Kebijakan Moneter Bagi Perekonomian Indonesia

Jumat, 09 Mei 20140 komentar

BEST PROFIT FUTURES - Pada saat krisis ekonomi terjadi umumnya harga-harga akan meningkat drastis, jumlah uang beredarpun terlalu banyak sehingga inflasi meningkat tajam, pemerintah harus menerapkan berbagai kebijakan yang efektif untuk menanggulanginya. Salah satu kebijakan populer yang digunakan pemerintah adalah Kebijakan Moneter. Kebijakan Moneter merupakan tindakan yang dilakukan oleh pengusaha (otoritas) moneter (dalam hal ini Bank Sentral/Bank Indonesia) dengan mengeluarkan berbagai kebijakan baik dari sektor rill dan sektor moneter., dimana kebijakan ini dilakukan dengan mengeluarkan berbagai jenis regulasi. Tujuan umum yang ingin dicapai adalah mempengaruhi kondisi perekonomian agar sesuai dengan yang dikehendaki, yakni adanya pertumbuhan ekonomi, sedangkan tujuan khususnya adalah menambah atau mengurangi jumlah uang yang beredar atau yang ada ditangan masyarakat, untuk mencapai target-target tertentu dalam bidang ekonomi. Target-target yang dimaksud adalah sebagai berikut:


1. Mengurangi inflasi
2. Menjaga stabilitas ekonomi
3. Menciptakan kesempatan kerja
4. Memperbaiki kondisi neraca pembayaran

Bank Indonesia sebagai Bank sentral atau sebagai pemegang otoritas moneter di Inonesia adalah lembaga yang mempunyai kewenangan dalam mengambil kebijakan moneter. Dalam melaksanakan moneter tersebut, Bank Indonesia mempunyai beberapa perangkat atau bentuk kebijakan, yaitu sebagai berikut.

1. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation)
Operasi pasar tebuka merupakan tindakan menjual atau membeli surat-surat berharga oleh bank sentral yang bermaksud untuk menaikan atau menurunkan jumlah uang yang berear di masyarakat. Bank sentral akan menjual surat berharga jika jumlah uang beredar (JUB) terlalu banyak dan akan membeli jika JUB terlalu sedikit.

2. Penentuan Cadangan Minimum (Reserve Requirment Policy)
Penentuan cadangan minimum merupakan tindakan mengatur bank-bank umum oleh BI untuk menaikan atau menurunkan cadangan minimum yang dimiliki dengan maksud untuk menaikan atau menurunkan JUB dimasyarakat. Jika jumlah uang beredar sedikit, BI akan menurunkan cadangan minimum yang dimiliki bank umum, sehingga kemampuan bank umum dalam memberi kredit semakin besar dan sebaliknya.

3.Kebijakan Diskonto (Rediscount Rate Policy)
Kebijakan diskonto merupakan tindakan menetapkan tingkat suku7 bunga tertentu yang dilakukan oleh bank sentral kepada bank umum.

4.Kebijakan Kredit Selektif
Kebijakan ini diberlakukan untuk sektor dan tujuan tertentu, misalnya kredit pemilikan rumah, kredit usaha kecil, dan kredit investasi kecil. Kredit pemilikan rumah Bank Tabungan Negara, memang diyukukan khusus kepada masyarakat golongan ekonomi menengah kebawah agar dapat memperoleh kemudahan-kemudahan dalam membeli rumah secara kredit

5. Himbauan Modal (Moral Suasion/Open Mouth Policy)
Hinbauan Moral adalah tindakan yang diambil oleh BI untuk mempengaruhi setiap lembaga keuangan dan individu yang bergerak dalam moneter melaui pengumuman, surat earan, atau himbauan agar mereka bertindak sesuai dengan kehendak otoritas moneter (BI). Disamping itu, Bank Sentral juga dapat memberikan saran-saran dan himbauan kepada bank umum untuk melakukan penggabumgan usaha (merger) atau menurunkan suku bunga yang terlalu tinggi.

Standar moneter

Pada umumnya suatu negara akan mencoba untuk mempertahankan satuan moneternya tetap mempunyai nilai konstanata dari komoditi tersebut. Setiap komoditi dapat dipilih sebagai satuan moneter. Jadi standar moneter merupakan ramuan hukum yang berlaku dalam praktik dan kebiasaan-kebiasaan yang mendasari penggunaan uang dalam suatu sistem perekonomian.Standar moneter pada dasarnya dapat dikategorikan dalam kelompok, yaitu:

1. Standar Komoditi (Comodity Standart)
Dalam penggunaan komoditi sebagai standar moneter biasanya mempergunakan emas dan perak sebagai dasar dan menjamin uang yang beredar. Sehingga standar komoditi ini dapat dibagi dalam:
a. Standar Emas
Suatu negara yang berstandarkan emas adalah bila mana nilai mata uangnya didasarkan pada nilai sejumlah emas tertentu. Dengan demikian masyarakat dapat bebas melebur mata uang emasnya atau membuat mata uang emas (dalam bentuk emas batangan) menjadi mata uang kertas melalui proses pertukaran dengan perbandingan yang telah ditetapkan bank sentral.
Standar emas sebenarnya tidak dirancang secara sengaja, standar ini terjadi dengan sendirinya dalam perekonomian, standar emas ini telah berlangsung sebelum terjadinya perang dunia pertama, dan bahkan bertahan hingga perang tersebut berakhirpun standar emas ini masih digunakan.Dapat dikatakan bahwa, bila suatu negara memakai standar emas sebagai standar moneternya maka negara tersebut akan dapat:

 Menetapkan suatu unit mata uang yang diukur emas seberat tertentu.
 Memungkinkan penawaran uang domestik ditetapkan dengan kuantitas emas domestik.
 Tidak ada pembatasan arus emas secara internasional, karena emas akan mengalir dari negara yang mengalami defisit perdagangan ke negara yang mengalami surplus.

Namun dibalik itu semua standar emas tidak luput dari kelemahan, yaitu berupa:

 Proses penyesuaian harga (seperti pendapat klasik) akan berjalan sangat lamban dan tidak bisa dipergunakan untuk memulihkan ketidakseimbangan neraca perdagangan yang berkepanjangan.
 Emas tidak bisa disediakan secepat perkembangan perdagangan dunia, sehingga ad kesenjangan penyediaan dan kebutuhan emas untuk memperlancar arus perdagangan internasional.
 Tidak meratanya distribusi emas antara negara, sehingga perdagangan internasional tidak bisa dilakukan negara yang tidak menilai emas.
b. Standar Perak (Silver Standard)
Standar perak ini hampir sama dengan standar emas, di mana nilai uang dikaitkan denga sejumlah berat perak tertentu.
2. Standar Kepercayaan (Fiat Standar)
Dengan berjalannya waktu, standar moneter juga mengalami perkembangan. Pada waktu standar emas, penciptaan uang kertas selalu dikaitkan dengan emas dengan nilai yang sama, dimana emas dibawa ke bamk sentral dan bank sentral menerbitkan mata uang dalam sertifikan emas (artinya emas tersedia bila dibutuhkan). Jadi persediaan emas menentukan berapa banyak uang diterbitkan, meskipun ada keharusan menjaga konvertilitas pada standar emas untuk menentukan batas dalam menerbitkan uang, bank sentral memiliki kekuasaan yang besar dalam mengendalikan jumlah uang beredar.
Hingga pada tahun 1944 hampir semua negara meninggalkan standar emas, mata uang mereka tidak lagi konvertibilitas terhadap emas. Uang secara hukum hanya menggantungkan nilainya pada penerimaan umum terhadap mata uang tersebut. Uang yang diterbitkan pemerintah atau disahkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah disebut uang fiat (fiat money).

Uang fiat adalah merupakan uang kertas secara hukum harus diterima bila diserahkan untuk membeli barang dan jasa (misalnya rupiah). Bukan hanya uang kertas saja yang merupakan uang fiat, uang logam pun termaksud sebagai uang fiat, karena uang logam modern sudah sama dengan uang kertas tidak hanya sekedar tanda bukti.
Sekarang ini uang kertas dan logam bernilai karena secara umum sudah diterima dan diakui. Karena setiap orang menerima uang sebagai benda yang bernilai, dan tidak bisa dikontrovesikan ke dalam bentuk lain (misal emas).

Uang kertas jaman sekarang tidak lagi dijamin atau konvertibel dengan sesuatu yang lebih bernilai. Uang kertas tidak mengandung apa-apa selain sekedar kertas nilainya berasal dari pengakuan bersama dan semua orang percaya bahwa uang ini akan terus diakui hingga masa mendatang.Perkembangan uang fiat sekarang ini cukup pesat, dimana yang termaksud, dalam kategori uang fiat (uang kepercayaan) adalah:
 Uang giral (deposit money), karena cek dapat dilakukan sebagai alat pembayaran.
 Kartu kredit (credit card)

Efektifitas Kebijakan Moneter
Naiknya penawaran uang secara kumulatif merupakan tindakan ekspansif sejauh kebijaksanaan moneter ini bisa mempengaruhi output atau pendapatan nasional. Ukuran yang dipergunakan secara kuantitatif untuk keefektifan suatu kebijakan moneter adalah sampai sejauh mana perubahan penawaran uang berhasil mengubah pendapatan nasional terjadi. Jadi semakin besar perubahan pendapat yang terjadi akan semakin efektif kebijaksanaan moneter yang dikeluarkan. Dan efektifitas kebijakan ekonomi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adalah sebagai berikut:

a. Ada Tidaknya Tujuan yang Saling Bertentangan
Suatu hal yang tidak diinginkan, tetapi sering terjadi adlah jika tujuan satu kebijakan bertentangan dengan kebijakan yang lain. Misalnya, cadangan wajib turun dari 10% menjadi 5%. Kebijakan ini akan meningkat kelebihan cadangan bank-bank umum, yang dapat mendorong peningkatan kredit serta uang beredar. Di lain pihak otoritas moneter juga melakukan penjualan surat-surat berharga dipasar uang dan modal, yang akan mendorong penurunan jumlah uang beredar. Dari contoh tersebut terlihat bahwa tujuan dua kebijakan tersebut bertentangan, sehingga kebijakan moneter tidak berjalan efektif

b. Tingkat Moneterisasi Masyarakat
Kebijakan moneter akan efektif jika masyarakat telah menggunakan uang baik sebagai alat tukar menukar, alat pengukur, dan penyimpan kekayan maupun funfsi uang yang lain.

c. Faktor Kelambanan
Adanya kelambanan dalam mengantisipasi suatu gejolak ekonomi akan dapat mengurangi efektifitas suatu kebijakan ekonomi.

d. Pengaruh Lembaga Keuangan
Perilaku lembaga keuangan bank pada perinsipnya diawasi oleh Bank Sentral, tetapi perilaku lembaga keuangan nonbank tidak sepenuhnya di bawah pengawasan Bank Sentral, sehingga adanya suatu kebijakan moneter belum tentu berpengaruh terhadap kegiatan atau kebijakan yang dijalankan oleh lembaga keungan bukan bank.

e. Harapan (Expectation) Masyarakat
Semakin rendah harapan masyarakat terhadap keadaan ekonomi dan perilaku pemerintah, semakin efektif kebijakan moneter yang diambil.

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Variabel Target
Sebagai pengatur ekonomi nasional, pemerintah sering melakukan kebijakan moneter. Kebijakan moneter dapat berdampak pada pendapatan nasional, pengangguran, dan menciptakan stabilitas ekonomi. Dan ntuk dapat merumuskan kebijakan yang cocok perlu diamati faktor-faktor atau variabel-variabel yang memengaruhi investasi. Kesalahan dalam memilih atau menentukan variabel yang memengaruhi investasi ataupun jika terjadinya ketidak tahuan akan standar moneter yag dipakai oleh Internasioanl. akan menyebabkan tidak efektifnya suatu kebijakan ekonomi.
Jadi dapat dikatakan kebijakan moneter paling efektif dipergunakan pada periode yang relatif pada perekonomian masa makmur (penggunaan tenaga kerja penuh), dan akan kurang efektif selama penurunan aktivitas perekonomian, dan bahwa ternyata efektifitas kebijakan moneter akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi perekonomian yang turun naik.
Kelemahan dari tindakan moneter dalam mengatasi inflasi adalah semua sektor dalam perekonomian akan ikut menderita walaupun sektor tersebut bukan penyebab inflasi terjadi, sehingga dengan dijalankan kebijakan moneter ini akan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PT BESTPROFIT FUTURES PONTIANAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger