BEST PROFIT FUTURES -
Tidak dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era
globalisasi yang datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah
karena perkembangan pesat teknologi informasi. Implementasi internet,
electroniccommerce, electronic data interchange, virtual office,
telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos batas-batas
fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan
telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem
informasi. Data atau informasi yang pada jaman dahulu harus memakan
waktu berhari-hari untuk diolah sebelum dikirimkan ke sisi lain di
dunia, saat ini dapat dilakukan dalam hitungan detik.
ERA GLOBALISASI INFORMASI
Belum banyak buku yang secara eksplisit
memasukkan era terakhir ini ke dalam sejarah evolusi teknologi
informasi. Fenomena yang terlihat adalah bahwa sejak pertengahan tahun
1980-an, perkembangan dibidang teknologi informasi (komputer dan
telekomunikasi) sedemikian pesatnya, sehingga kalau digambarkan secara
grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial. Ketika
sebuah seminar internasional mengenai internet diselenggarakan di San
Fransisco pada tahun 1996, para praktisi teknologi informasi yang dahulu
bekerja sama dalam penelitian untuk memperkenalkan internet ke dunia
industri pun secara jujur mengaku bahwa mereka tidak pernah menduga
perkembangan internet akan menjadi seperti ini. Ibaratnya mereka melihat
bahwa yang ditanam adalah benih pohon ajaib, yang tiba-tiba membelah
diri menjadi pohon raksasa yang tinggi menjulang. Sulit untuk ditemukan
teori yang dapat menjelaskan semua fenomena yang terjadi sejak awal
tahun 1990-an ini, namun fakta yang terjadi dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Tidak ada yang dapat menahan lajunya
perkembangan teknologi informasi. Keberadaannya telah menghilangkan
garis-garis batas antar negara dalam hal flow of information. Tidak ada
negara yang mampu untuk mencegah mengalirnya informasi dari atau ke luar
negara lain, karena batasan antara negara tidak dikenal dalam virtual
world of computer. Penerapan teknologi seperti LAN, WAN, GlobalNet,
Intranet, Internet, Ekstranet, semakin hari semakin merata dan membudaya
di masyarakat. Terbukti sangat sulit untuk menentukan perangkat hukum
yang sesuai dan terbukti efektif untuk menangkal segala hal yang
berhubungan dengan penciptaan dan aliran informasi.
Perusahaan-perusahaan pun sudah tidak terikat pada batasan fisik lagi.
Melalui virtual world of computer, seseorang dapat mencari pelanggan di
seluruh lapisan masyarakat dunia yang terhubung dengan jaringan
internet. Sulit untuk dihitung besarnya uang atau investasi yang
mengalir bebas melalui jaringan internet. Transaksi-transaksi
perdagangan dapat dengan mudah dilakukan di cyberspace melalui
electronic transaction dengan mempergunakan electronic money.
Tidak jarang perusahaan yang akhirnya
harus mendefinisikan kembali visi dan misi bisnisnya, terutama yang
bergelut di bidang pemberian jasa. Kemudahan-kemudahan yang ditawarkan
perangkat canggih teknologi informasi telah merubah mindset manajemen
perusahaan sehingga tidak jarang terjadi perusahaan yang banting stir
menggeluti bidang lain. Bagi negara dunia ketiga atau yang sedang
berkembang, dilema mengenai pemanfaatan teknologi informasi amat terasa.
Di suatu sisi banyak perusahaan yang belum siap karena struktur budaya
atau SDM-nya, sementara di pihak lain investasi besar harus dikeluarkan
untuk membeli perangkat teknologi informasi. Tidak memiliki teknologi
informasi, berarti tidak dapat bersaing dengan perusahaan multi nasional
lainnya, alias harus gulung tikar.
Hal terakhir yang paling memusingkan
kepala manajemen adalah kenyataan bahwa lingkungan bisnis yang ada pada
saat ini sedemikian seringnya berubah dan dinamis. Perubahan yang
terjadi tidak hanya sebagai dampak kompetisi yang sedemikian ketat,
namun karena adanya faktor-faktor external lain seperti politik
(demokrasi), ekonomi (krisis), sosial budaya (reformasi), yang secara
tidak langsung menghasilkan kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan
baru yang harus ditaati perusahaan. Secara operasional, tentu saja
fenomena ini sangat menyulitkan para praktisi teknologi informasi dalam
menyusun sistemnya. Tidak jarang di tengah-tengah konstruksi sistem
informasi, terjadi perubahan kebutuhan sehingga harus diadakan analisa
ulang terhadap sistem yang akan dibangun. Dengan mencermati keadaan ini,
jelas terlihat kebutuhan baru akan teknologi informasi yang cocok untuk
perusahaan, yaitu teknologi yang mampu adaptif terhadap perubahan. Para
praktisi negara maju menjawab tantangan ini dengan menghasilkan
produk-produk aplikasi yang berbasis objek, seperti OOP (Object Oriented
Programming), OODBMS (Object Oriented Database Management System),
Object Technology, Distributed Object, dan lain sebagainya.
Konsep keunggulan kompetitif dalam operasional perusahaan
Disadari atau tidak bahwa system
informasi mempunyai peranan yang sangat Penting dalam kelangsungan hidup
perusahaan. Banyaknya informasi yang ada dalam perusahaan seharusnya
bias dimanfaatkan menjadi pengetahuan yang menjadi sumber daya bagi
perusahaan tersebut.Pengetahuan ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan performance perusahaan dengan mendayagunakan pengetahuan
tersebut menjadi pengetahuan kolektif dalam rangka pengambilan keputusan
dalam saat yang tepat.Perusahaan adalah suatu sistem fisik yang
dikelola dengan menggunakan sistem konseptual.
Sistem fisik : manusia, material, mesin dan uang.
Sistem konseptual :
informasi Sistem fisik perusahaan adalah sistem lingkaran tertutup dalam
arti dikendalikan oleh manajemen, menggunakan informasi umpan balik
untuk meyakinkan bahwa tujuan-tujuannya tercapai. Perusahaan juga
merupakan suatu sistem terbuka, dalam arti berhubungan dengan
lingkunganya. Sebuah perusahaan mengambil sumber daya dari
lingkungannya, mengubah sumber daya tersebut menjadi barang dan jasa,
dan mengembalikan sumber daya yang telah diubah kepada
lingkungannya.Lingkungan adalah alasan utama keberadaan perusahaan.
Keunggulan kompetitif yang mengacu pada
penggunaan komputer artinya perusahaan tidak hanya mengandalkan sumber
daya fisik namun mengandalkan sumber daya konseptual yaitu informasi
untuk mencapai leverage di pasaran untuk memcapai tujuan strategis
perusahaan.
Sumber daya informasi terdiri dari :
- Perangkat keras komputer
- Perangkat lunak komputer
- Spesialis informasi :
Analis sistem
Pengelola database
Spesialis jaringan
Programer
Operator
- Pemakai
- Fasilitas
- Database
- Informasi
Strategic Uses of Information Technology
Bagi beberapa perusahaan, sebuah
strategi IT tidak selalu pada kasus yang formal. Walaupun dinamakan
perencanaan Sistem Informasi (IS) “Strategic”, arsitektur aplikasi,
data, teknologi dan proses manajemen IS, yang terdiri dari standar
pengembangan dan pelaporan, semuanya disajikan dengan rencana, proses
dan kebutuhan dari bisnis yang ada saat ini. Tidak ada acuan atau
philosofi untuk kegunaan teknologi di perusahaan dan tidak terkesan
adanya aturan yang signifikan dalam menentukan strategi mana yang lebih
efektif, menguntungkan dan dapat dikerjakan dengan mudah.
Dalam lingkungan konvensional, hubungan antara strategi kompetitif
perusahaandan manfaat penggunaanIT dikembangkan melalui beberapa
lapisan; dari perencanaan, analisa dan perancangan. Dapat dipahami bila
pada ligkunganseperti ini IT memiliki pengaruh yang kecil terhadap
strategi kompetitif perusahaan. Sejalan dengan semakin luasnya
pemanfaatan IT di lingkungan bisnis, semakin terlihat tidak ada lagi
pemisahan antara IT dan Strategi kompetitif perusahaann, karena semua
strategi kompetitif harus memiliki IT sama halnya dengan memiliki
marketing, produsen dan keuangan.
Strategi IT membantu manager untuk mendefinisikan batasan pembuatan
keputusan untuk tindakan berikutnya, tapi menghentikan dengan singkat
dalam menentukan tindakan untuk dirinya sendiri. Hal ini merupakan
perbedaan mendasar antara Strategi IT dan perencanaan IT. Strategi IT
merupakan kumpulan prioritas yang menguasai pembuatan keputusan bagi
user dan proses data profesional. Hal itu merupakan bentuk aturan
framework untuk kegunaanIT dalam perusahaan, dan menjelaskan bagaimana
seorang eksekutif senior pada perusahaan akan berhubungan pada
infrastrukturIT. Perencanaan IT pada hal lain, memfokuskan pada
pelaksanaan dari Strategi IT.
Hal-hal yang termasuk dalam IT adalah:
- Aplikasi proses transaksi
- Proses informasi dan aplikasi pelaporan
- Sistem pendukung keputusan
- Sistem pendukung eksekutif
- Produktivitas profesional dan alat berkelompok
- Sistem berbasis ilmu pengetahuan dan kecerdasan tiruan
- Proses automatisasi dan robotik
- Desain dan automatisasi pabrik; dan
- Teknologi yang berada dalam komputer (seperti “smartcard” atau ATMs)
Pendekatan IT/Penjajaran Strategi tidak hanya dirancang untuk menutup
kemungkinan strategi IT; berarti untuk memfasilitasi perundingan
tentang kepercayaan manajemen dan pelatihan industri dengan:
- Mengajukan pertanyaan yang relevan dan membantu struktur individu yang merekafakirkan dan percaya.
- Menjawab pertanyaan yang diajukan, berdasarkan pada pengalaman perusahaan.
- Membangun konsensus disekitar prinsip yang terbaik dalam memetakan kebutuhan dari lingkungan kompetitif; dan
- Membangun sebuah laporan review program untuk memastikan implementasi memantau pengembangan strategi, dan untuk mengubah prinsip sebagai pergantian kondisi.
- Menjawab pertanyaan yang diajukan, berdasarkan pada pengalaman perusahaan.
- Membangun konsensus disekitar prinsip yang terbaik dalam memetakan kebutuhan dari lingkungan kompetitif; dan
- Membangun sebuah laporan review program untuk memastikan implementasi memantau pengembangan strategi, dan untuk mengubah prinsip sebagai pergantian kondisi.
Hal penting dalam proses IT/Penjajaran Strategi:
- Posisi dan lingkup aktifitas IT;
- Kebutuhan resources dan batasan; dan
- Organisasi dan Manajemen IT.
- Posisi dan lingkup aktifitas IT;
- Kebutuhan resources dan batasan; dan
- Organisasi dan Manajemen IT.
Proses aktual dari proses IT/Penjajaeran strategi terdiri atas tiga fase, yaitu:
- Fase I – Formulasi strategi IT
- Fase II – Perencanaan IT
- Fase III – Peningkatan kualitas dan program inovasi IT.
- Fase I – Formulasi strategi IT
- Fase II – Perencanaan IT
- Fase III – Peningkatan kualitas dan program inovasi IT.
Fase I – Memperkirakan penjajaran yang ada antara IT dan strategi kompetitif dan memformulasikan strategi IT yang baru.
Beberapa jalan yang membuat strategi IT dan strategi bisnis akan tidak sejajar, tapi sebagai titik awal:
- Hasil akhir dan Kekayaan dalam satu level, tujuan dari strategi dan perencanaan adalah untuk menentukan bahwa bisnis yang memiliki kekayaan (resources, organisasi, dan proses) untuk meraih hasil akhir (goal, objektifitas, dan misi).
- Waktu tekanan lainnya dari penjajaran
adalah perluasan yang akan datang dan melangkah kembali pada perubahan
yang konsisten atara operasi bisnis dan IS.
- Objektifitas dan nilai sebuah bentuk
umum dari ketidak sejajaran yang terjadi ketika objektifitas dan nilai
dari bisnis tidak konsisten dengan objektifitas dan nilai manajemen IS.
Proses IT/penjajaran strategi dimulai dengan kebutuhan penafsiran
strategi IT dan diagnosa masalah yang mengizinkan eksekutif untuk
menyediakan pengertian pada kebutuhan kritis, objektifitas, dan
prioritas yang mereka hadapi. Jika memungkinkan, interview dapat
dipimpin oleh anggota dari tiap grup berikut: senior management, senior
functional professionals, staf analis, dan IS management.
Daftar pertanyaan untuk interview dan kuisioner dapat dirancang pada
konsultasi dengan satu atau dua senior eksekutif untuk memastikan bahwa
semua area yang penting dari aktifitas tercakupi. Cakupannya harus
memiliki hal-hal berikut:
- Penjelasan singkat dari objektifitas, ruang lingkup, dan rencana dari proyek dan sebuah deskripsi dari metodologi;
- Objektifitas/prioritas/keputusan dari bisnis utama;
- Ruang untuk mengembangkan dukungan IT (aplikasi dan/atau layanan);
- Interface dengan grup dan organisasi lain (internal dan eksternal);
- Proyeksi dari kebutuhan masa depan;
- Masalah kebijakan seperti kekuasaan, daya hitung dan persetujuan langsung; dan
- Feedback pada interview.
- Objektifitas/prioritas/keputusan dari bisnis utama;
- Ruang untuk mengembangkan dukungan IT (aplikasi dan/atau layanan);
- Interface dengan grup dan organisasi lain (internal dan eksternal);
- Proyeksi dari kebutuhan masa depan;
- Masalah kebijakan seperti kekuasaan, daya hitung dan persetujuan langsung; dan
- Feedback pada interview.
Setelah mengidentifikasi strategi bisnis organisasi, selanjutnya
dapat diadakan workshop untuk eksekutif guna menjelaskan implikasi
strategi kompetitif perusahaan terhadap eksplorasi IT. Workshop ini
dapat difasilitasi dengan agen netral atau mungkin konsultan, dan
diawali dengan pemaparan strategi bisnis yang berhubungan dengan
interview dan kuisioner, dokumen strategi yang ada, dan beberapa
interview eksternal.
Strategi IT yang didapat dari phase I terdiri dari beberapa elemen:
- Penempatan dan target kesempatan;
o Asumsi kritis
o Aturan kompetitif IT
o Sasaran dan ukuran dari nilai IT
o Aplikasi strategi dan perkiraan resiko
- Kompetensi dasar;
o Kompetensi pengembangan sistem baru
o Kompetensi sistem operasi
o Sumber kompetensi.
- Manajemen dan Organisasi
o Perencanaan dan tanggung jawab kontrol
o Tanggung jawab ekseskusi dan operasi
o Hubungan bisnis/IS
o Resiko kooperatif
Fase II – Membangun pusat laba perencanaan IT
- Sebuah teknologi dan platform data adalah:
o Responsif dan adaptif dengan kebutuhan bisnis;
o Cocok (bila dibutuhkan) melalui unit bisnis; dan
o Dapat menembus dan menyebar dalam bisnis
o Responsif dan adaptif dengan kebutuhan bisnis;
o Cocok (bila dibutuhkan) melalui unit bisnis; dan
o Dapat menembus dan menyebar dalam bisnis
- Aplikasi inti yang modern, stabil, reliabel, dan mudah dipelihara dan bernilai tinggi. Sebuah lingkungan dengan:
o Pengembangan aplikasi yang besar/kemampuan yang besar;
o Alat pengembangan yang kuat; dan
o Staff yang terlatih dan kompeten.
- Level tinggi dari tingkat kepuasan dengan IT.
Perencanaan IT adalah sebuah definisi dari masa depan yang
memperbolehkan teknologi menjadi alat yang kompetitif,
memberikanpermasalahan dan kesempatan menghadapi bisnis. Pengembangan
sebuah perencanaan IT dimulai dengan perkiraan pada lingkungan IT yang
ada untuk mendukung kegiatan bisnis. Hal ini termasuk perkiraan tentang
aplikasi yang digunakan untuk bisnis, database dan struktur yang
mendukung bisnis, dan teknologi yang digunakan.
Perencanaan IT menjelaskan mekanisne dimana IS dan bisnis dapat
meningkatkan hubungan yang terpercaya, dengan pertimbangan sebagai
berikut:
- Struktur dan penempatan
- Aturan dan tanggung jawab
- Performa dan sistem pelaporan; dan
- Pengguna dan pendidikan IS dan training.
Perkembangan dunia Information
Technology (IT) dalam sepuluhtahun terakhir menunjukkan perkembangan
yang cukup menggembirakan dengan ditandai munculnya berbagai macam
teknologi baru untuk kepentingan manusia dan khususnya dunia IT.
Perkembangan ini membawa dampak yang cukup signifikan bagi aktifitas
manusia, salah satu contohnya adalah penggunaan teknologi IT untuk
membangun sistem informasi manajemen yang dapat memberikan informasi
yang bergunauntukkegiatan manajemen dalam suatu organisasi.
Pengunaan Teknologi IT di berbagai instansi pemerintah maupun swasta saat ini sudah tidak bisa di tawar-tawar lagi, kebutuhan akan penyajian informasi yang cepat, tepat dan akurat merupakan syarat mutlak untuk kemajuan organisasi atau perusahaan. Hal ini membawa perubahan yang cukup besar untuk organisasi yang ingin tetap bertahan dan memiliki pelanggan yang tetap loyal dan mencintainya. Perubahan itu salah satunya adalah keharusan organisasi atau perusahaan untuk mengadopsi teknologi-teknologi IT yang terbaru, dan tentunya harus di sertai oleh peningkatan kemampuan Sumber daya Manusia (SDM) yang dimilikidengan memberikanpelatihan dan pengembangan individu untuk tetap memahami dan mengikutiperkembangan IT tersebut.
Dalam konteks pembangunan ekonomi, terdapat beberapa pergeseran
paradigma dalam kaitannya dengan kehadiran dan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi, antara lain:
1. Kompetisi akan menggantikan monopoli dalam kehidupan bernegara, berorganisasi ataupun berusaha;
2. Desentralisasi akan menggantikan sentralisasi, baik bagi organisasi pemerintah, swasta maupun organisasi masyarakat lainnya;
3. Regulasi fasilitas (enabler) yang
jauh lebih longgar akan menggantikan regulasi penghambat (wall) yang
dirasakan terlalu ketat dan bertentangan dengan kaidah-kaidah reformasi
yang lebih bersifat demokratis dan adil;
4. Ekonomi digital yang diharapkan dapat
menciptakan peluang baru bagi pelaku ekonomi kecil dan menengah melalui
pemerataan informasi dan jalur distribusi yang lebih adil akan
menggantikan ekonomi kapitalistik yang dikuasai oleh konglomerat dan
tidak adil;
5. Berubahnya infrastruktur
telekomunikasi menjadi infratruktur informasi dengan adanya perkembangan
konvergensi teknologi informasi dan komunikasi;
6. Masyarakat yang berbasis materi
(material/resource base) akan digantikan oleh masyarakat yang berbasis
pengetahuan (knowledge base).
Membangun Customer Focused Bisnis
Perusahaan apapun pastilah sangat
memerlukan pelanggan sebagai bentuk keberadaan dan kontinuitas usahanya.
Di dunia bisnis khususnya perbankan yang kompetitif, setiap bank akan
selalu berupaya untuk menarik pelanggan (nasabah) agar tertarik dan mau
menggunakan produk/fitur/fasilitas baik dana maupun kredit hingga
mencapai tingkatan pelanggan yang loyal.
Perilaku yang menganggap pelanggan adalah “raja” cenderung akan bersikap melayani secara ‘total’ bahkan kadangkala menjadi over-serviced. Tindakan yang over
(berlebihan) tentu memiliki kecenderungan bersikap akan
memberikan/menyediakan apa saja yang diinginkan/diminta pelanggan
sehingga dalam pelaksanaannya dapat menjadi diluar akal sehat,
mengabaikan faktor risiko hingga dapat mengabaikan hubungan personal.
Analisa Kebutuhan Pelanggan
Dalam analisa kebutuhan pelanggan menurut “kano” terdapat tiga jenis analisa kebutuhan pelanggan yaitu:
(1) Dissatisfier,
(2) Satisfier, dan
(3) Delighter.
Dissatisfier adalah kebutuhan dasar yang dalam persepsi pelanggan seharusnya terdapat di dalam produk/jasa yang dikonsumsinya. Satisfier adalah standar tingkat kebutuhan pelanggan yang dapat dipahami pelanggan saat akan mengkonsumsinya, sedangkan Delighter
adalah nilai lebih yang diterima oleh konsumen saat akan, sedang, dan
atau setelah mengkonsumsi produk/jasa. Contoh analisa tersebut yaitu
pada transaksi di hotel, kebutuhan dasar konsumen di hotel adalah
tersedianya kamar beserta tempat tidur/kasur dan kamar mandi (disstasifier).
Sebelumnya konsumen tentu telah mengetahui kelas/ bintang berapa hotel
yang dipilih sehingga standar pelayanan-pun dapat dipahami perbedaannya,
bintang lima dan bintang 3 tentu berbeda fasilitas yang diperoleh (satisfier).
Sedangkan bila konsumen mendapatkan tambahan fasilitas diluar
persepsinya seperti tersedia keranjang buah, coklat secara gratis dan
sebagainya (delighter). Namun pelanggan kecenderungan akan kecewa karena keesokan harinya tidak lagi mendapatkan fasilitas gratis tersebut sehingga delighter akan menjadi satisfier karena faktor kebiasaan dan pengalaman atau menganggap sudah menjadi standar baru.
Dalam melayani pelanggan secara lebih dari yang diharapkannya (delightful)
tentunya dengan pertimbangan rambu-rambu/norma kewajaran dan terlebih
dulu memahami apa saja pola, trend atau kebiasaan pelanggannya.
Suara Pelanggan (voice of customer)
Untuk dapat memahami apa kebutuhan dan
keinginan pelanggan memang tidak mudah. Kita tentu pernah melihat pada
berbagai kemasan produk komersil yang di dalam label kemasannya tertera
nomor telepon atau alamat tertentu yang disebut sebagai suara pelanggan.
Hal ini berarti produsen secara terbuka menerima masukan, kritikan
hingga komplain atas penggunaan produk mereka.
Pengumpulan suara pelanggan dilakukan
secara kontinu dengan berbagai model dan cara misalkan survey, wawancara
langsung, fokus group, seminar dan diskusi, bisnis intelijen dan
berbagai aktivitas lainnya yang bertujuan mengidentifikasi suara
pelanggan.
Terkadang kita juga mendengar suara-suara tersebut justru dari pihak ketiga atau bahkan dari sekedar “menguping” pembicaraan.
Produsen/perusahaan ingin mengetahui
seberapa disenanginya produk mereka sehingga menjadi alasan mereka untuk
dapat eksis begitu pula untuk sebuah bisnis bank. Begitu banyak
produk/fitur transaksi perbankan yang dipromosikan, gembar-gemborkan
agar pelanggan tertarik. Tetapi sejauh mana produk/fitur tersebut bagi
konsumen apakah memenuhi harapan, masih ada keluhan, bahkan ekstrimnya
apakah masih dibutuhkan…?. Suatu organisasi bisnis perlu mengetahui peta
suara tersebut.
Suara pelanggan pun akan selalu berubah
karena terjadi perubahan teknologi dan berbagai hal dalam pola konsumsi.
Sehingga tidak ada alasan bagi bank untuk tidak terus meng-update
suara-suara nasabah yang muncul.
Seluruh data informasi dari pelanggan
mungkin tidak terlalu spesifik dan tidak terlalu jelas kuantifikasi
persyaratan dan sebagainya. Sehingga seluruh informasi tersebut perlu
dirangkum dan dikelompokkan. Pengelompokkan tersebut sesuai isu
permasalahan yang diperoleh dan image apa yang timbul dari isu-isu
tersebut bagi perusahaan. Namun yang terpenting adalah kita dapat
mengetahui kuantifikasi persyaratan (requirement) yang diharapkan, dibutuhkan, hingga menjadi persyaratan khusus pelanggan.
Strategi dalam Pelayanan untuk Keuntungan Bisnis
Dalam ilmu pemasaran dikenal 4 P yaitu price/harga, place/lokasi, product/produk, promotion/promosi. Konsep tersebut menjadi dasar dalam implementasi program pemasaran. Keempat faktor tersebut biasanya merupakan “given”
bagi proses selanjutnya yaitu pelayanan pelanggan. Pelayanan pelanggan
saat ini berkembang menjadi bagian penting dalam pemasaran. Dapat
terlihat dari semakin terbukanya komunikasi dan informasi detil produk
serta nama perusahaan/produsen.
Pada proses pelayanan pelanggan terdapat 2 faktor yang berperan yaitu people/orang dan process/proses.
People/orang sangat penting dalam alur proses produksi dan pemasaran
selain itu peranan orang untuk menarik dan menjaga hubungan dan
komunikasi dengan pelanggannya sangat diutamakan. Sedangkan proses
merupakan jembatan agar faktor yang given diatas dapat diterima dengan
baik oleh pelanggan.
Faktor people/orang menjadi sangat
menentukan karena orang berasal dari internal (pelaku proses) dan orang
dari eksternal (pelanggan). Kedua sisi ini akan menjadi lebih baik bila
juga tercipta suatu kedekatan (customer intimacy). Dari sisi
pelayanan fungsi customer intimacy berperan penting untuk menjaga
pelanggan tetap loyal. Namun faktor kedekatan tersebut tidak menjadi
terlalu baik apabila dari sisi produk (product enhancement) dan proses (process timeliness) tidak dapat memenuhi persyaratan pelanggan.
Pelayanan pelanggan di perbankan pun
semakin menunjukkan peranan penting selain faktor perkembangan
teknologi/otomasi proses. Sesuai dengan sifat bisnisnya yaitu jasa maka
pelayanan pelanggan adalah penting sehingga pelayanan pelanggan secara
sinkron/terintegrasi dalam upaya peningkatan kinerja dan keuntungan
perusahaan.
Bagaimana memaksimalkan faktor people/orang? Langkah awal dapat dilakukan dengan mengetahui suara bisnis (voice of business)
yaitu apa yang diminta, diharapkan dari para stakeholder dan manajemen
perusahaan serta bagaimana kuantifikasi dan peluang dari peta persaingan
(komparatif dengan pesaing) yang ada sehingga perlu dibuat dalam
perencanaan bisnis perusahaan. Selanjutnya kita melihat dari sisi suara
karyawan (voice of employee) yaitu apa saja masukan ide dan
permasalahan yang terjadi dan dirasakan. Kemudian kita mengumpulkan data
yang ada dengan melihat berdasarkan suara proses (voice of process)
karena setiap proses terdata dan harus disajikan dan dibandingkan
dengan standar proses yang ada. Pertanyaan selanjutnya yaitu apakah
standar yang ada/digunakan saat ini masih sesuai dengan kondisi yang ada
dan sesuai dengan persyaratan pelanggan?
Untuk menjawab hal tersebut maka kita harus mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer).
Terkadang pengumpulan suara pelanggan sering terlupakan dan cenderung
terlena dengan aktivitas perbaikan internal yang bisa jadi tidak sesuai
dengan permintaan pelanggan dan juga karena pertimbangan biaya dan waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan hasil. Namun langkah tersebut adalah
bagian penting dari bisnis.
Denganmenggunakan sumber daya yang ada
yaitu dari sisi internal seperti suara bisnis, suara proses, dan suara
karyawan dari berbagai area, budaya, dan pengalaman yang berbeda akan
mampu memberikan pemberdayaan kekuatan internal dalam menghadapi
persaingan dan persyaratan pelanggan. Jangan pula mengesampingkan suara
pelanggan karena tanpa pelanggan maka bisnis akan menjadi suram maka
kita sangat perlu menerapkan strategi untuk menggaet pelanggan sehingga
meningkatkan kinerja dan keuntungan bagi perusahaan.
Value Chain & Strategic Informastion System
Sistem informasi mempunyai 3 tugas utama di dalam sebuah organisasi, yaitu:
- Mendukung kegiatan-kegiatan usaha
- Mendukung pengambilan keputusan manajemen
- Mendukung persaingan keuntungan strategis
Beberapa sistem informasi dapat diklasifikasikan sebagai sistem informasi operasi atau manajemen, sementara yang lainnya menjalankan berbagai macam fungsi.
SISTEM INFORMASI
- Support of
Strategic
Advantage
- Support of
Management
Decision making
- Support of Business Operations
Klasifikasi Operasi dan Manajemen
Sistem informasi operasi
memproses data yang berasal dari dan yang digunakan dalam kegiatan
usaha. Sistem ini dapat dibagi ke dalam beberapa kategori, yaitu:
- Transaction-processing systems (sistem proses-transaksi) mencatat dan memproses data dari transaksi bisnis, database terbaru, dan menghasilkan berbagai macam dokumen dan laporan.
- Keputusan operasional yang mengontrol proses-proses secara fisik dibuat oleh process control systems (sistem pengendalian proses).
- Komunikasi dan produktivitas kantor didukung oleh office automation systems (sistem otomasi kantor).
Sistem informasi manajemen menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen. Sistem ini terdiri atas beberapa tipe, yaitu:
- Laporan spesifikasi dan rencana awal untuk para manajer dikerjakan oleh information reporting systems (sistem pelaporan informasi).
- Dukungan ad hoc dan interaktif untuk pengambilan keputusan oleh manajer dikerjakan oleh decision support systems (sistem pendukung keputusan).
- Informasi kritikal untuk manajemen atas ditetapkan oleh executive information systems (sistem informasi eksekutif).
Klasifikasi lain dari sistem informasi adalah:
- Nasehat pakar untuk pengambilan keputusan operasional atau manajerial ditetapkan oleh expert systems (sistem pakar) dan knowledge-based information systems (sistem informasi berbasis pengetahuan) lainnya.
- Dukungan langsung dan terus untuk aplikasi operasional dan manajerial dari pengguna akhir (end users) ditetapkan oleh end user computing systems.
- Aplikasi operasional dan manajerial dalam mendukung fungsi bisnis ditetapkan oleh business function information systems.
- Produk dan layanan jasa yang bersaing untuk mencapai keuntungan strategis ditetapkan oleh strategic information systems.
Dalam dunia kerja nyata, sistem
informasi yang digunakan merupakan kombinasi dari berbagai macam sistem
informasi yang telah disebutkan di atas. Pada prakteknya, berbagai
peranan tersebut diintegrasi menjadi suatu gabungan atau fungsi-silang (cross-functional) sistem informasi yang menjalankan berbagai fungsi.
Perubahan Peranan Sistem Informasi
Sampai pada tahun 1960-an, peran sistem informasi masih sederhana: memproses transaksi, menyimpan data, accounting, dan aplikasi proses data elektronik (electronic data processing) lainnya.
Pada tahun 1970-an, informasi spesifikasi awal produk yang dibuat oleh information reporting systems tidak dapat memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan manajemen. Oleh karena itu dibuatlah konsep decision support systems (DSS). Peranan baru ini adalah menyediakan dukungan interaktif kepada manajemen untuk proses pengambilan keputusan mereka.
Pada tahun 1980-an, perkembangan yang
cepat dari tenaga proses mikrokomputer, aplikasi perangkat lunak, dan
jaringan telekomunikasi menimbulkan apa yang disebut dengan end user computing.
Kemudian konsep executive information systems
(ESS) dibangun, dimana sistem informasi ini memberikan jalan yang mudah
bagi manajemen atas untuk mendapatkan informasi kritikal yang
diinginkan ketika sedang dibutuhkan.
Pengembangan dan aplikasi dari teknik kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) memberi gebrakan baru dalam sistem informasi bisnis. Sistem pakar atau expert systems (ES) dan sistem berbasis pengetahuan membuat peran baru bagi sistem informasi.
Sebuah peran baru yang penting bagi
sistem informasi muncul di tahun 1980-an dan diharapkan terus berlanjut
sampai ke tahun 1990-an. Peran tersebut adalah konsep peran strategis (strategic role) dari sistem informasi yang disebut strategic information systems
(SIS). Pada konsep ini, sistem informasi diharapkan untuk memainkan
peranan langsung dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis dari
perusahaan. Hal ini memberikan tanggung jawab baru bagi sistem informasi
di dalam bisnis.
Sistem Informasi untuk Operasi Bisnis
Peranan sistem informasi untuk operasi
bisnis adalah untuk memproses transaksi bisnis, mengontrol proses
industrial, dan mendukung komunikasi serta produktivitas kantor secara
efisien.
- Transaction Processing Systems
Transaction processing systems
(TPS) berkembang dari sistem informasi manual untuk sistem proses data
dengan bantuan mesin menjadi sistem proses data elektronik (electronic data processing systems). Transaction processing systems mencatat dan memproses data hasil dari transaksi bisnis, seperti penjualan, pembelian, dan perubahan persediaan/inventori. Transaction processing systems
menghasilkan berbagai informasi produk untuk penggunaan internal maupun
eksternal. Sebagai contoh, TPS membuat pernyataan konsumen, cek gaji
karyawan, kuitansi penjualan, order pembelian, formulir pajak, dan
rekening keuangan. TPS juga memperbaharui database yang digunakan perusahaan untuk diproses lebih lanjut oleh SIM.
- Process Control Systems
Sistem informasi operasi secara rutin
membuat keputusan yang mengendalikan proses operasional, seperti
keputusan pengendalian produksi. Hal ini melibatkan process control systems
(PCS) yang keputusannya mengatur proses produksi fisik yang secara
otomatis dibuat oleh komputer. Kilang minyak petroleum dan jalur
perakitan (assembly lines) dari pabrik-pabrik yang otomatis menggunakan sistem ini.
- Office Automation Systems
Office automation systems (OAS)
mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mengirim data dan informasi
dalam bentuk komunikasi kantor elektronik. Contoh dari office automation (OA) adalah word processing, surat elektronik (electronic mail), teleconferencing, dan lain-lain.
Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan Manajemen
Sistem informasi manajemen atau SIM (management information system)
adalah sistem informasi yang dirancang untuk menyediakan informasi
akurat, tepat waktu, dan relevan yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh para manajer. Konsep SIM adalah meniadakan pengembangan
yang tidak efisien dan penggunaan komputer yang tidak efektif. Konsep
SIM sangat penting untuk sistem informasi yang efektif dan efisien oleh
karena:
- Menekankan pada orientasi manajemen (management orientation) dari pemrosesan informasi pada bisnis yang bertujuan mendukung pengambilan keputusan manajemen (management decision making).
- Menekankan bahwa kerangka sistem (system framework) harus digunakan untuk mengatur penggunaan sistem informasi. Penggunaan sistem informasi pada bisnis harus dilihat sebagai suatu integrasi dan berhubungan, tidak sebagai proses yang berdiri sendiri.
Secara garis besar SIM terdiri dari 3 macam, yaitu (1) information reporting systems, (2) decision support systems, dan (3) executive information systems.
- Information Reporting Systems
Information reporting systems (IRS) menyediakan informasi produk bagi manajerial end users
untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan dari hari ke hari.
Akses data IRS berisi informasi tentang operasi internal yang telah
diproses sebelumnya oleh transaction processing systems.
Informasi produk memberi gambaran dan laporan yang dapat dilengkapi (1)
berdasarkan permintaan, (2) secara periodik, atau (3) ketika terjadi
situasi pengecualian. Sebagai contoh, manajer penjualan dapat menerima
laporan analisa penjualan setiap minggunya untuk mengevaluasi hasil
penjualan produk.
- Executive Information Systems
Executive information systems
(EIS) adalah tipe SIM yang sesuai untuk kebutuhan informasi strategis
bagi manajemen atas. Tujuan dari sistem informasi eksekutif berbasis
komputer adalah menyediakan akses yang mudah dan cepat untuk informasi
selektif tentang faktor-faktor kunci dalam menjalankan tujuan strategis
perusahaan bagi manajemen atas. Jadi EIS harus mudah untuk dioperasikan
dan dimengerti.
3.1.1Expert Systems
Expert systems (sistem pakar) merupakan salah satu aplikasi artificial intelligence (AI) yang paling banyak digunakan. Expert systems
(ES) adalah sistem informasi berbasis pengetahuan yang menggunakan
pengetahuannya untuk bertindak sebagai konsultan ahli dalam area yang
spesfik kepada pengguna. ES telah digunakan dalam berbagai bidang
seperti kedokteran, teknik, ilmu fisika, dan bisnis. Sebagai contoh, ES
digunakan untuk mendiagnosa penyakit, pencarian mineral, menganalisa
senyawa kimia, dan perencanaan keuangan.
3.1.2End User Computing Systems
End user computing (EUC) systems adalah sistem informasi berbasis komputer yang secara langsung mendukung aplikasi operasional dan manajerial oleh end users. Dalam EUC systems, end user
menggunakan stasiun kerja mikrokomputer dan bermacam perangkat lunak
untuk mendapatkan kembali informasi, pendukung keputusan, dan
pengembangan aplikasi. Sebagai contoh, pengguna dapat megirim surat
elektronik, menggerakkan model analitik, atau membangun aplikasi bisnis
yang baru.
Sistem Informasi untuk Keuntungan Strategis
Sistem informasi dapat memainkan peran
yang besar dalam mendukung tujuan strategis dari sebuah perusahaan.
Sebuah perusahaan dapat bertahan dan sukses dalam waktu lama jika
perusahaan itu sukses membangun strategi untuk melawan kekuatan
persaingan yang berupa (1) persaingan dari para pesaing yang berada di
industri yang sama, (2) ancaman dari perusahaan baru, (3) ancaman dari
produk pengganti, (4) kekuatan tawar-menawar dari konsumen, dan (5)
kekuatan tawar-menawar dari pemasok.
Beberapa strategi bersaing yang dapat dibangun untuk memenangkan persaingan adalah:
- Cost leadership (keunggulan biaya) – menjadi produsen produk atau jasa dengan biaya rendah.
- Product differentiation (perbedaan produk) – mengembangkan cara untuk menghasilkan produk atau jasa yang berbeda dengan pesaing.
- Innovation – menemukan cara baru untuk menjalankan usaha, termasuk di dalamnya pengembangan produk baru dan cara baru dalam memproduksi atau mendistribusi produk dan jasa.
Tabel 1 Kegunaan dari strategi bersaing untuk menghadapi setiap faktor persaingan
Konsumen | Pemasok | Pesaing | Pendatang baru | Pengganti |
Tujuan strategi |
Strategi keunggulan biaya
Strategi perbedaan
Strategi inovasiMenarik konsumen baru dan mengikat konsumen sekarang dengan switching costs.
Menawarkan harga yang lebih murah.
Menyediakan kualitas lebih baik.
Menyediakan produk baru.Mengikat pemasok dengan switching costs.
Menolong pemasok menurunkan biaya.
Menolong pemasok meningkatkan pelayanan.
Menyediakan layanan pasokan yang unik.Menghalau pesaing dengan mengikat konsumen dan pemasok.
Memiliki harga yang lebih rendah dari pesaing.
Merebut persaingan dengan fitur yang unik.
Menyediakan produk dan jasa yang berbeda.Membuat rintangan untuk memasuki industri.
Membuat investasi baru tidak menarik.
Mempersulit masuknya produk baru.
Memasuki bisnis pendatang baru yang potensial.Membuat produk pengganti menjadi tidak menarik.
Membuat penggantian secara ekonomi tidak mungkin.
Menyediakan fitur yang ada di produk pengganti.
Memproduksi produk pengganti.
Peran Strategis untuk Sistem Informasi
Sistem informasi manajemen (SIM) dapat
menolong perusahaan untuk (1) meningkatkan efisiensi operasional, (2)
memperkenalkan inovasi dalam bisnis, dan (3) membangun sumber-sumber
informasi strategis.
- Meningkatkan efisiensi operasional
Investasi di dalam teknologi sistem
informasi dapat menolong operasi perusahaan menjadi lebih efisien.
Efisiensi operasional membuat perusahaan dapat menjalankan strategi
keunggulan biaya (low-cost leadership).
Dengan menanamkan investasi pada
teknologi sistem informasi, perusahaan juga dapat menanamkan rintangan
untuk memasuki industri tersebut (barriers to entry) dengan jalan meningkatkan besarnya investasi atau kerumitan teknologi yang diperlukan untuk memasuki persaingan pasar.
Selain itu, cara lain yang dapat ditempuh adalah mengikat (lock in) konsumen dan pemasok dengan cara membangun hubungan baru yang lebih bernilai dengan mereka.
- Memperkenalkan inovasi dalam bisnis
Penggunaan ATM (automated teller machine)
dalam perbankan merupakan contoh yang baik dari inovasi teknologi
sistem informasi. Dengan adanya ATM, bank-bank besar dapat memperoleh
keuntungan strategis melebihi pesaing mereka yang berlangsung beberapa
tahun.
Penekanan utama dalam sistem informasi strategis adalah membangun biaya pertukaran (switching costs)
ke dalam hubungan antara perusahaan dengan konsumen atau pemasoknya.
Sebuah contoh yang bagus dari hal ini adalah sistem reservasi
penerbangan terkomputerisasi yang ditawarkan kepada agen perjalanan oleh
perusahaan penerbangan besar. Bila sebuah agen perjalanan telah
menjalankan sistem reservasi terkomputerisasi tersebut, maka mereka akan
segan utnuk menggunakan sistem reservasi dari penerbangan lain.
- Membangun sumber-sumber informasi strategis
Teknologi sistem informasi memampukan
perusahaan untuk membangun sumber informasi strategis sehingga mendapat
kesempatan dalam keuntungan strategis. Hal ini berarti memperoleh
perangkat keras dan perangkat lunak, mengembangkan jaringan
telekomunikasi, menyewa spesialis sistem informasi, dan melatih end users.
Sistem informasi memungkinkan perusahaan untuk membuat basis informasi strategis (strategic information base)
yang dapat menyediakan informasi untuk mendukung strategi bersaing
perusahaan. Informasi ini merupakan aset yang sangat berharga dalam
meningkatkan operasi yang efisien dan manajemen yang efektif dari
perusahaan. Sebagai contoh, banyak usaha yang menggunakan informasi
berbasis komputer tentang konsumen mereka untuk membantu merancang
kampanye pemasaran untuk menjual produk baru kepada konsumen.
Tabel 2 Potensi strategi dari sistem informasi
Peran Strategis sistem informasi | Hasil potensial dari penggunaan strategi sistem informasi | ||
Meningkatkan efisiensi operasional |
Memperkenalkan inovasi bisnis
Membangun sumber informasi strategisMeningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya operasi.
Produk atau jasa baru.
Informasi strategis database.Meningkatkan kualitas dan fitur produk serta jasa.
Pasar dan usaha baru, pengaturan usaha.
Sumber teknologi informasi strategis dan kapabilitas.Meningkatkan proses operasional dan lingkungan kerja.
Produksi, distribusi, atau proses lain yang baru.
Sistem Informasi dan Rantai Nilai (Value Chain)
Konsep dasar lain yang juga penting dalam mengidentifikasi sistem informasi disebut rantai nilai (value chain).
Konsep ini memandang perusahaan sebagai sebuah “rantai” dari aktivitas
dasar yang menambah nilai suatu produk atau jasa, sehingga memperluas
batas dari nilai tersebut.
Konsep rantai nilai ini dapat membantu
manajer dalam memutuskan dimana dan bagaimana menggunakan kemampuan
strategis dari teknologi sistem informasi. Jadi sistem informasi dapat
digunakan untuk aktivitas bisnis secara spesifik yang membantu
perusahaan memperoleh keuntungan strategis di pasar.
Sistem Informasi Strategis dan End User Manajerial
Fungsi dari sistem informasi tidak lagi
hanya memproses transaksi, penyedia informasi, atau alat untuk
pengambilan keputusan. Sekarang sistem informasi dapat berfungsi untuk
menolong end user manajerial membangun senjata yang menggunakan
teknologi sistem informasi untuk menghadapi tantangan dari persaingan
yang ketat. Penggunaan yang efektif dari sistem informasi strategis
menyajikan end users manajerial dengan tantangan manajerial yang besar.
Dalam buku Competitive Advantage terbitan
1985, Michael Porter memaparkan serangkaian aktivitas –sebut saja
proses bisnis–agar perusahaan dapat mengembangkan keunggulan kompetitif
yang disebut sebagai value chain. Setiap proses bisnis dalam value chain
itu dibuat sedemikian rupa, sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi
pelanggan.
Nilai tambah itu harus lebih besar
daripada ongkos menjalankan proses bisnis sehingga tercipta margin.
Sejumlah proses bisnis penting yang menjadi modal menciptakan value
chain adalah logistik -istilah lainnya rantai pasok, pemasaran,
penjualan dan layanan purna jual.
Sebuah value chain tercipta dengan
mempererat interaksi semua pihak yang terlibat dalam rangkaian proses
bisnis tersebut, sehingga bisa berjalan efektif. Mereka itu adalah
jaringan mitra yang termasuk pemasok, sub-kontraktor, distributor bahkan
pelanggan. Dengan demikian, tolok ukur keberhasilan sistem enterprise
resources planning (ERP) pun bergeser, tidak cukup hanya menyempurnakan
sistem pasokan, proses produksi, finansial atau SDM. Untuk mengelola
sebuah value chain, sulit mengandalkan sistem ERP yang hanya terdiri
dari rangkaian aplikasi saja dan bersifat tertutup.
Di lingkungan internal, masih banyak
perusahaan dengan aplikasi terfragmentasi, terdiri dari pulau-pulau
otomasi sehingga hanya menjangkau sebagian kecil dari value chain.
Selain itu, perusahaan juga harus menghadapi persoalan dengan sistem
lamanya (legacy) yang mungkin belum dirancang menghadapi kompleksitas
lingkungan bisnis.
Keterlibatkan pihak luar dalam satu
value chain mensyaratkan integrasi yang mulus antara sistem TI
perusahaan dengan para mitra, sehingga keduanya memiliki informasi yang
sama. Namun pada kenyataannya, model data, jenis aplikasi, platform
arsitektur bahkan kesiapan sistem TI mitra juga berbeda-beda. Bahkan
ketika sistem antar perusahaan akhirnya saling terhubung, iklim bisnis
telah berubah sehingga proyek integrasi menjadi basi.
Sejumlah tantangan untuk menciptakan dan
mengelola value chain itu hanya bisa dijawab melalui pendekatan yang
paling mendasar, yakni di tingkat arsitektur sistem teknologi informasi.
Arsitektur TI yang fleksibel
Untuk mengelola value chain di tengah
dinamika iklim bisnis menuntut perusahaan memiliki infrastruktur TI yang
fleksibel, mudah disesuaikan dengan perubahan. Fleksibilitas itu bisa
dicapai jika infrastruktur TI dirancang dengan mengedepankan pada
fungsinya sebagai layanan yang membantu berjalannya proses bisnis.
Sebagai contoh, jika iklim bisnis
menuntut perbaikan pada sistem inventory control, tim TI bekerjasama
dengan staf terkait untuk merancang arsitektur berdasarkan alur proses
bisnisnya, bukan semata-mata dari aspek teknis. Jadi infrastruktur
TI-lah yang mengikuti proses bisnis.
Arsitektur sistem TI sebagai layanan ini
disebut service-oriented architecture (SOA), terdiri dari peranti lunak
yang menjalankan proses bisnis, misalnya memproses pesanan pembelian.
Pada dasarnya, SOA adalah sekumpulan layanan di jaringan (internal
ataupun eksternal perusahaan) yang saling berkomunikasi.
Dalam arsitektur sistem TI, SOA ibarat
lapisan di atas aplikasi sebagai penghubung, sehingga aplikasi -ataupun
platform teknologi- berbeda bisa berbagi informasi yang dibutuhkan untuk
menjalankan sebuah proses bisnis. Standar ini menjadi semacam bahasa
universal agar aplikasi yang berbeda atau aplikasi baru dengan sistem
legacy bisa berbicara.
Berbekal proses bisnis sebagai fokusnya,
integrasi antarsistem TI semakin mudah, termasuk antara sistem legacy
di belakang dan sistem baru di depan. Pengembang tidak perlu buang-buang
waktu menulis kode hanya untuk menghubungkan aplikasi.
Sebagai gantinya, digunakan protokol
standar seperti pada Web services atau menambahkan lapisan yang
mengintegrasikan berbagai aplikasi melalui middleware. Potongan-potongan
kode SOA itu juga bisa digunakan kembali, sehingga memangkas waktu
pemrograman.
Walaupun dibantu dengan cetak biru SOA
dari para vendor, menerapkannya tidaklah murah ataupun mudah. Adakalanya
proses bisnis yang sudah mantap ketika perusahaan pertama kali
menerapkan sistem ERP, harus diubah kembali sesuai SOA. Menyelaraskan
proses bisnis ini tidak pernah mudah.
Kemudian, merancang ulang arsitektur
sistem TI setidaknya membutuhkan dukungan SDM, termasuk analis bisnis,
konsultan TI dan pengembang untuk merumuskan proses bisnis, lalu
mengubahnya menjadi spesifikasi, kemudian menuliskan kode
pemrogramannya.
Sekilas, SOA adalah makhluk mengerikan,
setidaknya bagi mereka yang secara teknis terjun langsung. Bisa jadi
malah memunculkan resistensi. Namun, penerapan SOA adalah satu kegiatan
yang berkesinambungan, sama halnya dengan upaya perusahaan terus
menyempurnakan proses bisnisnya. Butuh dukungan dari eksekutif puncak,
kepemimpinan dan change management yang kuat dan konsisten. Klise, tapi
memang itulah inti dari semua bisnis yang sukses.
Re-engineering Bussiness Process
Pada 1990, Michael Hammer, mantan
profesor ilmu komputer di MIT, menerbitkan sebuah artikel pada Harvard
Business Review, dimana disana ia menjelaskan tantangan besar bagi
manajer adalah bagaimana menghilangkan pekerjaan yang tidak memiliki
nilai tambah, daripada menggunakan teknologi untuk mendukung
pengerjaannya. Pernyataan ini menuduh manajer telah fokus pada
permasalahan yang salah, yaitu penggunaan teknologi tersebut pada
umumnya, atau lebih spesifik lagi adalah teknologi informasi, yang telah
digunakan untuk membantu pekerjaan lama bukannya untuk membuat
pekerjaan tanpa nilai tambah menjadi hilang.
Pernyataan dari Hammer cukup sederhana : kebanyakan pekerjaan yang dikerjakan tidak memberikan nilai tambah bagi konsumen, dan oleh karenanya seharusnya dihilangkan. Perusahaan seharusnya menimbang proses mereka untuk dapat memaksimalkan nilai konsumen sementara meminimalkan konsumsi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Meskipun dikritik sebagai Taylorism model baru, beberapa ahli manajemen seperti Peter Drucker atau Tom Peter menyarankan penggunaan BPR sebagai alat manajemen modern untuk memperoleh kesuksesan di dunia yang dinamis ini. Perusahaan-perusahaan besar pun kemudian mengadopsi BPR ini karena telah lama merindukan pembaruan kompetensi karena beberapa lama ini terkikis pasarnya oleh saingan dari luar negeri.
Perusahaan seperti General Motors (GM), American Airlines, Ford, atau Procter & Gamble (P&G) telah membuktikan BPR sebagai tools untuk melakukan efisiensi serta efektivitas operasi. GM merombak sistem informasinya dengan hanya memakai satu jenis platform saja, HP untuk printernya, Microsoft untuk sistem, kemudian Novel untuk sekuritasnya. Dengan demikian General Motors melakukan penghematan lebih dari 50 persen untuk lisensi, kompatibilitas program, serta 10-25 persen untuk biaya pemeliharaan dengan menggunakannya ke seluruh organisasinya.
Pernyataan dari Hammer cukup sederhana : kebanyakan pekerjaan yang dikerjakan tidak memberikan nilai tambah bagi konsumen, dan oleh karenanya seharusnya dihilangkan. Perusahaan seharusnya menimbang proses mereka untuk dapat memaksimalkan nilai konsumen sementara meminimalkan konsumsi sumber daya yang diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.
Meskipun dikritik sebagai Taylorism model baru, beberapa ahli manajemen seperti Peter Drucker atau Tom Peter menyarankan penggunaan BPR sebagai alat manajemen modern untuk memperoleh kesuksesan di dunia yang dinamis ini. Perusahaan-perusahaan besar pun kemudian mengadopsi BPR ini karena telah lama merindukan pembaruan kompetensi karena beberapa lama ini terkikis pasarnya oleh saingan dari luar negeri.
Perusahaan seperti General Motors (GM), American Airlines, Ford, atau Procter & Gamble (P&G) telah membuktikan BPR sebagai tools untuk melakukan efisiensi serta efektivitas operasi. GM merombak sistem informasinya dengan hanya memakai satu jenis platform saja, HP untuk printernya, Microsoft untuk sistem, kemudian Novel untuk sekuritasnya. Dengan demikian General Motors melakukan penghematan lebih dari 50 persen untuk lisensi, kompatibilitas program, serta 10-25 persen untuk biaya pemeliharaan dengan menggunakannya ke seluruh organisasinya.
Business Process Reengineering adalah
metode yang mulai digunakan sekitar tahun 1995 oleh para praktisi dan
merupakan hal yang paling penting kedua dalam manajemen teknologi
informasi. Teknologi Informasi merupakan pendukung utama dalam metode
ini. Teknologi Informasi merupakan pengembangan dari teknologi computer
yang dipadukan dengan teknologi telekomunikasi.
Menggunakan Teknologi Informasi
mempunyai metode dalam cara berpikir, yaitu secara induktif
mengembangkan kemampuan untuk mengenalicara solusi yang tepat dan
kemudian baru mencari jenis masalah apa yang dapat dipecahkan dengan
solusi tersebut. Oleh karena itu Teknologi Informasi sering disebut
sebagai disruptive technology karena kemampuannya dalam
memecahkanmasalah ataumengubah aturan lama yang menghalangi orang untuk
melakukan pekerjaannya sehingga Teknologi Informasi sangat penting untuk
di- reengineering.
Business Process Reenginering (BPR)
merupakan sebuah konsep tentang proses perbaikan dengan melakukan proses
perubahan yang radikal berdasarkan proses bisnis. Hammer and Champy (In
Jones 1997) menjadikan dasar berfikir kembali (rethinking) dan
perancangan kembali (redesign) secara radikal untuk perbaikan dalam
kinerja yang kontemporer seperti biaya, kualitas layanan dan kecepatan.
Terdapat lima langkah pendekatan model Business Process Reengineering menurut Davenport dan Short (1990) yaitu :
- Mengembangkan visi dan proses tujuan bisnis. BPR yang mempunyai sebuah visi bisnis menunjukkan tujuan-tujuan yang spesifik seperti pengurangan biaya, pengurangan waktu dan peningkatan kualitas output.
- Melakukan identifikasi terhadap proses bisnis yang akan di desain ulang, pada umumnya perusahaan menggunakan pendekatan yang berfokus pada proses yang paling penting atau yang mempunyai konflik yang paling tinggi dengan visi bisnis. Sedangkan beberapa perusahaan lebih memilih untuk menggunakan pendekatan menyeluruh untuk mengidentifikasi semua proses dalam suatu organisasi dan prioritas dalam urutan redisgn.
- Memahami ukuran dari proses yang ada untuk menghindari pengulangan kesalahan untuk untuk memberikan dasar dalam perbaikan di masa yang akan dating.
- Mengidentifikasi tingkat kemampuan IT dalam mempengaruhi BPR.
- Merancang dan membuat prototype proses yang baru.
Sedangkan menurut Johansson terdapat 3 tahap dalam BPR Life cycle :
- Discover : yaitu menetapkan visi dan strategi bisnis
- Redisign : meliputi semua aktivitas dan keahlian yang dibutuhkan
- Realize : teknik manajemen perubahan, pembentukan BPR team , komunikasi, pengukuran kinerja dan manajemen resistensi.
Beberapa komponen merupakan factor yang
sangat kritis terhadap sukses nya BPR. Pertama, pada tahap awal BPR
harus diintegrasikan dengan visi perusahaan, ttujuan dan strategi.
Proses bisnis baru harus didesain dan konsisten dengan aspek-aspek
perubahan. Tidak semua proses didalam organisasi harus didesain ulang.
Beberapa proses mungkin memerlukan BPR sedang yang lainnya membutuhkan
pendekatan perbaikan incremental seperti TQM. Hal ini merupakan ide yang
baik untuk mengklasifikasikan proses dalam dua grup yang pertama
terdiri dari proses yang membutuhkan perubahan inovatif sedangkan yang
lain hanya membutuhkan perbaikan incremental. Antara proses yang
membutuhkan perubahan yang inovatif adalah proses yang menciptakan nilai
tambah terbesar untuk konsumen haruslah yang pertama kali didesain
ulang.
Kedua komitmen manajemen puncak, dan
pengetahuan dari BPR dibutuhkan untuk sukses nya proyek BPR. Komitmen
dan sponsorship dibuthkan selama proyek BPR. Manajemen puncak
diinformasikan selama proses BPR melalui komunikasi dengan tim
perubahan. Ketiga, kelayakan dari BPR harus melaui penelitian “financial capability technological ability, managerial/operational ability” dari organisasi harus dinilai. Perusahaan harus mengevaluasi kapasitas mereka dalam mendukung suskes nya BPR.
Keempat, perubahan organisasi
mengakibatkan perubahan budaya organisasi, system nilai, gaya manajemen
harus disesuaikan dengan redesain proses. BPR yang sukses membutuhkan
restrukturisasi yang lengkap pada penggerak kunci dari perilaku
organisasi. Peranan dan tanggung jawab, pengukuran kinerja dan insentif,
struktur organisasi, IT, system nilai dan keahlian harus diubah sebagai
hasil dari BPR. Kelima, implementasi harus dimulai dari tahap awal dan
seluruh organisasi harus terlibat di dalam perubahan proses terutama
perencanaa perubahan proses dibutuhkan untuk suksesnya BPR.
Kelima, BPR harus terintegrasi dengan
process-based management tools yang lain seperti TQM, benchmarking,
process mapping dan team based operation. Inovasi radikal dan continous
improvement dapat dicapai secara stimultan dengan menintegrasukan
process-based management diatas.
Perusahaan memiliki keinginan untuk
mengubah ketidakefisienan proses yang mengakibatkan menurunnya pangsa
pasar, ketidakpuasaan pelanggan, saingan dan tantangan. Kesalahan dalam
penerapan BPR seringkali terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap BPR
itu sendiri, BPR sering dianggap sebagai reengineerimg yang sifatnya
imtuitif, kreatif dan bukannya sebagai usaha dari suatu teknik disiplin.
Ketidakmampuan untuk melakukan BPR terjadi karena beberapa alasan yaitu
kurang nya metodologi yang aktif, proses dan tujuan yang salah pada
teknologi informasi dan kurang nya pengelolaan komitmen.
Menciptakan Virtual Company
Virtual company memiliki beberapa definisi yaitu:
- Suatu organisasi yang hanya menggunakan komputer dan teknologi komunikasi yang memiliki kemudahan dalam mengatur administrasi untuk berkomunikasi dengan pihak klien, menggunakan media telepon, fax, email, internet, IM, dan videoconference yang tidak dibatasi oleh waktu dan ruang.
- Virtual company adalah gabungan dari E-Commerce and Internet & World Wide Web.
- Virtual company (VC) adalahsalah satu metode yang dapat membuat owner dan manager mengatasi menegement yang dibutuhkan. VC dilengkapi dengan administrasi, kreatif dan teknikal skill serta pelayanan yang dapat membantu entrepreneurs dan professionals lebih mudah mengatur bisnis yang akan dijalankan.
Dari beberapa definisi di atas maka
dapat disimpulkan bahwa virtual company yang akan digunakan dalam topik
ini adalah suatu perusahaan yang membuat suatu aplikasi sistem informasi
yang digunakan untuk menjembatani antara perusahaan dan klien secara
online.
perbedaan antara traditional company dan virtual company yaitu:
- VC lebih mengedepankan sistem ter-distribusi dengan dukungan teknologi & jaringan elektronik;
- Untuk penerapan VC, suatu perusahaan akan lebih memanfaatkan jasa pihak ketiga untuk mendukung operasional-nya;
- VC memungkinkan perusahaan meminimalkan jumlah SDM & beberapa biaya tertentu yang biasanya harus dikeluarkan.
Virtual Company terdiri dari customer yang saling terintegrasi dan supplier dalam port bisnis yang masuk ke dalam jaringan bisnis (business bus). Untuk kepentingan komunikasi dan pelayanan dengan supplier dan customer di jalur business bus, maka dibuat beberapa businness port pendukung dengan melibatkan pihak ketiga, yaitu media transportasi, service financier untuk metoda pembayaran, chating room dan massaging untuk layanan komunikasi.
Pendukung Perancangan Virtual Company
Untuk membangun sebuah Virtual Company, ada beberapa komponen yang dapat digunakan, diantaranya :
1. Email
Hampir semua company menggunakan email dalam proses komunikasi, kapanpun dan dimanapun.
2. Sistem yang otomatis dan mudah digunakan
Menggunakan suatu apikasi sistem
informasi yang bekerja secara otomatis untuk menggantikan pegawai
secara langsung, dengan demikian waktu yang digunakan lebih efisien.
3. Digital company
Membuat elektronik company secara on-line.dengan system online , pegawai dapat bekerja kapanpun dan dimanapun.
4. Monitoring
Mempermudah memonitor apikasi situs web
5. Infrastruktur
Sarana infrastruktur akan dibutuhkan untuk menjalankan konsep sebuah VC.
6. Motivasi
Memotivasai user agar on-line
7. user-friendly
Membantu user memahami tools
Selain itu dalam pembentukan virtual company wajib memperhatikan 4 konsep dimensi perusahaan [8], yaitu:
- Network company
Pengelolaan hubungan melalui suatu jaringan (komponen: jaringan resource & business bus)
- Customer centric company
Dengan konsep Mass Customization,
dimana keseluruhan produksi (barang/jasa layanan) tidak sekedar
mempertimbangkan efisiensi produksi massal, tapi juga mempertimbangkan
agar memenuhi kebutuhan individual pelanggan
- Agile company
Dimana pengaturan ulang sekumpulan resource dapat dilakukan dengan dinamis sesuai kebutuhan
- Digital company
Digital Company menerapkan konsep kantor virtual, otomatisasi proses, dan organisasi virtual. Dimana
ketiga konsep tersebut di dikung teknologi komunikasi dan jaringan,
pemrograman, konsep Knowledge Management (KM), konsep Supply Chain
Management (SCM), Customer Relationship Management (CRM), aplikasi
Enterprise Resources Planning (ERP) dan datawarehouse untuk kepentingan
pengelolaan dan akses data.
1. Knowledge Management(KM)
adalah sebuah konsep yang bergerak di atas infrastruktur teknologi
informasi (Internet & Intranet) yang di fokuskan untuk menjadi
sebuah institusi agar menang dalam kompetisinya karena memiliki
pengetahuan yang lebih baik daripada kompetitor-nya.
2. Customer Relationship Management (CRM) adalah aplikasi yang didesain untuk membantu suatu organisasi, mengoptimalkan hubungan dengan pelanggannya dan para supplier-nya, melalui satu atau lebih touch points – seperti call center, salesperson, distributor, store, branch office, web, e-mail – dengan tujuan untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggannya.
3.Enterprise Resouces Planning (ERP) adalah sebuah software yang menggabungkan dan mengotomatisasi data dan beberapa business process dari suatu perusahaan atau organisasi.
4.Supply Chain Management (SCM) adalah sekumpulan aktifitas (dalam
bentuk entitas/fasilitas) yang terlibat
dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai dari bahan baku
paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir. Menyimak
dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang
mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan
bahan baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier
bahan-bahan pendukung produk, perusahaan perakitan, distributor, dan
retailer yang menjual barang tersebut ke konsumen akhir. Dengan definisi
ini tidak jarang supply chain juga banyak diasosiasikan dengan suatu
jaringan value adding activities.
Kerangka Kerja Analisis Pengaturan Topik untuk Virtual Company
Sebelum apa yang ingin
dikemukakan sebagai produk/layanan, maka perlu dipertimbangkan jenis
kompetisi yang akan dijalani perusahaan (“Time-based”,
“Hypercompetition”, “High Velocity Environment”).
Jenis kompetisi akan
mempengaruhi pembobotan pemilihan teknologi dan aplikasi apa yang akan
digunakan untuk menyajikan produk/layanan. Untuk factor waktu, aplikasi
yang bisa menjadi pilihan adalah e-mail, IM, intranet, electronic meeting. Sedangkan untuk faktor jangkauan ruang/area, teknologi yang bisa menjadi pilihan adalah mobile phone, PDA,Laptop,internet.
Kedua pilihan teknologi dan
aplikasi tersebut akan menjadi dasar bagi Manager dalam pengambilan
keputusan dan bertindak sesuai kebutuhan organisasi dan management.
Membangun Knowledge Creating Company
Organisasi pembelajar tidak akan muncul tanpa manajemen pengetahuan (knowledge management), yakni
sistem dan praktek untuk mengidentifikasi, membuat, merepresentasikan,
mendistribusikan dan memungkinkan adopsi dari wawasan dan pengalaman.
Wawasan dan pengalaman seperti itu terdiri dari pengetahuan, baik yang
tercantum dalam individu atau organisasi yang terdapat dalam proses atau
praktek.
Selanjutnya kita dapat mempraktekkan saran Ikujiro Nonaka dalam buku “The Knowledge-Creating Company”. Yakni membuat formulasi ECIS atau
Knowledge Spiral. Konsepnya bahwa terdapat siklus pengetahuan yang
mengalami proses berbentuk spiral, proses itu disebut dengan Externalization – Combination – Internalization- Socialization.
Menyimpulkan dari berbagai literatur,
saya berpendapat hal-hal berikut ini dapat dilakukan untuk memaksimalkan
manajemen pengetahuan yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi kita
di masa yang akan datang:
a. Kembangkan Misi, Visi, Strategi yang memasukkan prioitas pentingnya menguasai pengetahuan dan teknologi
b. Pilihlah pemegang saham, direksi dan manajemen puncak yang bersikap positif pada pengetahuan
c. Tetapkan kompetensi inti sesuai bisnis di semua fungsi dan lini bisnis
d. Rancang dan kembangkan struktur dan relasi berbagai aktifitas dan program untuk mengembangkan pengetahuan karyawan
e. Berikan prioritas dan sumber daya untuk memperoleh pengetahuan dan kompetensi terkini bagi karyawan
f. Jadikan pembelajaran sebagai bagian dari pekerjaan, bagian dari job description, role & responsibility semua level karyawan
g. Buka peluang untuk proses belajar yang sebesar-besarnya bagi karyawan dan mengakomodasi tantangan inovasi baru
h. Bentuk tim multicultural multi fungsi untuk mendorong pembelajaran multifungsi
i. Rotasi staff lintas departemen tanpa ragu dengan jangka waktu singkat untuk meningkatkan pembelajaran
j. Promosikan dan beri penghargaan bagi sumber daya manusia yang menunjukkan pencapaian pengetahuan dan teknologi tertinggi
k. Berikan insentif kepada siapapun yang dengan riang berbagi pengetahuan (internal trainer, coach dst)
l. Hasilkan produk dan jasa yang memiliki nilai berbasis pengetahuan dan teknologi pada konsumen
Posting Komentar