Imbas Kebijakan The Fed Terhadap Indonesia

Selasa, 24 Juni 20140 komentar

Bestprofit Futures - Imbas Kebijakan The Fed Terhadap Indonesia

Pada Rabu kemarin, The Fed menyatakan kenaikan suku bunga jangka pendek mungkin bisa terjadi sedikit lebih cepat pada tahun 2015 dan 2016. Fed juga kembali mengurangi program pembelian obligasi. "Kami masih hati-hati, pasar saham AS kelebihan berat badan. Selain itu, patut mewaspadai adanya tarif mispriced di pasar obligasi dan memperbaiki ketidakseimbangan yang berpotensi menghambat pasar saham," ujar David Kelly, Kepala Global Strategi JP Morgan. Demikian mengutip dari cnbc.com, Jumat (20/6/2014).

Bestprofit Futures - Sementara itu, The Fed memperkirakan tingkat suku bunga akan menyentuh 1,25% pada akhir tahun 2015. Angka ini naik daripada proyeksi sebelumnya yang sebesar 1%. Proyeksi itu tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi AS yang diprediksi masih akan berkembang cepat dalam 2 tahun ke depan.

"Masalahnya adalah pasar cenderung naik dengan hati-hati dan bisa jatuh lebih tajam," tandas Kelly seakan mengingatkan investor mengenai kondisi terburuk yang mungkin terjadi. Sedangkan, perekonomian AS diprediksi akan tumbuh pada kisaran 3%-3.2% pada tahun 2015 dan 2,5%-3% pada tahun 2016. Untuk tahun 2014, The Fed menurunkan proyeksi pertumbuhan ke kisaran 2,1%-2,3% dari sebelumnya 2,8%-3%.

The Fed beralasan, penurunan proyeksi itu karena mulai mempertimbangkan dampak dari musim dingin yang buruk pada kuartal pertama. Bank Sentral Amerika tersebut, juga meramalkan tingkat pengangguran akan turun sedikit lebih cepat ke level 6% pada akhir 2014.

Bestprofit Futures - Bank Indonesia (BI) memperkirakan arus modal keluar alias capital outflow akibat adanya tapering off yang dilakukan Bank Sentral Amerika The Fed tidak akan besar.Kalaupun ada outflow bisa ditutupi dengan arus modal masuk atawa capital inflow yang semakin tinggi masuk ke pasar tanah air.

Berdasarkan data BI, aliran dana masuk tiga bulan pertama 2014 mencapai US$ 5,7 miliar atau kira-kira setara dengan Rp 57 triliun.Lalu data terbaru pada bulan April dana masuk sudah mencapai Rp 86 triliun. Dana masuk ini sudah dua kali lipat lebih besar ketimbang arus masuk setahun penuh pada tahun 2013 yang sebesar Rp 43 triliun-Rp 44 triliun.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan sampai dengan sekarang ini belum ada aliran dana yang keluar.Gubernur The Fed Janet Yellen dalam pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 kemarin di Washington kemarin menegaskan, kalau The Fed akan memperhatikan dampak kebijakan moneter yang mereka buat terhadap pasar keuangan global.

Bestprofit Futures - Dampaknya terhadap negara maju ataupun negara berkembang menjadi hal yang dipertimbangkan negeri paman sam tersebut.Arah kebijakan The Fed pun sudah jelas. Pengurangan stimulus akan terus berlanjut dan pada tahun 2015 suku bunga acuan akan mulai dinaikkan.

Kepastian ini tentu memberikan kenyamanan bagi investor. "Volatilitas dari global mungkin masih ada tapi tidak seburuk tahun lalu," ujar PerryMaka dari itu, BI melihat, kalaupun ada outflow akibat The Fed maka bisa diantisipasi dengan inflow yang tinggi.

Mengenai arus modal keluar yang akan terjadi akibat repatriasi pada triwulan II, diakui Perry, merupakan faktor musiman saja.Hal ini melihat tahun lalu, arus modal keluar dalam data Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencapai US$ 7 miliar akibat repatriasi.

Perbaikan fundamental Indonesia seperti inflasi yang terkendali serta defisit transaksi berjalan yang membaik menjadi faktor derasnya aliran dana asing masuk.Fundamental Indonesia yang terus membaik tentu akan membuat capital inflow terus terjadi.Kepala Ekonom BII Juniman berpendapat, meski ada tapering off ataupun rencana peningkatan suku bunga pada tahun depan, namun pasar Indonesia masih atraktif.

Bestprofit Futures - Apalagi, ada faktor politik yang ditambah dengan harapan pemerintahan yang lebih baik lima tahun mendatang menambah kepercayaan investor untuk masuk. Soal arus keluar akibat repatriasi, menurut Juniman, akan sangat tergantung dari kondisi domestik dan global.Kalau ekonomi dalam negeri Indonesia terus mengalami penguatan maka capital outlow yang terjadi tidak akan besar."Tidak seperti tahun lalu yang mencapai sekitar US$ 7 miliar," tandasnya.

Menteri Keuangan Chatib Basri masih optimis investor tidak akan terburu-buru melarikan modalnya dari Indonesia. Dia yakin penawaran Surat Utang Negara (SUN) tahun ini masih tinggi. Menurutnya, kondisi Indonesia relatif lebih stabil dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. "Saya kira minatnya masih tinggi. Penawaran yang masuk besar sekali," ujarnya.

Ia menjelaskan, adanya penawaran yang tinggi disebabkan risiko di Indonesia relatif kecil dibandingkan negara-negara lain seperti Turki, Brazil, Afrika Selatan, dan India. Terlebih lagi dengan kejadian di beberapa negara yang kondisinya sedang tidak menguntungkan, seperti masalah politik di Turki. Thailand juga tengah mengalami masalah politik.

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PT BESTPROFIT FUTURES PONTIANAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger