Bestprofit (09/05) - Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan nilai ekspor batik nasional dapat meningkat 6 hingga 8 % di 2019. Pada 2018 ekspor batik tercatat senilai US$52,44 juta atau setara Rp734 miliar.
Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto mengatakan industri batik turut mendorong pertumbuhan di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 2019, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98%. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07% di periode yang sama.
“Saat ini, batik telah bertransformasi menjadi berbagai bentuk fesyen, kerajinan dan home decoration yang telah mampu menyentuh berbagai lapisan masyarakat baik di dalam maupun luar negeri. Untuk itu, Kemenperin terus mendorong peningkatan produktivitas dan perluasan pasar bagi industri batik nasional,“ kata Airlangga saat pembukaan Pameran Gelar Batik Nusantara (GBN) 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (8/5/2019).
BACA JUGA :
- Bestprofit - Mei 2019, Harga Batubara Acuan Turun US$6,99 per Ton | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Rupiah Kebakaran Janggut, Apresiasi Kian Terenggut | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Aturan Merger BPR Siap Terbit Bulan Depan | PT Best Profit Futures Pontianak
- Bestprofit - Satelit Multifungsi Indonesia Akan Terbang di Akhir 2022 | PT Best Profit Futures Pontianak
Menurut Airlangga industri batik juga telah menjadi salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan. Tercatat jumlah tenaga kerja yang terserap dari sektor hulu seperti weaving dan dyeing hingga sektor industri batik sebanyak 628 ribu orang. Sementara itu, pekerja di industri batik sendiri mencapai sepertiganya atau 212 ribu orang.
“Batik menjadi identitas bangsa yang semakin populer dan mendunia. Industri batik juga memiliki peran penting bagi perekonomian nasional serta menjadi penyumbang devisa negara, karena memiliki pasar ekspor yang besar seperti di Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa,” ujarnya.
Di sisi lain, Airlangga mendorong agar industri batik menjadi sektor yang ramah terhadap lingkungan.
Di sisi lain, Airlangga mendorong agar industri batik menjadi sektor yang ramah terhadap lingkungan.
“Industri batik mulai memperkenalkan bahan baku baru seperti dari serat rayon atau memanfaatkan biji kapas sehingga tentunya dengan material baru ini menghasilkan produk yang lebih menarik dan kompetitif. Selain itu, penggunaan zat warna alam pada produk batik juga merupakan solusi dalam mengurangi dampak pencemaran dan bahkan menjadikan batik sebagai eco-product yang bernilai ekonomi tinggi,” paparnya
Pengembangan zat warna alam dinilai turut mengurangi importasi zat warna sintetik. Di tengah persaingan global yang semakin kompetitif dan dinamis, preferensi konsumen terhadap produk ramah lingkungan terus meningkat. Batik warna alam hadir menjawab tantangan tersebut dan diyakini dapat meningkatkan peluang pasar.
“Untuk itu, saya mengimbau kepada seluruh perajin dan pelaku usaha batik yang hadir di sini untuk terus mengeksplorasi potensi zat warna alam yang kita miliki, sehingga dapat memperkaya ragam batik warna alam Indonesia, termasuk motifnya. Selain itu juga adanya kolaborasi desain, yang seperti memadukan dengan tenun,” imbuhnya.
Dapatkan informasi terbaru di PT Bestprofit Futures
PT BEST PROFIT FUTURES
sumber : Investing
Posting Komentar