonomi tersebut disebut-sebut sebagai neo-liberalisme.
-
Kegagalan Globalisasi, Kegagalan Kapitalisme
Keserakahan merupakan ciri utama dari kapitalisme dan globalisasi (neo-liberalisme).
Menurut Joseph E. Stiglitz, krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia,
dan negara ASEAN lainnya merupakan akibat dari gelembung ekonomi (bubble economic)
karena pengaruh globalisasi pada awal tahun 90-an. Kenyataan
menunjukkan bahwa, dengan globalisasi ekonomi, dunia ini tidak menjadi
lebih makmur, apa lagi adil. Hal ini terjadi semata-mata karena
kapitalisme menjelma menjadi neo-liberalisme. Agenda globalisasi tetap bergerak pada formula, pelanggengan dominasi politik dan ekonomi oleh AS dan Inggris. Ia merupakan imperilisme model baru yang mentereng dan mewah (Max Regus. MI, 22 Okt 2008 ) dengan mesin yang disebut corporatocracy
yaitu korporasi, bank dan pemerintah secara bersama-sama menggunakan
kekuatan finansial dan politik menuju kekuasaan global (John Perkins.
2005).
Hal tersebut menandakan imperlisme tidak
pernah berakhir. Globalisasi dan energinya pada mekanisme pasar yang
gagal menggeliat bersama dalam faham neo-liberalisme yang
telah terbentuk sejak awal tahun 1990-an. Implikasi dari globalisasi
yang mengarah pada pelanggengan dominasi politik dan ekonomi pada satu
kekuatan mengakibatkan lembaga-lembaga keuangan internasional menjadi
rujukan utama bagaimana negara-negara Dunia Ketiga harus menjalankan
politik pembangunan mereka.
Globalisasi ekonomi dan kapitalisme
menciptakan ekonomi gelembung (bubble economic) yang mudah pecah dan
jika pecah berakibat pada hacurnya ekonomi banyak negara termasuk
Amerika Serikat yang merupakan negara pertama yang menggunakan kapitalis
sebagai suatu sistem ekonomi, dan juga ekonomi negara-negara kecil dan
negara-negara berkembang.
Perdana Menteri Australia Kevin Rudd
mengatakan bahwa krisis ekonomi global yang terjadi saat ini merupakan
akibat dari kegagalan yang komprehensip dari kapitalisme. Menurut Kevin
Rudd, ketamakan dan ketakutan merupakan dua hal yang memicu keruntuhan
sektor keuangan di AS dan selanjutnya menjalar keseluruh dunia (Media
Indonesia 16 Okt 2008 Hal. 20). Amerika sebagai negara super power
(politik dan Ekonomi) yang mencetuskan globalisasi dengan konsep
kapitalis yang menjelma menjadi neo-liberalisme melalui mesin corporatocracy tersebut telah terbukti lebih banyak mengsengsara-kan masyarakat dunia dibandingkan dengan mensejahterakannya.
Krisis keuangan di Amerika yang dipicu
oleh kredit macet yang dibiayai oleh perusahaan Fannie Mae dan Freddie
Mac di bidang properti (subprime mortgage) selaanjutnya
menyebabkan rontoknya bursa efek di seluruh dunia. Krisis keuangan
tersebut dipicu oleh macetnya kredit perumahan di AS. Macetnya kredit
tersebut disebabkan karena tingginya bunga yang harus mereka
bayar yaitu dari 1% menjadi 5,25%. Krisis ekonomi bukan hanya kali ini
saja terjadi. Krisis ekonomi yang besar pernah terjadi pada tahun 1929
yang dikenal dengan Great Depression, kemudian diikuti
krisis-krisis lain pada tahun 80-an, tahun 90-an dan sekarang tahun
2008. Dari fakta tersebut terlihat bahwa krisis tersebut merupakan
kejadian yang akan selalu terjadi secara siklis, dan ada kecenderungan
siklus tersebut makin pendek waktunya.
Selain tingginya suku bunga, maka spekulasi
dan tingkat keuntungan yang berlebihan yang diambil oleh
perusahaan-perusahaan properti di Amerika Serikat menambah semakin
besarnya kredit macet yang terjadi. Karena adanya spekulasi yang tinggi menyebabkan munculnya ekonomi biaya tinggi (hight cost economy).
Harga minyak yang mencapai 140 dollar AS per barelnya bukan karena
adanya peningkatan pada permintaan atau turunnya penawaran tetapi
disebabkan karena spekulasi. Tingginya harga minyak tersebut
merupakan bukti bahwa spekulasi mempunyai peran yang besar dalam krisis
ekonomi yang terjadi selama ini.
Dalam sistem ekonomi kapitalis,
aktivitas ekonominya didasarkan pada mekanisme pasar. Penyerahan
aktivitas ekonomi mengikuti mekanisme pasar sudah merupakan konsep yang
benar. Namun demikian dalam prakteknya, mekanisme pasar yang terjadi
bukan dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran tetapi lebih
banyak disebabkan karena adanya estimasi yang berlebihan (spekulasi)
dalam memperoleh keuntungan, kerakusan/ketamakan pelaku ekonomi terutama
para kapitalis. Kerakusan, ketakutan merupakan akibat yang ditimbulkan
dari sistem kapitalis. Hal ini tercermin dari prinsip dasar dan filosofi
dari sistem ekonomi kapitalis tersebut yaitu filosofis individualistis.
Filosofi individualistis mendorong orang dan bahkan negara untuk
mementingkan diri sendiri dan tidak peduli dengan orang atau negara
lain.
Kelemahan lain dari kapitalis dan
globalisasi ini yaitu menjadikan uang sebagai komoditi dan alat
spekulasi dalam perekonomian. Karena uang sebagai komoditi maka, nilai
uang tidak lagi sesuai dengan nilai riilnya. Selain itu uang mempunyai
fungsi sebagai alat produksi (uang dapat menghasilkan uang) melalui
bunga yang dilakukan oleh bank. Bank merupakan mesin utama dalam sistim
ekonomi kapitalis (Dwi Condro Triono. 2008). Mesin kedua dari sistim
ekonomi kapitalis adalah pasar modal yang natabene lebih bersifat
spekulatif, dan nilai saham lebih banyak ditentukan oleh opini pemilik
modal. Pasar bursa selama ini tidak memberikan kontribusi yang nyata
terhadap sektor riil, bahkan cenderung bersifat semu sehingga
pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh pasar bursa menjadikan
pertumbuhan ekonomi seperti balon (bubble economic) yang setiap saat mudah pecah/kempes.
Bukti-bukti di atas seperti macetnya kredit subprime mortagage,
tingginya suku bunga, adanya spekulasi yang tinggi dan pasar bursa yang
bersifat seperti gelembung memperkuat bukti kegagalan kapitalisme dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan negara. Karena itu, kapitalis
bukanlah suatu sistem ekonomi yang segala-galanya. Kapitalis lebih
cenderung menimbulkan perbedaan yang makin besar antara yang kaya dengan
yang miskin serta melanggengkan kemiskinan.
-
Solusi Mengatasi Krisis Ekonomi Global.
Dari fakta- fakta yang telah diungkapkan
di atas, maka globalisasi ekonomi dan kapitalisme ternyata tidak mampu
mensejahterakan masyarakat dunia. Kelemahan kapitalis merupakan
kelemahan globalisasi, dan kegagalan globalisasi membuktikan kegagalan
kapitalis. Kegagalan kepitalis ini tercermin dari terjadinya krisis
keuangan global saat ini. Krisi keuangan global ini disebabkan, antara
lain:
- Adanya kredit macet karena ketidak layakan penerima suprime mortgage dan tingginya suku bunga yang ditetapkan.
- Adanya spekulasi yang tinggi yang memperparah krisis ekonomi.
- Pasar bursa tidak memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan sektor riil, karena bursa yang dipasarkan lebih banyak merupakan turunannya (derevatif) dan tidak dapat dikontrol serta lebih bersifat spekulatif seperti judi.
- Uang dijadikan komoditi sehingga nilai uang tidak pernah stabil sehingga berdampak pada ekonomi yang tidak stabil pula.
Karena itu, untuk mengatasi agar ekonomi
dapat berkembang dan mengalami pertumbuhan yang stabil, maka penyebab
kegagalan kapitalis di atas harus dieliminir. Untuk mengeliminir dan
bahkan meniadakan penyebab dari kegagalan kapitalis tersebut, maka
solusi yang dapat dijadikan obat bagi krisis ekonomi yang bersifat
siklis tersebut, adalah :
- Menggunakan sistim perbankan yang mengharamkan bunga (menggunakan sistim perbankan syariah).
- Mengurangi transaksi ekonomi yang bersifat spekulatif seperti secondary market, meniadakan penjualan produk turunan (derevatif product) dari pasar bursa seperti perdagangan Indeks dll.
- Menjadikan uang hanya sebagai alat tukar dan pengukur nilai, serta kembali menggunakan uang yang dijamin oleh mas dan membuat uang mas seperti dinar dan dirham, selain itu tidak menjadikan uang sebagai komoditi.
Posting Komentar