Marshanda didiagnosa mengidap penyakit Bipolar Disorder II, Hal ini
terungkap setelah mantan artis cilik ini mengaku mengidap penyakit tersebut
saat melakukan wawancara dalam talk Show Just Alvin.
Bipolar Disorder II diketahui Chacha saat 2009. Setelah menjalankan dua kali pemeriksaan oleh dr Richard, Chacha langsung dinyatakan memiliki penyakit tersebut dan menjalani opname.
Sebenarnya apa sih penyakit Bipolar Disorder tersebut, berikut ini sedikit
keterangan mengenai penyakit yang masuk dalam gangguan psikologi tersebut
seperti dikutip dari Wikipedia.
Bipolar disorder adalah jenis penyakit psikologi, ditandai dengan perubahan
mood (alam perasaan) yang sangat ekstrim, yaitu berupa depresi dan mania.
Pengambilan istilah bipolar disorder mengacu pada suasana hati penderitanya
yang dapat berganti secara tiba-tiba antara dua kutub (bipolar) yang berlawanan
yaitu kebahagiaan (mania) dan kesedihan (depresi) yang ekstrim.
Setiap orang pada umumnya pernah mengalami suasana hati yang baik (mood
high) dan suasana hati yang buruk (mood low). Akan tetapi , seseorang yang
menderita bipolar disorder memiliki mood swings yang ekstrim yaitu pola
perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu ketika, seorang pengidap
bipolar disorder bisa merasa sangat antusias dan bersemangat (mania). Namun,
ketika mood-nya berubah buruk, ia bisa sangat depresi, pesimis, putus asa,
bahkan sampai mempunyai keinginan untuk bunuh diri (depresi). Dahulu, penyakit
ini disebut dengan “manic-depressive”. Suasana hati meningkat secara klinis
disebut sebagai mania atau, jika ringan, hypomania . Individu yang mengalami
episode mania juga sering mengalami episode depresi, atau gejala, atau episode
campuran dimana kedua fitur mania dan depresi hadir pada waktu yang sama.
Episode ini biasanya dipisahkan oleh periode “normal” suasana hati (mood) ,
tetapi, dalam beberapa depresi, individu dan mania mungkin berganti dengan
sangat cepat, yang dikenal sebagai “rapid-cycle”. Manic episode Ekstrim
kadang-kadang dapat menyebabkan gejala psikotik seperti delusi dan halusinasi
.Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua
minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama.
Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Gangguan
tersebut telah dibagi menjadi bipolar I , bipolar II, cyclothymia , dan jenis
lainnya, berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan episode mood;
kisaran sering digambarkan sebagai spektrum bipolar.
Bisa dikatakan bahwa insiden gangguan bipolar tidak tinggi antara 0,3-1,5
persen. Tapi angka tersebut belum termasuk yang misdiagnosis (biasa
terdiagnosis sebagai skizofrenia). Gangguan jiwa bipolar saat ini sudah
menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota
di Indonesia juga mulai dilaporkan penderita berusia remaja. Resiko kematian
terus membayangi penderita bipolar dan itu lebih karena mereka mengambil jalan
pintas.
Episode pertama bisa timbul mulai dari masa kanak-kanak sampai tua.
Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita bipolar, risiko penyakit akan lebih berat, berkepanjangan,
bahkan sering kambuh. Sementara anak-anak berpotensi mengalami perkembangan
gangguan ini ke dalam bentuk yang lebih parah dan sering bersamaan dengan
gangguan hiperaktif defisit atensi. Orang yang berisiko mengalami gangguan
bipolar adalah mereka yang mempunyai anggota keluarga mengidap penyakit
bipolar.
Tanda-tanda dan Gejala Bipolar
Bipolar disorder dapat terlihat sangat berbeda pada orang yang berbeda.
Gejala bervariasi dalam pola mereka, keparahan, dan frekuensi. Beberapa orang
lebih rentan terhadap baik mania atau depresi, sementara yang lain bergantian
sama antara dua jenis episode. Beberapa gangguan mood sering, sementara yang
lain hanya mengalami sedikit selama seumur hidup.
Ada empat jenis mood episode dalam Bipolar Disorder: mania, hypomania,
depresi, dan episode campuran. Setiap jenis mood episode bipolar disorder
memiliki gejala yang unik.
Tanda dan Gejala Mania
Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
- Gembira berlebihan
- Mudah tersinggung sehingga mudah marah
- Merasa dirinya sangat penting
- Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
- Penuh ide dan semangat baru
- Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
- Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
- Nafsu seksual meningkat
- Menyusun rencana yang tidak masuk akal
- Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
- Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
- Menghamburkan uang
- Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
- Merasa sangat mengenal orang lain
- Mudah melempar kritik terhadap orang lain
- Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
- Sulit tidur
- Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
Tanda dan Gejala Hypomania
Hypomania adalah bentuk kurang parah mania. Orang-orang dalam keadaan
hypomanic merasa gembira, energik, dan produktif, tetapi mereka mampu
meneruskan kehidupan mereka sehari-hari dan mereka tidak pernah kehilangan
kontak dengan realitas. Untuk yang lain, mungkin tampak seolah-olah orang
dengan hypomania hanyalah dalam suasana hati yang luar biasa baik. Namun,
hypomania dapat menghasilkan keputusan yang buruk yang membahayakan hubungan,
karier, dan reputasi. Selain itu, hypomania sering kali dapat “naik kelas”
untuk mania penuh dan terkadang dapat diikuti oleh episode depresi besar.
Tahap hipomania mirip dengan mania. Perbedaannya adalah penderita yang
berada pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal
serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk didiagnosis
karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama dengan
mania.Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1. Bersemangat dan penuh energi, muncul kreativitas. 2. Bersikap optimis,
selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah. 3. Penurunan kebutuhan
untuk tidur.
Tanda dan Gejala Depresi Bipolar
Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
- Suasana hati yang murung dan perasaan sedih yang berkepanjangan
- Sering menangis atau ingin menangis tanpa alasan yang jelas
- Kehilangan minat untuk melakukan sesuatu
- Tidak mampu merasakan kegembiraan
- Mudah letih, tak bergairah, tak bertenaga
- Sulit konsentrasi
- Merasa tak berguna dan putus asa
- Merasa bersalah dan berdosa
- Rendah diri dan kurang percaya diri
- Beranggapan masa depan suram dan pesimistis
- Berpikir untuk bunuh diri
- Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
- Penurunan berat badan atau penambahan berat badan
- Sulit tidur, bangun tidur lebih awal, atau tidur berlebihan
- Mual, mulut kering, Susah BAB, dan terkadang diare
- Kehilangan gairah seksual
- Menghindari komunikasi dengan orang lain
Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri
dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai
cara.
Tanda dan Gejala Episode Campuran
Sebuah episode bipolar disorder campuran dari kedua fitur gejala mania atau
hypomania dan depresi. Tanda-tanda umum episode campuran termasuk depresi
dikombinasikan dengan agitasi, iritabilitas, kegelisahan, insomnia,
distractibility, dan pikiran berlomba (Flight of idea). Kombinasi energi tinggi
dan rendah membuat suasana hati (mood) penderita beresiko yang sangat tinggi
untuk bunuh diri.
Dalam konteks bipolar disorder, episode campuran (mixed state) adalah suatu
kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu,
penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur,
muncul ide-ide yang berlal-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania). Akan
tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya.
Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap
lingkungan sekitarnya. Hal itu terjadi bergantian dan berulang-ulang dalam
waktu yang relatif cepat. Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering
dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini. Mixed state bisa menjadi
episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini,
penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan,
putus asa, delusion, dan hallucination. Gejala-gejala yang diperlihatkan jika
penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut.
1. Selalu
berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di
sekitarnya.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
2. Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3. Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
4. Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon.
Penderita yang mengalami gejala-gejala tersebut atau siapa saja yang
mengetahuinya sebaiknya segera menelepon dokter atau ahli jiwa, jangan
meninggalkan penderita sendirian, dan jauhkan benda-benda atau peralatan yang
beresiko dapat membahayakan penderita atau orang-orang disekelilingnya.
Faktor Penyebab
Genetik
Gen bawaan adalah faktor umum penyebab bipolar disorder. Seseorang yang
lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap bipolar disorder
memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua
orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. anak-anaknya beresiko
mengidap bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar
disorder memiliki resiko tertinggi kemungkinan berkembangnya penyakit ini
daripada yang bukan kembar identik. Penelitian mengenai pengaruh faktor genetis
pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan keluarga dan anak
kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari pasien
yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan
mood.
Fisiologis
1. Sistem Neurochemistry dan Mood Disorders
Salah satu faktor utama penyebab seseorang mengidap bipolar disorder adalah
terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak.
Sebagai organ yang berfungsi menghantarkan rangsang, otak membutuhkan neurotransmitter (saraf pembawa pesan atau isyarat dari otak ke bagian tubuh lainnya) dalam menjalankan tugasnya.
Norepinephrin, dopamine, dan serotonin adalah beberapa jenis neurotransmitter yang penting dalam penghantaran impuls syaraf. Pada penderita bipolar disorder, cairan-cairan kimia tersebut berada dalam keadaan yang tidak seimbang.
Sebagai contoh, suatu ketika seorang pengidap bipolar disorder dengan kadar dopamine yang tinggi dalam otaknya akan merasa sangat bersemangat, agresif, dan percaya diri. Keadaan inilah yang disebut fase mania. Sebaliknya dengan fase depresi.
Fase ini terjadi ketika kadar cairan kimia utama otak itu menurun di bawah normal, sehingga penderita merasa tidak bersemangat, pesimis, dan bahkan keinginan untuk bunuh diri yang besar.
Seseorang yang menderita bipolar disorder menandakan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system (BAS).
BAS memfasilitasi kemampuan manusia untuk memperoleh reward (pencapaian tujuan) dari lingkungannya.
Hal ini dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert(bersifat terbuka), peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur.
Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur saraf dalam otak yang melibatkan dopamine dan perilaku untuk memperoleh reward.
Peristiwa kehidupan yang melibatkan reward atau keinginan untuk mencapai tujuan diprediksi meningkatkan episode mania tetapi tidak ada kaitannya dengan episode depresi.
Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada episode mania.
2. Sistem Neuroendokrin
Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi
hipotalamus.Hipotalamus berfungsi mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat
hormon yang dihasilkan. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi
kelenjar pituarity. Kelenjar ini terkait dengan gangguan depresi seperti
gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut,
bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical)
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh produksi yang berlebih dari pelepasan
hormon rotropin oleh hipotalamus. Produksi yang berlebih dari cortisol pada orang
yang depresi juga menyebabkan semakin banyaknya kelenjar adrenal. Banyaknya
cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus dan
penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan
hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga
dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi
Lingkungan
Bipolar Disorder tidak memiliki penyebab tunggal. Tampaknya orang-orang
tertentu secara genetik cenderung untuk bipolar disorder. Namun tidak semua
orang dengan kerentanan mewarisi penyakit berkembang, menunjukkan bahwa gen
bukanlah satu-satunya penyebab. Beberapa studi pencitraan otak menunjukkan
perubahan fisik pada otak orang dengan bipolar disorder. Dalam penelitian lain
disebutkan, poin ketidakseimbangan neurotransmitter, fungsi tiroid yang
abnormal, gangguan ritme sirkadian, dan tingkat tinggi hormon stres kortisol.
Faktor eksternal lingkungan dan psikologis juga diyakini terlibat dalam
pengembangan bipolar disorder. Faktor-faktor eksternal yang disebut pemicu.
Pemicu dapat memulai episode baru mania atau depresi atau membuat gejala yang
ada buruk. Namun, banyak episode gangguan bipolar terjadi tanpa pemicu yang
jelas.
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit
yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian
tujuan (reward) dalam hidup. Contoh dari hubungan perseorangan antara lain
jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat. Sedangkan peristiwa pencapaian
tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat dari pekerjaan.
Selain itu, seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat
masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang
menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab
diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu
munculnya bipolar disorder.
Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung
penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal. Berikut
ini adalah faktor lingkungan yang dapat memicu terjadinya BD, antara lain:
- Stress – peristiwa kehidupan Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik. Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.
- Penyalahgunaan Zat – Meskipun penyalahgunaan zat tidak menyebabkan gangguan bipolar, itu dapat membawa pada sebuah episode dan memperburuk perjalanan penyakit. Obat-obatan seperti kokain, ekstasi, dan amphetamine dapat memicu mania, sedangkan alkohol dan obat penenang dapat memicu depresi.
- Obat – obat tertentu, terutama obat-obatan antidepresan, bisa memicu mania. Obat lain yang dapat menyebabkan mania termasuk obat flu over-the-counter, penekan nafsu makan, kafein, kortikosteroid, dan obat tiroid.
- Perubahan Musiman – Episode mania dan depresi sering mengikuti pola musiman. Manic episode lebih sering terjadi selama musim panas, dan episode depresif lebih sering terjadi selama musim dingin, musim gugur, dan musim semi (untuk negara dengan 4 musim).
- Kurang Tidur – Rugi tidur-bahkan sesedikit melewatkan beberapa jam istirahat-bisa memicu episode mania
Self
help
Sementara berurusan dengan bipolar disorder tidak selalu mudah, tidak harus
menjalankan kehidupan Anda. Tetapi untuk sukses mengelola bipolar disorder,
Anda harus membuat pilihan cerdas. gaya hidup Anda dan kebiasaan sehari-hari
memiliki dampak yang signifikan terhadap suasana hati Anda. Baca terus untuk
cara-cara untuk membantu diri Anda sendiri:
- Dapatkan pendidikan tentang cara mengatasi gangguan.
Pelajari sebanyak yang Anda bisa tentang bipolar. Semakin banyak Anda tahu,
semakin baik Anda akan berada dalam membantu pemulihan Anda sendiri.
- Jauhkan stress.
Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara pekerjaan
dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau
pernapasan dalam.
- Mencari dukungan
Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat Anda berpaling untuk meminta
bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau
berbicara dengan teman yang dipercaya.
- Buatlah pilihan yang sehat.
Sehat tidur, makan, dan berolahraga kebiasaan dapat membantu menstabilkan
suasana hati Anda. Menjaga jadwal tidur yang teratur sangat penting.
- Monitor suasana hati Anda.
Melacak gejala Anda dan perhatikan tanda-tanda bahwa suasana hati Anda
berayun di luar kendali sehingga Anda dapat menghentikan masalah sebelum dimulai.
Posting Komentar