BEST PROFIT FUTURES -
Dua minggu lagi FIFA World Cup 2014 akan dimulai, kejuaraan dunia
sepakbola ini adalah kompetisi olahraga 4 tahunan yang memiliki pangaruh
paling besar di Dunia, Piala Dunia ditonton oleh Milyaran orang di
Dunia, termasuk puluhan juta orang Indonesia. Kejuaraan Piala Dunia
berlangsung selama 1 bulan, dan karena umumnya disiarkan pada tengah
malam sampai dini hari, Piala Dunia sering kali menyebabkan turunnya
produktifitas harian puluhan juta penontonnya di Indonesia. Hal itulah
yang akan kami bahas kali ini, karena sering kita dengar di masa Piala
Dunia, pergerakan bursa saham Indonesia umumnya menjadi sepi, dan volume
transaksi juga menurun tajam.
Ada beberapa alasan yang dianggap membuat pasar saham menjadi sepi di masa Piala Dunia :
Turunnya Produktifitas Kerja
Seperti dibahas di atas, jam tayang
pertandingan Piala Dunia sering kali menyebabkan produktifitas kerja
menurun karena penontonnya harus tetap kerja di pagi hari, hal ini
berdampak pada semua bidang dan bukan hanya pasar modal. Bahkan di
negara-negara sepak bola seperti Brasil dalam masa Piala Dunia, ketika
Brasil bertanding di Piala Dunia, secara otomatis hari tersebut
ditetapkan sebagai libut nasional, karena pemerintah menyadari besarnya
pengaruh Piala Dunia terhadap produktifitas.
FAKTOR JUDI BOLA
Meskipun di Indonesia judi dilarang,
sudah merupakan rahasia umum bahwa Judi Bola, merupakan salah satu
bisnis dengan omzet puluhan bahkan ratusan milyar terutama dalam masa
Piala Dunia seperti ini. Faktor ini juga berpengaruh pada bursa saham.
Mengapa ?!
Karena tidak bisa dipungkuri banyak
pelaku pasar adalah mereka yang memiliki jiwa ‘gambler’ yang tinggi,
banyak pelaku pasar menggunakan Pasar Modal sebagai sarana mereka
berjudi, saya tidak mengatakan bahwa trading saham adalah berjudi, sama
seperti Sepak Bola bukanlah judi, trading saham juga bukan judi, namun
bukan berarti kita tidak bisa memanfaatkannya untuk melakukan perjudian.
Dalam masa Piala Dunia konon para
Gambler tersebut lebih memilih untuk melakukan judi bola, daripada
berjudi di pasar modal, hal tersebutlah yang konon menyebabkan bursa
saham menjadi sepi di masa Piala Dunia. Lebih dari itu konon para Bandar
saham yang merupakan penggerak bursa kita juga memiliki pandangan yang
sama. Itu sebabnya mereka juga lebih memilih membandari Judi Bola
daripada membandari pergerakan saham.
Faktor kedua ini dapat memiliki efek
yang lebih besar jika dibandingkan dengan faktor yang pertama, karena
jumlah gambler di pasar modal sangatlah besar, selain itu jika Bandar
saham juga melakukan hal yang sama, namun kebenarannya tentu masih harus
dipertanyakan karena Judi bola sebenarnya selalu ada sepanjang tahun,
jadi untuk berjudi tidak perlu harus menunggu Piala Dunia. Selain itu
Bandar Saham adalah suatu profesi yang harus ditekuni, dipelajari dan
dibangun, sama dengan Bandar Judi, jadi bukanlah suatu yang mudah untuk
berpindah dari satu profesi ke profesi yang lain.
Kali ini setelah sukses melakukan Studi
mengenai mitos ” Sell inMay and Go Away” terhadap IHSG, kali ini kami
akan mempelajari apakah benar bursa sahamIndonesia menjadi sepi di Piala
Dunia. Untuk melakukannya kami mempelajari kasus 4 Piala Dunia
terakhir, dan melihat pergerakan dan volume perdagangan IHSG di masa
Piala Dunia
PIALA DUNIA PRANCIS 1998
Piala Dunia diadakan hanya sebulan
setelah kerusuhan bulan Mei 1998 di Indonesia, IHSG pada periode Piala
Dunia dunia 1998 sedang dalam masa pemulihan setelah krisis 1998.
Selain itu hal lain yang perlu menjadi bahan pertimbangan adalah di
tahun 1998 lalu Pasar Modal belumlah seperti sekarang, untuk melakukan
trading saham umumnya seorang trader harus datang ke kantor BEI,
beberapa rekan saya yang sudah trading di masa itu mengatakan bahwa
system trading masih dilakukan di papan tulis, dan proses transaksi
dilakukan secara manual.
Dalam masa tersebut yang trading saham
hanyalah institusi besar, fund manager, juga sebagian kecil professional
trader, jadi kemungkinan para pelaku pasar tersebut pindah haluan ke
Judi bola bisa dibilang hampir tidak ada. Di sisi lain siaran Piala
Dunia sudah bisa disiarkan secara langsung ke seluruh Indonesia seperti
sekarang, jadi bisa dibilang kedua bisnis ini tidaklah saling
berhubungan pada masa tersebut.
Jika kita melihat pada grafik di atas,
pada masa Piala Dunia 98 (ditandai dengan warna orange), kita melihat
IHSG bergerak naik di masa Piala Dunia, kemungkinan karena bursa
mengalami rebound setelah krisis.
Untuk volume perdagangan kami
menambahkan dua indikator yang bergunan sebagai acuan volume
perdagangan, yang pertama adalah curva merah, curva merah ini adalah
Moving Average Volume Selama Satu Bulan, untuk membandingkan volume
perdagangan di selama satu bulan masa gelaran Piala Dunia.
Curva Hitam adalah Moving Average Volume Satu Tahun, untuk menunjukan rata-rata volume selama satu tahun kebelakang.
Jika melihat grafik di atas kita melihat
volume perdagangan terlihat turun signifikan jika dibandingkan dengan
volume awal tahun, dan berada di bawah rata-rata volume tahunan, namun
jika dibandingkan dengan volume beberapa bulan setelah Piala Dunia,
volumenya bisa dibilang sama. Jadi kita dapat melihat bahwa mitos
pasar modal menjadi sepi pada Piala Dunia tidak terbukti di tahun ini.
PIALA DUNIA KOREA-JEPANG 2002
Pada masa Piala Dunia 2002 kita melihat
IHSG sedang dalam masa bearish, pada masa ini bisnis Pasar Modal juga
sudah semakin meluas, meskipun masih jauh dari sekarang, pada masa ini
trading saham masih dilakukan oleh segelintir investor ritel, dan masih
melalui broker telepon.
Jika kita melihat volume perdagangan
kita melihat fenomena yang sama dimana rata-tara trasnsaksi pada masa
Piala Dunia berada di bawa rata-rata volume transaksi satu tahun. Namun
hal tersebut disebabkan karena besarnya transaksi di awal tahun, dan
memasuki bulan Mei sampai September memang masa dimana bursa saham lebih
sepi, dan bukan disebabkan karena Piala Dunia, melainkan karena
fenomena Sell on May and Go Away. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan
setelah penyelanggaraan Piala Dunia, kita melihat volume perdagangan di
masa Piala Dunia 2002 bisa dibilang sedikit lebih besar dibandingkan
dengan Volume bulan-bulan setelahnya. Pada tahun 2002 ini pun mitos
Piala dunia ini juga tidak terbukti.
PIALA DUNIA JERMAN 2006
Kondisi Piala Dunia Jerman 2006 sudah
semakin menyerupai kondisi aktual, dimana pasar modal sudah mulai
merakyat, dan investor ritel sudah semakin banyak, di tahun ini Pemain
di Pasar Modal dan Pemain Judi Bola sudah semakin berhubungan, dan bisa
dibilang sudah saling mempengaruhi.
Dalam tahun ini kita melihat bahwa
Volume Perdagagan selama terjadinya Piala Dunia turun signifikan di
banding bulan sebelumnya, dan juga kembali naik setelah Piala Dunia
selesai, jumlah penurunannya ada di kisaran 10% – 15% dibanding
rata-rata volume bulan-bulan selanjutnya. Untuk pertama kalinya mitos
Piala Dunia terbukti.
PIALA DUNIA AFRIKA SELATAN 2010
Keadaan di Tahun 2010 bisa dianggap sama
dengan keadaan sekarang, dimana internet sudah menyebar luas, dan baik
trading saham maupun judi bola sudah bisa dilakukan melalui internet,
hal ini menyebabkan keduanya bisa saling mempengaruhi jika asumsi yang
kita gunakan di atas benar adanya.
Jika kita melihat grafiknya, kita
melihat ada penurunan volume perdagangan terutama di putaran-putaran
akhir Piala Dunia, dan volume perdagangan kembali naik setelah Piala
Dunia selesai, namun jumlah penurunannya juga bisa dibilang tidak
terlalu signifikan, hanya 10-15% dari volume rata-rata bulan-bulan
berikutnya.
KESIMPULAN
Mitos Piala Dunia menyababkan bursa
saham sepi hanya terjadi dalam 2 pagelaran Piala Dunia terakhir, namun
melihat alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi bisa diasumsikan
kejadian serupa akan terjadi dalam masa Piala Dunia 2014 ini, namun
jumlah penurunannya tidaklah terlalu signifikan, hanya 10-15%, jika kita
kembali mengingat faktor turunnya produktifitas kerja selama masa Piala
Dunia yang juga menyumbang terhadap turunnya volume perdagangan, maka
bisa disimpulkan pelaku pasar lebih memilih melakukan judi bola daripada
trading saham jumlahnya tidaklah besar. Faktor penurunan volume di masa
Piala Dunia yang umumnya diadakan di bulan Juni – July jika
dibandingkan dengan volume di awal tahun lebih disebabkan karena
fenomena ‘Sell in May and Go Away’.
Posting Komentar