BEST PROFIT FUTURES – Cara mengadapi investasi merugi
Anda mungkin pernah mendengar istilah
investasi bodong. Atau barangkali, Anda malah pernah menjadi salah satu
korban. Lalu, apa yang Anda perbuat? Menyesal. Namun, menyesal tidak
akan bisa mengembalikan dana investasi yang hilang.
Itu kalau Anda benar-benar tertipu
karena melakukan investasi bodong. Namun, bagaimana jika investasi yang
Anda lakukan adalah investasi sungguh-sungguh, seperti membeli saham
atau reksa dana di pasar modal, atau membeli properti, atau malah
melakukan bisnis di sektor riil, tetapi ternyata dari investasi tersebut
Anda tidak memperoleh keuntungan, tetapi kerugian.
Apa yang harus dilakukan ketika investasi anda menderita kerugian?
Investasi di pasar modal, misalnya.
Bukan berarti semua investor di pasar modal menuai keuntungan. Cukup
banyak investor yang hari-hari ini merasa waswas karena saham yang
dibelinya malah merosot jauh. Malah ada saham yang return-nya negatif
dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.
Tidak ada solusi lain kecuali melakukan
restrukturisasi terhadap investasi yang berada dalam kondisi bermasalah.
Apa yang dimaksud dengan restrukturisasi? Singkatnya adalah
mengupayakan investasi yang belum baik menjadi baik, dan atau investasi
yang bermasalah menjadi tidak bermasalah. Apa contohnya? Kita mulai
dengan investasi saham di pasar modal.
Bahwa secara umum harga saham di pasar
modal mengalami peningkatan adalah fakta. Namun, jika dilihat per saham,
ada saham yang tidak mengalami kenaikan harga. Di samping itu, ada
investor yang membeli saham ketika harganya malah sudah terlalu tinggi
sehingga belum memperoleh potensi gain. Situasi semacam ini banyak
dialami pelaku di pasar modal, dan terhadap saham-saham semacam itu
tentu harus ada solusinya. Seperti apa?
Membeli-melepas saham
Ada beberapa alternatif yang bisa ditempuh. Jika Anda yakin fundamental value dari saham tersebut cukup baik, terhadap saham-saham yang harganya belum meningkat malah bisa dilakukan pembelian lagi. Jadi, portofolio saham Anda ditambah. Dan kalau saat ini harganya lebih rendah dibandingkan harga ketika dulu Anda beli, secara rata-rata biaya yang Anda keluarkan untuk membeli saham tersebut menjadi lebih rendah. Ini disebut juga dengan istilah averaging down.
Cara yang lain adalah segera melepas
saham tersebut kendati rugi. Ini layak jika saham tersebut memang tidak
memiliki fundamental value yang kuat. Dengan menjual saham dimaksud,
Anda memperoleh cash yang bisa diinvestasikan kembali ke saham lain.
Bagaimana dengan investasi lain?
Sebagian dari Anda juga mungkin mengalami masalah pada investasi di
sektor riil, misalnya ikut serta dengan teman menjalankan suatu bisnis
dan bisnis tersebut ternyata tidak berjalan sesuai rencana. Apa yang
mesti dilakukan?
Jika tidak berjalannya suatu bisnis
lebih disebabkan faktor ekonomi makro, sebenarnya tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Sebab, ekonomi seperti sebuah siklus, akan mengalami masa
baik setelah melewati masa surut. Kalau penyebabnya seperti ini, yang
perlu dicermati hanyalah soal cash flow. Artinya, bagaimana agar cash
inflow tetap bisa lebih besar dibandingkan dengan cash outflow.
Namun, jika kondisinya sudah memburuk,
di mana cash outflow lebih besar dibandingkan dengan cash inflow, Anda
mesti mempertimbangkan paling tidak dua hal, yakni menambah modal, baik
dari kantong sendiri maupun mengajak mitra lain, dan atau melepas bisnis
tersebut.
Jika masalah yang dialami oleh bisnis
Anda juga terkait dengan ketidakmampuan mengelola bisnis, ada baiknya
berpikir ulang untuk meneruskan bisnis tersebut. Sebab, faktornya bukan
makroekonomi, melainkan di internal Anda. Dengan kata lain, kendati
makroekonomi membaik, belum tentu bisnis Anda menguntungkan.
Langkah korektif
Dari contoh di atas jelas, investasi apa pun yang Anda lakukan, di pasar modal ataupun sektor riil, jika mengalami masalah tidak boleh dilakukan pembiaran. Sejatinya mesti ada langkah-langkah korektif yang disebut dengan restrukturisasi, baik itu dalam rangka perbaikan maupun mengurangi kerugian yang lebih parah.
Dari contoh di atas jelas, investasi apa pun yang Anda lakukan, di pasar modal ataupun sektor riil, jika mengalami masalah tidak boleh dilakukan pembiaran. Sejatinya mesti ada langkah-langkah korektif yang disebut dengan restrukturisasi, baik itu dalam rangka perbaikan maupun mengurangi kerugian yang lebih parah.
Akan tetapi, dalam menjalankan proses
restrukturisasi itu, tentu Anda mesti meluangkan cukup waktu untuk
menelaah sebelum mengambil keputusan. Atau, meminta bantuan konsultan
untuk melakukan hal itu.
Hal-hal yang diutarakan di atas disebut
sebagai tindakan kuratif dalam investasi. Meski demikian, yang jauh
lebih penting sebenarnya adalah melakukan tindakan preventif alias
mencegah kemungkinan terjadinya investasi bermasalah. Bagaimana caranya?
Utamanya adalah memilih instrumen investasi yang karakternya sesuai
dengan diri investor. Aspek ini kerap menjadi poin penting apakah
investasi itu akan berhasil atau gagal.
Pilihan investasi di pasar modal,
misalnya. Jika ada dua orang membeli saham, pada harga yang sama, jumlah
yang sama, belum tentu hasil akhirnya sama. Mengapa? Karena ketika
terjadi kenaikan ataupun penurunan harga saham dimaksud, tindakan yang
dilakukan bisa berbeda. Yang satu bisa membeli kembali saham yang sama
dalam jumlah lebih besar, baik itu ketika harga turun maupun naik,
tetapi investor yang satunya mungkin melakukan tindakan berbeda. Kalau
harga turun, investor penakut menjual sahamnya. Namun, investor bernyali
malah akan membeli kembali.Karena itu, karakter sangat menentukan
keberhasilan investasi dan sekaligus mencegah terjadinya investasi
bermasalah. Jadi, simpulannya adalah sesuaikan pilihan investasi dengan
karakter.
Posting Komentar