BEST PROFIT FUTURES - Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap
alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa
benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam
proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang
didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima
sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta
kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli
juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda
pembayaran…..(wikipedia) jadi apakah dokrin menabung adalah benar atau salah ?
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern
karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk
melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi
yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong
perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan
produktifitas dan kemakmuran….(wikipedia)
Semua orang bisa SUKSES kalau bisa
mempergunakan UANG tidak dengan menyimpan UANG. Kita tidak tertarik
dengan data dan fakta tentang uang yang banyak manusia banggakan itu.
Faktanya adalah, uang tersebut terkena inflasi dari tahun ke tahun.
Inflasi, inflasi dan inflasi. Mengapa uang terkena inflasi? Salah satu
penyebabnya adalah bahwa nilai intrinsik uang tidak sama dengan nilai
ekstrinsiknya. Karena itulah, uang “dengan mudah” dapat dicetak sesuka
hati pembuatnya.
Pengertian inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya
likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang
dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator
untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses
kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan
peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab
meningkatnya harga.
Cara menghitunga nya dapat dilihat seperti di bawah ini.
Contoh:
Harga rokok dengan merk A pada saat
ini senilai Rp. 1000,- sedangkan pada tahun yang lalu harga nya Rp.
800,- maka nilainya dapat dihitung seperti ini, 125 adalah nilai inflasi
saat ini.
Kalau untuk mata uang dapat dilihat
seperti di bawah ini. Untuk perhitungannya pada tulisan selanjutnya akan
saya uraikan disini.
Untuk menggambarkan penyebab terjadinya cost push inflation atau inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya, contoh yang paling populer adalah kenaikan harga bahan bakar minyak. Jika harga BBM naik berarti ongkos produksi meningkat. Maka produsen yang tidak ingin kehilangan profit akan membebankan kenaikan biaya tersebut pada harga jualnya. Akibatnya, harga barang-barang secara bersama-sama akan naik sehingga terjadi inflasi.
Lebih spesifik untuk Indonesia, komponen inflasi di dalam negeri terdiri dari volatile foods (komponen harga bergejolak), administered price (komponen harga yang diatur pemerintah), core inflation (komponen inti) dan imported inflation (inflasi karena naiknya harga barang impor).
Apa sajakah yang memengaruhinya?
Terakhir adalah imported inflation. Semakin banyaknya kebutuhan masyarakat yang dipenuhi dari barang impor cenderung membuat komponen imported inflation kian berpengaruh dalam laju inflasi. Cara cepat untuk menangani inflasi jenis ini adalah dengan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah. Jika rupiah menguat, maka imported inflation bisa ditekan seperti yang terjadi di pertengahan tahun 2011 lalu. Namun sebaliknya, jika rupiah cenderung terdepresiasi maka inflasi barang impor berpotensi meningkat.
Satu hal lagi yang menjadi faktor pencetus tingginya inflasi domestik adalah kondisi geologis Indonesia sebagai negara kepulauan. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia misalnya, inflasi Indonesia cenderung tinggi. Diperlukan tambahan ongkos transportasi antar pulau yang biasanya akan menaikkan harga jual barang-barang. Akan tetapi, sebenarnya kondisi perekonomian dengan inflasi jauh lebih baik dibanding jika mengalami deflasi.
Mengapa demikian? Karena inflasi terutama yang disebabkan oleh demand pull inflation menunjukkan tingginya permintaan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karenanya, di setiap negara umumnya memiliki target inflasi yang dianggap nyaman.
Untuk konteks Indonesia,
inflasi lebih sering terjadi. Berbeda misalnya dengan Jepang yang lebih
cenderung terus menerus mengalami deflasi dalam jangka panjang. Mengapa
di Indonesia lebih sering terjadi inflasi?Pada dasarnya secara umum
inflasi disebabkan oleh dua faktor yaitu karena yang dikenal dengan
istilah demand pull inflation & cost push inflation. Demand pull
inflation atau inflasi karena naiknya permintaan, lebih banyak terjadi
pada saat-saat tertentu.
Datangnya tahun ajaran baru misalnya, akan menaikkan permintaan
pemenuhan kebutuhan biaya dan perlengkapan sekolah. Peristiwa lainnya
adalah menjelang datangnya bulan Ramadhan atau bulan puasa sampai dengan
Hari Raya Idul Fitri. Kebutuhan masyarakat cenderung meningkat sehingga
secara otomatis akan menggerek kenaikan permintaan. Mulai dari makanan,
pakaian bahkan juga kendaraan akan bergerak naik. Implikasinya, pada
momen tersebut biasanya inflasi di di dalam negeri akan meningkat.
Selanjutnya adalah memasuki bulan Desember, saat Natal dan Tahun
Baru. Kebutuhan biasanya ikut meningkat seiring perayaan Natal dan
liburan tahun baru yang mendorong peak season tidak hanya di Indonesia
tetapi juga di seluruh dunia.Untuk menggambarkan penyebab terjadinya cost push inflation atau inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya, contoh yang paling populer adalah kenaikan harga bahan bakar minyak. Jika harga BBM naik berarti ongkos produksi meningkat. Maka produsen yang tidak ingin kehilangan profit akan membebankan kenaikan biaya tersebut pada harga jualnya. Akibatnya, harga barang-barang secara bersama-sama akan naik sehingga terjadi inflasi.
Lebih spesifik untuk Indonesia, komponen inflasi di dalam negeri terdiri dari volatile foods (komponen harga bergejolak), administered price (komponen harga yang diatur pemerintah), core inflation (komponen inti) dan imported inflation (inflasi karena naiknya harga barang impor).
Apa sajakah yang memengaruhinya?
Yang tergolong dalam
volatile foods adalah harga-harga barang yang tercermin dari Indeks
Harga Konsumen (IHK). Saat ini, indeks ini meliputi 7 (tujuh) kategori
yang terdiri dari :
(1) Bahan makanan
(2) Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau ;
(3) Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar;
(4) Sandang;
(5) Kesehatan;
(6) Pendidikan, rekreasi dan olah raga serta terakhir
(7) Transport dan komunikasi
dan jasa keuangan.
Berarti jika ada kenaikan harga dari ketujuh kategori
di atas, maka komponen volatile foods akan bergerak naik dan mendorong
laju inflasi domestik. Khusus kenaikan harga bahan makanan, dikenal
juga dengan istilah Agflasi atau agriculture inflation yaitu inflasi
yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga produk pertanian.
Adapun untuk sisi administered price terdapat beberapa contoh yang
terjadi di Indonesia. Misalnya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
bersubsidi. Oleh karena itu, biasanya jika pemerintah berencana
menaikkan harga BBM bersubsidi, maka akan berpotensi menggerek inflasi
di dalam negeri. Namun selama ini, kenaikan inflasi akibat BBM biasanya
cenderung berangsur turun karena masyarakat sudah mulai menyesuaikan
kebutuhannya dan beradaptasi dengan kenaikan BBM itu sendiri. Maka
inflasi di bulan-bulan berikutnya cenderung akan lebih rendah dibanding
pada bulan pertama dan kedua penerapan harga BBM yang baru. Selain itu
juga, kebijakan pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik, kenaikan
tarif tol dan lainnya akan mendorong terjadinya inflasi.
Selanjutnya, core inflation merupakan underlying inflation yang
cenderung menetap dalam setiap pergerakan laju inflasi. Dibandingkan
dengan komponen inflasi lainnya, inflasi ini cenderung dapat dipengaruhi
atau dikendalikan oleh bank sentral atau BI karena umumnya bersifat
demand pull inflation. Maksudnya jika inflasi inti cenderung naik, maka
kenaikan suku bunga acuan dapat menurunkan daya beli sehingga secara
keseluruhan inflasi akan mereda.Terakhir adalah imported inflation. Semakin banyaknya kebutuhan masyarakat yang dipenuhi dari barang impor cenderung membuat komponen imported inflation kian berpengaruh dalam laju inflasi. Cara cepat untuk menangani inflasi jenis ini adalah dengan kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah. Jika rupiah menguat, maka imported inflation bisa ditekan seperti yang terjadi di pertengahan tahun 2011 lalu. Namun sebaliknya, jika rupiah cenderung terdepresiasi maka inflasi barang impor berpotensi meningkat.
Satu hal lagi yang menjadi faktor pencetus tingginya inflasi domestik adalah kondisi geologis Indonesia sebagai negara kepulauan. Dibandingkan negara lain di kawasan Asia misalnya, inflasi Indonesia cenderung tinggi. Diperlukan tambahan ongkos transportasi antar pulau yang biasanya akan menaikkan harga jual barang-barang. Akan tetapi, sebenarnya kondisi perekonomian dengan inflasi jauh lebih baik dibanding jika mengalami deflasi.
Mengapa demikian? Karena inflasi terutama yang disebabkan oleh demand pull inflation menunjukkan tingginya permintaan yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Oleh karenanya, di setiap negara umumnya memiliki target inflasi yang dianggap nyaman.
Posting Komentar