Bestprofit (30/10) - Facebook menuntut perusahaan mata-mata Israel, NSO Group karena diduga telah melakukan upaya peretasan terhadap ribuan pengguna WhatsApp.
Dalam dokumen penuntutan, Facebook menuliskan, NSO Group menciptakan eksploit yang kemudian dipakai untuk meretas perangkat pengguna WhatsApp, salah satu lini bisnis Facebook.
"NSO Group bertanggung jawab atas kesalahan keamanan yang memungkinkan peretas potensial untuk memasang spyware melalui panggilan telepon," tuding Facebook dalam gugatannya, dikutip dari Cnet, Rabu (30/10/2019).
Lebih lanjut, bahkan jika korban tak mengangkat telepon itu, ia tetap berpotensi terinfeksi virus yang dipasang peratas. Baik iPhone maupun Android sama-sama rentan terhadap serangan tersebut.
BACA JUGA :
- PT BestProfit - Lion Renegosiasi dengan Boeing | PT Best Profit Futures Pontianak
- PT BestProfit - Inggris Kasih Jalan Buat Raksasa Teknologi China 'Musuh Amerika', Pecah Kongsi? | PT Best Profit Futures Pontianak
- PT BestProfit - BRI Salurkan Kredit Usaha Rakyat Senilai Rp77,26 Triliun | PT Best Profit Futures Pontianak
- PT BestProfit - Toyota Kembangkan Mobil Masa Depan Unik dan Personal | PT Best Profit Futures Pontianak
NSO Group juga diduga telah berkontribusi untuk menciptakan perangkat lunak untuk memata-matai perangkat yang dienkripsi, contohnya "Pegasus". Namun, pihak NSO membantahnya dan mengatakan, "kami berencana melawan mereka (Facebook) dengan penuh semangat."
Pegasus dan eksploit Whatsapp digunakan untuk serangan yang ditargetkan pada orang-orang tertentu. Menurut WhatsApp, sekitar 1.400 orang menjadi sasaran eksploitasi melalui panggilan telepon, di antara mereka berprofesi sebagai jurnalis, pengacara, aktivis HAM, pejabat, dan diplomat.
Tapi, pengakuan WhatsApp bertentangan dengan keterangan NSO. "Satu-satunya tujuan kami: menyediakan teknologi bagi badan intelijen dan penegak hukum pemerintah berlisensi untuk memerangi terorisme dan kejahatan serius," kata NSO Group.
Berdasarkan keterangan WhatsApp, serangan yang diterima oleh ribuan penggunanya juga mencoba mengakses pesan setelah didekripsi pada perangkat yang terinfeksi.
"(Itu) menyalahgunakan kerentanan dalam aplikasi dan sistem operasi yang memberi daya pada ponsel kami," tambah WhatsApp.
Para korban tersebar di negara yang terdiri dari: Meksiko, Uni Emirat Arab, dan Bahrain. Menurut keterangan Kepala WhatsApp, Will Cathart, para peretas di balik serangan eksloitasi itu menggunakan layanan hosting internet yang berhubungan dengan NSO Group.
PT BEST PROFIT FUTURES
sumber : Investing
Posting Komentar