Bestprofit Futures - Rekapitulasi Versi KPU Surabaya
Gambaran hasil pemilu presiden (pilpres)
di Surabaya semakin terang. Itu terjadi setelah 31 panitia pemilihan
kecamatan (PPK) se-Surabaya merampungkan rekapitulasinya Senin (14/7).Hasilnya, ada sedikit pergeseran angka
bila dibandingkan dengan real count yang dirilis PDIP beberapa hari
lalu. Persentase juga sedikit berbeda. Hasil real count PDIP menyatakan
bahwa pasangan Jokowi-Jusuf Kalla meraih 64,3 persen, sedangkan pasangan
Prabowo-Hatta Rajasa 35,7 persen. Sementara itu, berdasar hasil
rekapitulasi PPK se-Surabaya, pasangan Jokowi-JK meraih 64,5 persen dan
Prabowo-Hatta 35,5 persen.
Selain itu, bila dalam real count PDIP
sebelumnya ada satu kecamatan yang kalah, yakni Semampir, hasilnya
berbeda dengan hitungan PPK. Pasangan Jokowi-JK unggul di semua
kecamatan, termasuk Semampir. Selisihnya memang tipis. Yakni, 36.217
suara untuk Jokowi-JK berbanding 35.919 suara untuk Prabowo-Hatta.
Dengan selesainya rekapitulasi di
tingkat PPK, yang ditunggu tinggal rekapitulasi di tingkat KPU Surabaya
pada 17 Juli. Biasanya hasilnya juga tidak jauh berbeda. Sebab, bila
angkanya berubah, justru akan muncul pertanyaan. Kecuali bila ada
perintah hitung ulang atau coblos ulang.
Ketua KPU Surabaya Robiyan Arifin
mengatakan, pihaknya tidak ingin terburu-buru menyimpulkan. ’’Kami masih
menunggu hasil dari PPK. Soal hasil resmi, sebaiknya menunggu Kamis
(17/7),’’ katanya.
Di bagian lain, Ketua DPC PDIP Surabaya
Whisnu Sakti Buana menyatakan, pihaknya bisa menerima hasil penghitungan
suara di PPK tersebut. ’’Tidak berbeda jauh dengan hasil penghitungan
kami,’’ katanya. Untuk itu, lanjut Whisnu, pihaknya terus mengawal suara
tersebut hingga ditetapkan di KPU Surabaya.
Jiwa besar juga ditunjukkan Ketua DPC
Partai Gerindra Surabaya Bagyo Fandi Sutadi. Dia menyatakan, pihaknya
menghormati dan menghargai hasil tersebut. ’’Prosesnya (pemilihan, Red)
sudah tidak ada masalah. Sepanjang pengetahuan kami, tidak ada
pelanggaran yang berarti atau kecurangan yang terstruktur. Kami sangat
menghargai pilihan rakyat Surabaya,’’ ucap mantan asisten I Sekkota
Surabaya tersebut.
Baik Whisnu maupun Sutadi menyatakan
bahwa pelaksanaan pilpres di Surabaya kali ini justru berlangsung sangat
demokratis dan boleh dibilang sangat lancar. ’’Memang ada
insiden-insiden kecil, seperti katanya kotak suara yang mau dibuka di
dapil 5, tapi secara keseluruhan berlangsung sangat baik,’’ jelas
Whisnu.
Ketika ditanya apakah ada kecurangan
atau pelanggaran terstruktur di Surabaya, Sutadi menggeleng. ’’Kalau
memang tidak ada pelanggaran, apa yaharus dipaksakan ada pelanggaran?
Yang jelas, kami ingin pemilu ini benar-benar berjalan baik dan ternyata
memang berjalan baik. Apa pun hasil di Surabaya, saya sangat
menghormati prosesnya,’’ tegasnya.
Di bagian lain, polemik soal daftar
pemilih khusus tambahan (DPKTb) membuat Bawaslu Jatim turun tangan.
Mereka menyatakan bahwa DPKTb bukan sesuatu yang khusus dan merupakan
instruksi Bawaslu RI. Jadi, tidak perlu dipermasalahkan panjang lebar.
Hal itu diungkapkan Ketua Bawaslu Jatim
Sufyanto. ’’Itu (pertanyaan soal DPKTb, Red) bersifat umum. Jadi, bukan
hanya Panwaslu Surabaya, tapi seluruh Indonesia mengirim surat ke KPU
masing-masing,’’ paparnya.
Sufyanto mengatakan, untuk
mengantisipasi terjadinya kecurangan, soal DPKTb mendapat perhatian
khusus dan dicek betul-betul. ’’Tapi, sifatnya bukan seperti menemukan
adanya indikasi pelanggaran seperti dropping massa pemilih,’’ kata
doktor politik lulusan Unair tersebut.
Sufyanto menjelaskan, KPU tinggal
menjawab saja surat panwaslu itu. ’’Ini memang permasalahan
administratif belaka. Bukan ada kecurigaan,’’ tuturnya. Untuk itu,
Sufyanto meminta masalah DPKTb tidak dijadikan polemik yang rumit.
Menurut dia, Bawaslu Jatim mengirimkan
dua jenis surat. Yang pertama dikirim ke KPU Jatim dan yang kedua ke
panwaslu. ’’Yang ke KPU adalah meminta kemudahan untuk mengakses soal
DPKTb dan yang ke panwaslu untuk meminta hal yang sama ke KPU-nya
masing-masing,’’ ungkapnya.
Permintaan itu, imbuh Sufyanto,
disampaikan untuk keakurasian data pemilih. Tidak ada niat untuk
mencari-cari kesalahan. ’’Sebab, sebenarnya langkah ini juga untuk
memperkuat KPU agar tidak ada celah dalam rekapitulasi nanti,’’
tegasnya.
Seperti diberitakan, Panwaslu Surabaya
dua hari lalu mengirim surat ke KPU Surabaya. Mereka mempersoalkan
adanya jumlah pemilih tambahan. Bahkan, kabarnya dalam pleno Minggu
malam lalu (13/7), Panwaslu Surabaya berancang-ancang meminta diadakan
coblosan ulang.
Ketika dikonfirmasi mengenai masalah
itu, Sufyanto mengatakan bahwa semangat Bawaslu Jatim tetap sama.
’’Yakni, agar orang-orang tidak kehilangan hak konstitusionalnya. Sebab,
sering ada kejadian warga terjebak situasi sehingga berada di luar
daerah dan belum punya surat A5. Mereka-mereka ini harus diakomodasi,’’
ucapnya.
Pada Rabu lalu (9/7), Sufyanto bahkan
menguruskan 200 warga Bawean yang terjebak di Gresik agar bisa mencoblos
dalam pilpres. Karena cuaca buruk, kapal yang akan mereka tumpangi
untuk pulang ke Bawean tidak bisa membuang sauh. ’’Hanya, memang ada
tertib administrasi demi keakuratan data pemilih,’’ ucapnya.
Posting Komentar