Bestprofit Futures - Boikot Product Israel
Isu ancaman serangan cyber war Israel kepada
Indonesia masih bergulir. Fakta mengejutkan terungkap, yakni sebagian besar
perangkat telekomunikasi dan pertahanan di tanah air mengadopsi dari Israel
sehingga mudah dikendalikan negara tersebut.
Komisioner Badan Regulasi dan Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono, mengatakan, sebagian rakyat Indonesia pernah mengalami kekhawatiran beberapa waktu lalu, saat Telkomsel dan operator lain berganti billing system produk milik Israel dan antek-anteknya.
“Kita dulu cemas saat Telkomsel dan operator lain berganti billing system ke Amdocs. Garuda Indonesia mengganti ticketing system dengan Amadeus,” ujar Nonot kepada Harian Terbit, Senin (14/7).
Menurutnya, jika software tersebut sudah masuk ke tanah air, maka Israel mampu me-remote jaringan telekomunikasi Indonesia sesuai keinginan mereka. “Tak hanya itu, bisa mengacaukan ticketing Garuda dari negaranya sana. Begitu juga dengan sistem tagihan listrik dan air juga menggunakan software produk mereka,” ungkapnya.
Di samping itu, kata Nonot, asuransi seperti AIG dan AXA adalah milik kroni Israel. Sehingga, mereka bisa mengetahui sistem perbankan di tanah air, karena asuransi-asuransi itu juga berafiliasi dengan bank-bank.
“Software AXA sudah masuk ke Bank Mandiri. Sehingga kita menjadi sangat rentan, karena detail dalam sistem kita mereka tahu persis,” tegasnya.
“Jadi sangat gampang bagi mereka ingin mengacaukan teknologi informasi atau peretasan. Kalau mereka mau kacau billing telepon saja, bisa dibayangkan jutaan masyarakat menjadi tidak jelas tagihannya, tiba-tiba membengkak, lalu demo ke operator,” jelasnya.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia relatif lemah mengantisipasi serangan pada sistem jaringan keamanan. Menurutnya, DPR, Panglima TNI, Menko Polhukam, ataupun presiden tak terlalu paham dengan ancaman teknologi. “Ya negara kita lemah,” tandasnya.
Direktur Kebijakan Publik Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Teknologi Informasi (LPPMTI), Kamilov Sagala, menambahkan, ancaman Israel adalah hal yang serius.
“Hal ini dikarenakan komponen telekomunikasi kita maupun di dunia dikuasai Israel. Salah satu contoh produk antena apa pun yang saat ini ada, mereka menguasai. Jadi yang fatal di keamanan negara kita. Semuanya memang dikuasai Israel teknologinya termasuk software-nya,” jelasnya.
Kamilov menyampaikan, Indonesia menganut sistem teknologi netral sehingga sejumlah perangkat teknologi milik Israel masuk ke tanah air melalui perusahaan USA.
“Jadi ancaman ini sulit terjadi kalau kebijakan teknologi kita prolokal dan negara tertentu seperti Tiongkok,” ujarnya.
"Hampir 60 persen teknologi Israel ada di Indonesia. Ironisnya, meskipun menentang Israel, produk yang kita gunakan seharusnya juga harus tak digunakan. Harus boikot produk Israel, termasuk produk makanannya," tegasnya.
Sementara itu, Hasyim Gautama, dari Direktorat Keamanan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, menegaskan, isu serangan dunia maya perlu didalami secara hati-hati. “Bisa juga berasal dari negara lain selain Israel, dengan memanfaatkan komputer suatu negara melalui proxy,” kata Hasyim.
Dia menambahkan, sebagai langkah pencegahan, tanggung jawab proteksi harus dimaksimalkan. “Dan tanggung jawab tersebut berada pada penyelenggara sistem elektronik masing-masing instansi,” cetusnya.
Hasyim juga mengakui sebagain besar sistem jaringan keamanan di tanah air masih lemah. “Ada yang pengamanannya rendah dan ada pula yang tinggi. Masalahnya sekarang ini, mayoritas keamanan sistem elektronik maupun informasi masih sangat rendah,” ungkapnya
Komisioner Badan Regulasi dan Telekomunikasi Indonesia (BRTI), Nonot Harsono, mengatakan, sebagian rakyat Indonesia pernah mengalami kekhawatiran beberapa waktu lalu, saat Telkomsel dan operator lain berganti billing system produk milik Israel dan antek-anteknya.
“Kita dulu cemas saat Telkomsel dan operator lain berganti billing system ke Amdocs. Garuda Indonesia mengganti ticketing system dengan Amadeus,” ujar Nonot kepada Harian Terbit, Senin (14/7).
Menurutnya, jika software tersebut sudah masuk ke tanah air, maka Israel mampu me-remote jaringan telekomunikasi Indonesia sesuai keinginan mereka. “Tak hanya itu, bisa mengacaukan ticketing Garuda dari negaranya sana. Begitu juga dengan sistem tagihan listrik dan air juga menggunakan software produk mereka,” ungkapnya.
Di samping itu, kata Nonot, asuransi seperti AIG dan AXA adalah milik kroni Israel. Sehingga, mereka bisa mengetahui sistem perbankan di tanah air, karena asuransi-asuransi itu juga berafiliasi dengan bank-bank.
“Software AXA sudah masuk ke Bank Mandiri. Sehingga kita menjadi sangat rentan, karena detail dalam sistem kita mereka tahu persis,” tegasnya.
“Jadi sangat gampang bagi mereka ingin mengacaukan teknologi informasi atau peretasan. Kalau mereka mau kacau billing telepon saja, bisa dibayangkan jutaan masyarakat menjadi tidak jelas tagihannya, tiba-tiba membengkak, lalu demo ke operator,” jelasnya.
Ia mengatakan, pemerintah Indonesia relatif lemah mengantisipasi serangan pada sistem jaringan keamanan. Menurutnya, DPR, Panglima TNI, Menko Polhukam, ataupun presiden tak terlalu paham dengan ancaman teknologi. “Ya negara kita lemah,” tandasnya.
Direktur Kebijakan Publik Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Teknologi Informasi (LPPMTI), Kamilov Sagala, menambahkan, ancaman Israel adalah hal yang serius.
“Hal ini dikarenakan komponen telekomunikasi kita maupun di dunia dikuasai Israel. Salah satu contoh produk antena apa pun yang saat ini ada, mereka menguasai. Jadi yang fatal di keamanan negara kita. Semuanya memang dikuasai Israel teknologinya termasuk software-nya,” jelasnya.
Kamilov menyampaikan, Indonesia menganut sistem teknologi netral sehingga sejumlah perangkat teknologi milik Israel masuk ke tanah air melalui perusahaan USA.
“Jadi ancaman ini sulit terjadi kalau kebijakan teknologi kita prolokal dan negara tertentu seperti Tiongkok,” ujarnya.
"Hampir 60 persen teknologi Israel ada di Indonesia. Ironisnya, meskipun menentang Israel, produk yang kita gunakan seharusnya juga harus tak digunakan. Harus boikot produk Israel, termasuk produk makanannya," tegasnya.
Sementara itu, Hasyim Gautama, dari Direktorat Keamanan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika, menegaskan, isu serangan dunia maya perlu didalami secara hati-hati. “Bisa juga berasal dari negara lain selain Israel, dengan memanfaatkan komputer suatu negara melalui proxy,” kata Hasyim.
Dia menambahkan, sebagai langkah pencegahan, tanggung jawab proteksi harus dimaksimalkan. “Dan tanggung jawab tersebut berada pada penyelenggara sistem elektronik masing-masing instansi,” cetusnya.
Hasyim juga mengakui sebagain besar sistem jaringan keamanan di tanah air masih lemah. “Ada yang pengamanannya rendah dan ada pula yang tinggi. Masalahnya sekarang ini, mayoritas keamanan sistem elektronik maupun informasi masih sangat rendah,” ungkapnya
Posting Komentar