BEST PROFIT FUTURES -
Tahun 2014 sudah memasuki bulan kelima. Apakah Anda sudah
mengimplementasikan rencana yang dirancang sejak tahun silam? Apakah
pada bulan Januari kemarin sudah ada hal-hal baru dalam investasi yang
Anda lakukan? Atau portofolio investasi Anda masih sama seperti
tahun-tahun sebelumnya?
Jawabannya bisa ”ya” bisa ”tidak”.
Namun, kebanyakan investor individu sering kali tidak terlalu bernyali
untuk mengubah pola investasinya kendati berdasarkan evaluasi, disadari
bahwa investasi yang dilakukan mesti mengalami revisi. Kenapa demikian?
Karena antara logika dan perasaan sering berpadu. Tatkala evaluasi
dilakukan, maka segala logika dikedepankan. Perasaan pasti kalah. Namun,
ketika evaluasi sudah selesai dan rencana telah disusun, maka saat akan
dilaksanakan, perasaan mulai bermain lagi.
Sering muncul pertanyaan, bagaimana jika
asumsi yang telah disusun berbeda dengan fakta, dan lain sebagainya.
Itu sebabnya, banyak investor individu belum melakukan perubahan apa-apa
meski satu bulan pada tahun berjalan telah terlewati. Ironisnya, ketika
waktu telah berjalan, portofolio investasi yang tidak berubah tetap
berjalan seperti biasa, maka penyesalan akan muncul. Kenapa?
Portofolio saham misalnya. Lazim pada
bulan Januari terjadi efek yang membuat sebagian harga saham meningkat.
Namun, wind fall tidak dinikmati oleh semua investor karena memang tidak
semua saham mengalami peningkatan harga. Dengan kata lain, jika
portofolio saham Anda tidak termasuk saham yang mengalami peningkatan
harga, Anda hanya menjadi penonton. Bahkan, saham di portofolio Anda
mengalami penurunan harga. Oleh karena itu, rencana investasi yang sudah
disusun tidak bisa dibiarkan hanya sebagai rencana. Lantas bagaimana
baiknya?
Cek rencana
Cek kembali rencana yang telah disusun. Paling tidak di sana mestinya ada beberapa hal penting. Pertama, alokasi dana ke beberapa instrumen investasi. Misalnya, sekian persen di deposito berjangka, sekian persen di saham, sekian persen di reksa dana, dan lain sebagainya. Tentu dari alokasi itu ada yang berupa tambahan investasi baru dan ada pula yang sekadar pergeseran dari alokasi. Nah, berdasarkan alokasi investasi tersebut, Anda bisa memulai implementasi dari yang paling sederhana dan minim risiko. Apa itu?
Cek kembali rencana yang telah disusun. Paling tidak di sana mestinya ada beberapa hal penting. Pertama, alokasi dana ke beberapa instrumen investasi. Misalnya, sekian persen di deposito berjangka, sekian persen di saham, sekian persen di reksa dana, dan lain sebagainya. Tentu dari alokasi itu ada yang berupa tambahan investasi baru dan ada pula yang sekadar pergeseran dari alokasi. Nah, berdasarkan alokasi investasi tersebut, Anda bisa memulai implementasi dari yang paling sederhana dan minim risiko. Apa itu?
Deposito berjangka. Jika Anda
merencanakan untuk mengurangi alokasi investasi di deposito berjangka,
maka ketika jatuh tempo jangan diperpanjang lagi. Dengan kata lain, Anda
mesti segera menyiapkan relokasi dana deposito berjangka tersebut ke
instrumen lain sesuai dengan rencana aksi yang telah dibuat.
Kedua, timing dalam implementasi. Apa
maksudnya? Sederhana saja. Anda telah memiliki cash atau dana yang siap
diinvestasikan yang berasal dari pencairan deposito berjangka. Lalu ke
mana dana tersebut diprioritaskan? Pertanyaan ini penting mengingat Anda
akan melakukan penambahan investasi di reksa dana dan atau saham dan
atau investasi lainnya. Mana yang akan didahulukan? Jawabannya adalah
bergantung timing.
Seorang investor yang berorientasi
jangka panjang, atau minimal setahun, tentu telah mengevaluasi instrumen
yang akan dibeli, termasuk dalam hal ini instrumen volatile seperti
saham. Nah, timing dalam menentukan kapan membeli saham-saham yang telah
diincar akan sangat memberi pengaruh terhadap keberhasilan ataupun
kegagalan dalam investasi saham tersebut. Artinya, jangan memaksakan
membeli ketika harga saham masih tinggi. Namun akan lebih tepat jika
membeli saham-saham itu saat mengalami koreksi harga.
”Monitoring” dan evaluasi
Ketiga, monitoring dan evaluasi. Tatkala rencana aksi sudah diimplementasikan secara total, maka realitas dari investasi tersebut tentu mesti di-monitoring. Paling tidak dilakukan monitoring secara bulanan, bagaimana perkembangan investasi yang telah dilakukan. Monitoring bulanan bukan berarti harus dilakukan penyesuaian setiap bulan. Apalagi jika investasi tersebut dalam bentuk saham.
Ketiga, monitoring dan evaluasi. Tatkala rencana aksi sudah diimplementasikan secara total, maka realitas dari investasi tersebut tentu mesti di-monitoring. Paling tidak dilakukan monitoring secara bulanan, bagaimana perkembangan investasi yang telah dilakukan. Monitoring bulanan bukan berarti harus dilakukan penyesuaian setiap bulan. Apalagi jika investasi tersebut dalam bentuk saham.
Up down dari harga saham adalah biasa
karena ada berbagai trigger dalam pembentukan harga saham. Bisa karena
faktor psikologis pasar, bisa pula memang karena fundamental dari emiten
bersangkutan. Jika perubahan harga, menjadi turun misalnya, lebih
didorong oleh psikologis pasar, tidak mesti Anda ikut-ikutan menjual
saham tersebut. Bahkan ketika harga mengalami pelemahan, sementara Anda
yakin betul bahwa fundamental saham tersebut cukup baik, maka Anda malah
bisa masuk lagi ke saham tersebut. Toh horizon investasi Anda bukan
bulanan, melainkan minimal untuk jangka waktu setahun.
Lantas apa pula yang dimaksud dengan
evaluasi? Evaluasi adalah untuk membandingkan antara realitas yang
terjadi dengan rencana dan juga dengan asumsi yang telah dibuat. Apakah
ada perbedaan atau tidak. Jika penyimpangan dalam fakta terlalu jauh
dibandingkan dengan asumsi, maka suka tidak suka, portofolio harus
disesuaikan juga. Kelazimannya, penyimpangan yang bisa ditoleransi
adalah sampai dengan 5 persen. Atau paling banyak 10 persen. Jika
melebihi patokan tersebut, berarti memang ada yang keliru dengan asumsi
yang dibuat sebelumnya.
Lantas kapan evaluasi tersebut
dilakukan? Evaluasi yang menyeluruh bisa dilakukan per semester alias
enam bulanan. Namun, evaluasi juga bisa dilakukan per tiga bulanan.
Kalau dilakukan penyesuaian setelah tiga bulanan, sebaiknya hanya
bersifat minor. Karena dalam tiga bulan, hakikatnya tidak terlalu banyak
hal yang bisa dijadikan kesimpulan.
Kesimpulannya, rencana aksi adalah
panduan dalam melakukan investasi. Tidak mungkin investasi bisa berjalan
dengan baik jika tidak berdasarkan parameter atau tujuan-tujuan yang
telah dirancang. Tidak perlu ada keraguan untuk mengimplementasikannya.
Sebab, rencana aksi mestinya telah melalui analisis dan penggunaan
logika. Jika terlambat mengimplementasikan rencana aksi tersebut,
hasilnya bisa sangat berbeda. Selamat mencoba. (as/tribunnews)
Posting Komentar