Efek Piala Dunia Pada Pasar Modal

Senin, 02 Juni 20140 komentar

BEST PROFIT FUTURES - Dua minggu lagi FIFA World Cup 2014 akan dimulai, kejuaraan dunia sepakbola ini adalah kompetisi olahraga 4 tahunan yang memiliki pangaruh paling besar di Dunia, Piala Dunia ditonton oleh Milyaran orang di Dunia, termasuk puluhan juta orang Indonesia. Kejuaraan Piala Dunia berlangsung selama 1 bulan, dan karena umumnya disiarkan pada tengah malam sampai dini hari, Piala Dunia sering kali menyebabkan turunnya produktifitas harian puluhan juta penontonnya di Indonesia. Hal itulah yang akan kami bahas kali ini, karena sering kita dengar di masa Piala Dunia, pergerakan bursa saham Indonesia umumnya menjadi sepi, dan volume transaksi juga menurun tajam.

Ada beberapa alasan yang dianggap membuat pasar saham menjadi sepi di masa Piala Dunia :

Turunnya Produktifitas Kerja
Seperti dibahas di atas, jam tayang pertandingan Piala Dunia sering kali menyebabkan produktifitas kerja menurun karena penontonnya harus tetap kerja di pagi hari, hal ini berdampak pada semua bidang dan bukan hanya pasar modal. Bahkan di negara-negara sepak bola seperti Brasil dalam masa Piala Dunia, ketika Brasil bertanding di Piala Dunia, secara otomatis hari tersebut ditetapkan sebagai libut nasional, karena pemerintah menyadari besarnya pengaruh Piala Dunia terhadap produktifitas.

FAKTOR JUDI BOLA
Meskipun di Indonesia judi dilarang, sudah merupakan rahasia umum bahwa Judi Bola, merupakan salah satu bisnis dengan omzet puluhan bahkan ratusan milyar terutama dalam masa Piala Dunia seperti ini. Faktor ini juga berpengaruh pada bursa saham. Mengapa ?!

Karena tidak bisa dipungkuri banyak pelaku pasar adalah mereka yang memiliki jiwa ‘gambler’ yang tinggi, banyak pelaku pasar menggunakan Pasar Modal sebagai sarana mereka berjudi, saya tidak mengatakan bahwa trading saham adalah berjudi, sama seperti Sepak Bola bukanlah judi, trading saham juga bukan judi, namun bukan berarti kita tidak bisa memanfaatkannya untuk melakukan perjudian.

Dalam masa Piala Dunia konon para Gambler tersebut lebih memilih untuk melakukan judi bola, daripada berjudi di pasar modal, hal tersebutlah yang konon menyebabkan bursa saham menjadi sepi di masa Piala Dunia. Lebih dari itu konon para Bandar saham yang merupakan penggerak bursa kita juga memiliki pandangan yang sama. Itu sebabnya mereka juga lebih memilih membandari Judi Bola daripada membandari pergerakan saham.

Faktor kedua ini dapat memiliki efek yang lebih besar jika dibandingkan dengan faktor yang pertama, karena jumlah gambler di pasar modal sangatlah besar, selain itu jika Bandar saham juga melakukan hal yang sama, namun kebenarannya tentu masih harus dipertanyakan karena Judi bola sebenarnya selalu ada sepanjang tahun, jadi untuk berjudi tidak perlu harus menunggu Piala Dunia. Selain itu Bandar Saham adalah suatu profesi yang harus ditekuni, dipelajari dan dibangun, sama dengan Bandar Judi, jadi bukanlah suatu yang mudah untuk berpindah dari satu profesi ke profesi yang lain.

Kali ini setelah sukses melakukan Studi mengenai mitos ” Sell inMay and Go Away” terhadap IHSG, kali ini kami akan mempelajari apakah benar bursa sahamIndonesia menjadi sepi di Piala Dunia. Untuk melakukannya kami mempelajari kasus 4 Piala Dunia terakhir, dan melihat pergerakan dan volume perdagangan IHSG di masa Piala Dunia

PIALA DUNIA PRANCIS 1998
Piala Dunia diadakan hanya sebulan setelah kerusuhan bulan Mei 1998 di Indonesia, IHSG pada periode Piala Dunia dunia 1998 sedang dalam masa pemulihan setelah krisis 1998.  Selain itu hal lain yang perlu menjadi bahan pertimbangan adalah di tahun 1998 lalu Pasar Modal belumlah seperti sekarang, untuk melakukan trading saham umumnya seorang trader harus datang ke kantor BEI, beberapa rekan saya yang sudah trading di masa itu mengatakan bahwa system trading masih dilakukan di papan tulis, dan proses transaksi dilakukan secara manual.

Dalam masa tersebut yang trading saham hanyalah institusi besar, fund manager, juga sebagian kecil professional trader, jadi kemungkinan para pelaku pasar tersebut pindah haluan ke Judi bola bisa dibilang hampir tidak ada. Di sisi lain siaran Piala Dunia sudah bisa disiarkan secara langsung ke seluruh Indonesia seperti sekarang, jadi bisa dibilang kedua bisnis ini tidaklah saling berhubungan pada masa tersebut.

WC 1998
Jika kita melihat pada grafik di atas, pada masa Piala Dunia 98 (ditandai dengan warna orange), kita melihat IHSG bergerak naik di masa Piala Dunia, kemungkinan karena bursa mengalami rebound setelah krisis.

Untuk volume perdagangan kami menambahkan dua indikator yang bergunan sebagai acuan volume perdagangan, yang pertama adalah curva merah, curva merah ini adalah Moving Average Volume Selama Satu Bulan, untuk membandingkan volume perdagangan di selama satu bulan masa gelaran Piala Dunia.

Curva Hitam adalah Moving Average Volume Satu Tahun, untuk menunjukan rata-rata volume selama satu tahun kebelakang.

Jika melihat grafik di atas kita melihat volume perdagangan terlihat turun signifikan jika dibandingkan dengan volume awal tahun, dan berada di bawah rata-rata volume tahunan, namun jika dibandingkan dengan volume beberapa bulan setelah Piala Dunia, volumenya bisa dibilang sama.   Jadi kita dapat melihat bahwa mitos pasar modal menjadi sepi pada Piala Dunia tidak terbukti di tahun ini.

PIALA DUNIA KOREA-JEPANG 2002
Pada masa Piala Dunia 2002 kita melihat IHSG sedang dalam masa bearish, pada masa ini bisnis Pasar Modal juga sudah semakin meluas, meskipun masih jauh dari sekarang, pada masa ini trading saham masih dilakukan oleh segelintir investor ritel, dan masih melalui broker telepon.

Jika kita melihat volume perdagangan kita melihat fenomena yang sama dimana rata-tara trasnsaksi pada masa Piala Dunia berada di bawa rata-rata volume transaksi satu tahun. Namun hal tersebut disebabkan karena besarnya transaksi di awal tahun, dan memasuki bulan Mei sampai September memang masa dimana bursa saham lebih sepi, dan bukan disebabkan karena Piala Dunia, melainkan karena fenomena Sell on May and Go Away. Jika dibandingkan dengan bulan-bulan setelah penyelanggaraan Piala Dunia, kita melihat volume perdagangan di masa Piala Dunia 2002 bisa dibilang sedikit lebih besar dibandingkan dengan Volume bulan-bulan setelahnya.  Pada tahun 2002 ini pun mitos Piala dunia ini juga tidak terbukti.

WC 2002

PIALA DUNIA JERMAN 2006
Kondisi Piala Dunia Jerman 2006 sudah semakin menyerupai kondisi aktual, dimana pasar modal sudah mulai merakyat, dan investor ritel sudah semakin banyak, di tahun ini Pemain di Pasar Modal dan Pemain  Judi Bola sudah semakin berhubungan, dan bisa dibilang sudah saling mempengaruhi.

Dalam tahun ini kita melihat bahwa Volume Perdagagan selama terjadinya Piala Dunia turun signifikan di banding bulan sebelumnya, dan juga kembali naik setelah Piala Dunia selesai, jumlah penurunannya ada di kisaran 10% – 15% dibanding rata-rata volume bulan-bulan selanjutnya. Untuk pertama kalinya mitos Piala Dunia terbukti.

WC 2006

PIALA DUNIA AFRIKA SELATAN 2010
Keadaan di Tahun 2010 bisa dianggap sama dengan keadaan sekarang, dimana internet sudah menyebar luas, dan baik trading saham maupun judi bola sudah bisa dilakukan melalui internet, hal ini menyebabkan keduanya bisa saling mempengaruhi jika asumsi yang kita gunakan di atas benar adanya.

Jika kita melihat grafiknya, kita melihat ada penurunan volume perdagangan terutama di putaran-putaran akhir Piala Dunia, dan volume perdagangan kembali naik setelah Piala Dunia selesai, namun jumlah penurunannya juga bisa dibilang tidak terlalu signifikan, hanya 10-15% dari volume rata-rata bulan-bulan berikutnya.

WC 2010

KESIMPULAN

Mitos Piala Dunia menyababkan bursa saham sepi hanya terjadi dalam 2 pagelaran Piala Dunia terakhir, namun melihat alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi bisa diasumsikan kejadian serupa akan terjadi dalam masa Piala Dunia 2014 ini, namun jumlah penurunannya tidaklah terlalu signifikan, hanya 10-15%, jika kita kembali mengingat faktor turunnya produktifitas kerja selama masa Piala Dunia yang juga menyumbang terhadap turunnya volume perdagangan, maka bisa disimpulkan pelaku pasar lebih memilih melakukan judi bola daripada trading saham jumlahnya tidaklah besar. Faktor penurunan volume di masa Piala Dunia yang umumnya diadakan di bulan Juni – July jika dibandingkan dengan volume di awal tahun lebih disebabkan karena fenomena ‘Sell in May and Go Away’.
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. PT BESTPROFIT FUTURES PONTIANAK - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger