Ekonomi Komodo Tangguh Hadapi Tantangan Pasar Global

Kamis, 29 Mei 20140 komentar

BEST PROFIT FUTURES - Si ‘Ekonomi Komodo’, begitulah julukan yang diberikan The Economist untuk menggambarkan perekonomian Indonesia, yaitu perekonomian yang tangguh, ‘berkulit tebal’, fleksibel, cepat dan tangkas. Saat pertumbuhan ekonomi global sedang melesu, Indonesia diprediksikan akan menjadi salah satu negara yang perekonomiannya stabil dan meningkat.

Kita boleh berbangga diri karena tahun lalu prestasi Indonesia boleh dikatakan cukup fenomenal. Selain berhasil meraih peringkat Investment Grade yang membuka pintu seluas-luasnya kepada para investor, PDB Indonesia juga sekarang telah melampaui angka USD 1 triliun – suatu pencapaian yang mustahil diraih tanpa ketangguhan, ketangkasan, dan landasan fundamental perekonomian yang kuat.

Namun, kita tidak boleh lengah. Semua pencapaian itu masih rentan terguncang oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Bagaimana seharusnya strategi Indonesia menghadapi potret perekonomian dunia yang suram tahun ini? Apa saja yang menjadi kekuatan Indonesia? Dan apa yang masih menjadi catatan pekerjaan rumah bagi kita? Semua pertanyaan tersebut dibahas dalam seminar tahunan ‘Citi Indonesia Economic & Political Outlook’ yang kembali hadir dengan tema ‘Indonesia 2012: Surfing in the Middle of the Tide’ (11/4).

Untuk mengulas tema tersebut, Citi Indonesia tidak tanggung-tanggung dan menghadirkan para pakar yang sangat ahli di bidangnya untuk berbagi pandangan mereka. Para pembicara yang hadir adalah: Gita Wirjawan, Menteri Perdagangan Republik Indonesia; Chairul Tanjung, Ketua Komite Ekonomi Nasional; Anies Baswedan,Rektor Universitas Paramadina; Tigor Siahaan, Citi Country Officer Indonesia; Johanna Chua, Head of Asia Pacific Economic and Market Analysis di Citigroup Global Markets Asia; dan Ferry Wong, Head of Indonesia Research di Citi Investment Research and Analysis.

Semua pembicara menyampaikan pandangan yang berbeda-beda, tetapi mereka semua sepakat bahwa meski Indonesia bisa optimis menghadapi goncangan ekonomi global karena kita sudah memiliki struktur fundamental perekonomian yang baik, tetapi harus tetap waspada dengan kenaikan inflasi jangka pendek dan menyusun strategi jangka panjang untuk mempertahankan pertumbuhan yang linear.

Salah satu hal yang membedakan ketangguhan perekonomian Indonesia dari negara lain terletak pada resiliensi domestik dan kekuatan konsumsi domestik. Dengan pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, maka permintaan akan produk-produk dan jasa yang berkualitas pun meningkat sehingga terciptalah pasar bagi hasil produksi dalam negeri.

“Tantangannya adalah apakah kita bisa mempertahankan pertumbuhan yang linear. Kunci utama mempertahankan pertumbuhan ekonomi terletak pada demografi penduduk Indonesia yang sebagian besar komposisinya adalah pemuda dibawah usia 29 tahun. Oleh karena itu, inti dari keberhasilan upaya tersebut akan sangat bergantung pada keberhasilan sektor pendidikan,” ujar Menteri Perdagangan RI Gita Wirjawan, “Pendidikan penting karena kemajuan perekonomian Indonesia juga akan bergantung dari kemajuan industrialisasi. Bukan hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengekspor barang yang telah mendapat nilai tambah dari proses produksi.”

Logikanya, jika pendidikan maju maka kelas menengah pun akan terus bertumbuh, dan pasar domestik bisa terus berkembang. Dan jika pendidikan maju, maka Indonesia juga memiliki peluang yang besar dalam merevitalisasi industrinya, terutama industri manufaktur yang menargetkan pasar domestik. Mengapa? Karena Indonesia sudah memiliki keunggulan dari sisi komposisi demografis yang muda dan tingkat upah yang lebih kompetitif. Tinggal membangun keahlian atau skill sumber daya manusia yang ada.

Namun, perlu diingat bahwa perekonomian nasional yang dinamis ini tentunya harus didukung pula oleh situasi dan kebijakan politik yang kondusif bagi perkembangan bisnis dan penanaman modal. Terkait hal tersebut, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan melihat bahwa pemerintah Indonesia perlu berbenah diri dalam menegakkan hukum untuk menjamin stabilitas dalam negeri. ”Tak bisa kita pungkiri bahwa sebagai negara yang multirasial, multietnis, dan masih memiliki kesenjangan ekonomi, Indonesia memang memiliki banyak potensi friksi. Namun demikian, konflik tidak akan terjadi seandainya pemerintah dapat menegakkan hukum dengan baik. Ini adalah salah satu persoalan utama yang kita hadapi dalam pertumbuhan demokrasi di Indonesia,” ungkap Anies.

Selain masalah kepastian hukum, Indonesia juga masih mempunyai pekerjaan rumah dalam hal menumbuhkan good governance, antara lain dengan mengurangi biaya tak terduga dan uang sogok, beban bea cukai, dan meningkatkan transparansi pembuatan kebijakan.

Mampukah Si ’Ekonomi Komodo’ menghadapi tantangan yang ada dan memanfaatkan peluang di tengah lesunya perekonomian global? Terus maju, tangkas, tangguh dan tak mudah tergoyahkan – begitulah semangat hidup binatang komodo yang rasanya perlu kita teladani.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PT BESTPROFIT FUTURES PONTIANAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger