Bestprofit Futures - Strategi Alokasi Aset Investasi
Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang sukses ataupun gagal
dalam berinvestasi. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah
strategi ataupun cara mengalokasikan aset investasi.Umpamakan Anda memiliki dana Rp 1 miliar. Dan teman Anda juga
memiliki dana dalam jumlah yang sama. Lalu Anda berdua sama-sama
melakukan investasi. Bisa dipastikan, hasil investasi tersebut akan
berbeda.
Katakanlah, Anda dan teman Anda sama-sama melakukan diversifikasi
alias ”tidak menempatkan semua telur dalam satu keranjang”. Artinya,
dana Rp 1 miliar itu dibelikan saham, obligasi, reksa dana, tanah, dan
mungkin emas. Lantas, apakah hasilnya akan sama? Tidak, karena saham
yang dibeli mungkin berbeda.
Atau kalaupun membeli saham yang sama, tetapi jangka waktu investasi
pada saham itu tidak sama. Anda hanya 6 bulan, sedangkan teman Anda
mungkin 1 tahun. Konkretnya, kendati pilihan instrumen sama, tetapi jika
jangka waktu investasi berbeda, hasilnya bisa berbeda pula.
Oleh karena itu, diversifikasi saja belumlah cukup untuk bisa meraih
sukses dalam berinvestasi. Lebih dari itu, diversifikasi harus diikuti
dengan perhitungan mengenai berapa besar alokasi dana pada setiap
instrumen investasi. Inilah yang mungkin membedakan Anda dengan teman
Anda.
Selain itu, alokasi tersebut juga mesti diikuti dengan time horizon
investasi yang jelas, yakni apakah untuk jangka pendek, menengah, dan
panjang. Kemudian, dalam alokasi aset tersebut, yang nantinya disebut
sebagai portfolio investasi, Anda mesti memutuskan apakah akan
menggunakan pendekatan investasi aktif ataukah investasi pasif.
Alokasi aset pada hakikatnya adalah investasi dengan melakukan
klasifikasi yang berbeda untuk tiap jenis aset. Klasifikasi itu terdiri
atas jenis investasi, jumlah, risiko, potensi keuntungan, jangka waktu,
dan juga cara mengelola investasi itu sendiri.
Ada investasi dalam bentuk produk riil atau di sektor riil dan
investasi dalam bentuk ”kertas berharga” yang diperdagangkan di pasar
modal. Dalam hal ini, termasuk tetapi tidak terbatas, pada saham,
obligasi, reksa dana, indeks, dan sebagainya.
Pilihan Anda terhadap alokasi aset investasi tersebut tentunya mesti
disesuaikan dengan tujuan investasi itu sendiri. Pada umumnya, para
investor menginginkan return yang besar dari setiap jenis investasi yang
dilakukan. Dan kalau bisa return yang tinggi tersebut diraih dalam
jangka pendek. Namun, ada juga yang menginginkan hasil stabil dalam
kurun waktu yang panjang. Dus, tujuan investasi yang berbeda akan
menghasilkan strategi alokasi investasi yang berbeda.
Setelah Anda memastikan tujuan investasi, barulah kemudian memilah
alokasi aset investasi yang relevan dan sekaligus memperhitungkan
ekspektasi imbal hasil serta risiko yang terkandung di dalam jenis
investasi dimaksud. Katakanlah, Anda memilah aset investasi menjadi 50
persen di sektor riil dan 50 persen di pasar modal. Untuk yang di sektor
riil, Anda pilah lagi menjadi properti, tanah, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini, Anda juga sekaligus memastikan berapa tahun investasi di
sektor riil tersebut akan Anda pegang.
Sementara, yang 50 persen lagi dialokasikan untuk saham, obligasi,
dan reksa dana. Jumlah pada setiap instrumen investasi itu tentu
bergantung juga pada risk taking capacity yang melekat pada diri Anda.
Jika Anda termasuk risk taker dan berorientasi jangka pendek menengah,
tentu saham bisa menjadi pilihan yang terbesar. Selanjutnya reksa dana
saham dan baru obligasi.
Ketika Anda mengalokasikan dana untuk investasi di saham, maka saham
jenis apa yang Anda beli? Di sektor mana? Suka tidak suka, Anda harus
juga melakukan diversifikasi lebih lanjut. Pertama, bagi dana saham Anda
pada beberapa sektor ekonomi. Lalu, saham untuk papan atas yang
berfundamen bagus dalam jangka menengah untuk kepastian dividen dan
saham pada lapis kedua yang menjanjikan potensi capital gain.
Kedua, pilah reksa dana yang Anda beli dalam beberapa jenis, yakni
reksa dana saham, reksa dana obligasi, dan reksa dana campuran. Ketiga,
Anda dapat juga membeli obligasi ritel yang diterbitkan pemerintah,
dengan risiko sangat rendah.
Setelah Anda mengalokasikan dana pada setiap jenis investasi
tersebut, maka berikutnya adalah, apakah Anda akan melakukan investasi
secara pasif atau aktif. Kalau investasi pasif, nasib investasi Anda
akan bergantung sepenuhnya pada pergerakan pasar. Untuk saham, misalnya,
jika saham yang mengalami pergerakan harga dan kemudian Anda
melepasnya, maka Anda akan mendulang keuntungan.
Demikian juga dengan reksa dana saham, yang jika indeks meningkat
maka nilai asset value (NAV) dari reksa dana tersebut juga meningkat.
Namun, jika harga saham jatuh, investasi Anda juga akan jatuh.
Pendeknya, semua bergantung pada pergerakan pasar dengan konsep paling
dasar, yakni, buy low sell high.
Namun, jika Anda memiliki nyali dan juga kemampuan investasi yang
memadai, Anda bisa juga memilih strategi investasi aktif. Artinya,
keberhasilan dan ataupun kegagalan investasi Anda tidak sepenuhnya
bergantung pasar, tetapi lebih kepada diri Anda dalam mengambil
inisiatif, terlepas bagaimanapun kondisi pasar.
Misalnya, ketika harga saham berjatuhan dan mungkin termasuk saham
yang Anda miliki, maka tindakan Anda bukanlah menjual saham itu,
melainkan kembali membeli, bahkan dalam jumlah lebih besar. Atau Anda
membeli saham lapis kedua, yang Anda yakini memiliki potensi besar untuk
bergerak, kendati investor lain kurang berminat. Hal sama juga berlaku
untuk reksa dana dan obligasi. Anda aktif melakukan perdagangan dan
pertukaran jenis instrumen investasi yang Anda yakini memiliki potensi
capital gain dalam horizon investasi Anda.
Posting Komentar